scispace - formally typeset
Search or ask a question
Author

Adi Kunarso

Bio: Adi Kunarso is an academic researcher. The author has an hindex of 2, co-authored 2 publications receiving 16 citations.

Papers
More filters
Journal ArticleDOI
02 Jun 2013
TL;DR: Keragaman jenis tumbuhan bawah tidak menunjukkan adanya hubungan yang nyata dengan paramater kualitas tanah, namun demikian kelimpahan katoman (Peronema canescens), dan seru (Schima walichii).
Abstract: Penelitian keragaman jenis tumbuhan bawah pada beberapa tegakan hutan tanaman dilakukan di Benakat, Sumatera Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi dan keragaman jenis tumbuhan bawah pada 4 (empat) jenis tegakan hutan tanaman, yaitu mahoni (Swietenia machropylla), pinus (Pinus merkusii), sungkai. Pengambilan sebanyak 20 petak contoh per jenis tegakan, dengan 2m x 2m. Keragaman jenis tumbuhan bawah tertinggi pada tegakan mahoni, sedangkan terendah pada tegakan seru. Perbedaan jenis tanaman pokok mempengaruhi struktur, dominasi dan keragaman jenis tumbuhan bawah. Keragaman jenis tumbuhan bawah tidak menunjukkan adanya hubungan yang nyata dengan paramater kualitas tanah, namun demikian kelimpahan katoman (Peronema canescens), dan seru (Schima walichii). data menggunakan metode purposive sampling ukuran dan alang-alang berpotensi untuk dijadikan indikator terhadap kandungan C Organik dan N Total (Chromolaena odorata) (Imperata cylindrica).

21 citations

Journal ArticleDOI
09 Dec 2019
TL;DR: Kawasan Suaka Margasatwa Padang Sugihan merupakan habitat penting bagi gajah sumatera saat ini terus mengalami tekanan terutama akibat kebakaran, pembalakan liar, dan penguasan lahan oleh oknum masyarakat.
Abstract: Kawasan Suaka Margasatwa Padang Sugihan merupakan habitat penting bagi gajah sumatera. Namun demikian kondisinya saat ini terus mengalami tekanan terutama akibat kebakaran, pembalakan liar, dan penguasan lahan oleh oknum masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemetaan tingkat kerusakan Suaka Margasatwa Padang Sugihan dan mengidentifikasi penyebab kerusakan sebagai bagian kegiatan perencanaan pemulihan ekosistem. Analisis kerusakan kawasan menggunakan sistem informasi geografis dengan metode skoring tumpeng susun dan pembobotan terhadap parameter-parameter yang berpengaruh terhadap kerusakan kawasan, yaitu tutupan lahan, frekuensi kebakaran, areal berkanal dan lahan gambut, sensivitas ekologi dan sensivitas sosial. Setiap parameter akan memiliki bobot yang berbeda berdasarkan pengaruhnya terhadap kerusakan kawasan dan kelangsungan hidup spesies kunci. Hasil penelitian menunjukkan kawasan dengan tingkat kerusakan berat seluas 13.219,60 Ha (15%), rusak sedang seluas 31.867,20 Ha (36%), dan rusak ringan seluas 42.555,91 Ha (49%). Areal yang mengalami kerusakan berat merupakan area yang diusulkan menjadi prioritas utama kegiatan pemulihan ekosistem. Kerusakan ekosistem di SM Padang Sugihan terutama disebabkan oleh kebakaran hutan yang terjadi secara berulang, pembalakan hutan, dan pembukaan kanal drainase. Ketiga faktor tersebut menyebabkan hilangnya masa gambut dan berkurang/ hilangnya komposisi vegetasi asli.

5 citations


Cited by
More filters
Journal ArticleDOI
29 Jun 2020
TL;DR: Pengamatan fungi ektomikoriza menunjukkan terdapat 13 jenis makrofauna dan mesofauna yang didominasi oleh cacing, semut, dan 10Jenis tubuh buah ektoriza denganjenis yang paling banyak ditemukan adalah genus Russula.
Abstract: Sho rea leprosula Miq. adalah salah satu jenis Dipterocarpaceae yang memiliki nilai ekonomi dan ditanam di Hutan Penelitian Gunung Dahu (HPGD) pada berbagai jarak tanam. HPGD didirikan pada tahun 1997 – 2000 sebagai upaya untuk memulihkan lanskap dengan melestarikan sumber daya genetik dipterokarpa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur populasi makrofauna, mesofauna tanah, dan tubuh buah fungi ektomikoriza dalam plot S. leprosula pada berbagai jarak tanam dan plot kontrol yang tidak ditanami. Pengumpulan sampel makrofauna dan mesofauna dilakukan di serasah menggunakan metode hand sorting sementara di tanah menggunakan corong berlese . Identifikasi dilakukan di Laboratorium Entomologi Hutan, IPB. Pengamatan fungi ektomikoriza menunjukkan terdapat 13 jenis makrofauna dan mesofauna yang didominasi oleh cacing, semut, dan 10 jenis tubuh buah ektomikoriza dengan jenis yang paling banyak ditemukan adalah genus Russula.

15 citations

Journal ArticleDOI
TL;DR: Forest rehabilitation is when a desired tree species is planted in degraded forests or lands as discussed by the authors.This is a common way to restore exploited forests to mainta.... But it is not a simple task.
Abstract: Forest rehabilitation is when a desired tree species is planted in degraded forests or lands. Rehabilitation by planting a single tree species is a common way to restore exploited forests to mainta...

10 citations

Journal ArticleDOI
TL;DR: In this article, the authors evaluated and determined the land use planning in disaster-prone areas affected by the 2010 Mount Merapi eruption in Yogyakarta, Indonesia, by using observational methods through data collection, such as physiographic areas, volcanic materials depth, rock distribution, and soil characteristics.
Abstract: The eruption of Mount Merapi in 2010 caused the decline of land quality and changed the land use pattern in the southern regions. This study evaluated and determined the land use planning in disaster-prone areas affected by the Mount Merapi eruption. This research was conducted from August 2018 to March 2019 in Kepuharjo village, Cangkringan, Sleman, Special Region of Yogyakarta. This study was performed by using observational methods through data collection, such as physiographic areas, volcanic materials depth, rock distribution, and soil characteristics. Prone zoning and area planning was determined using a descriptive-spatial method to produce an appropriate model for the new land use. The results revealed the difference in land suitability in the distance interval of 8 km from the mountain peak. A region located less than 8 km from the peak was predicted to be suitable for the community forest and fodder grass cultivation and could function as a conservation area. In contrast, the region located within ≥ 8 km was found to be suitable for dry land farming of food crops using alley cropping systems. Additionally, an integrated sustainable farming system should be promoted and implemented for increasing the sustainability of soil and crop productivity

9 citations

Journal ArticleDOI
09 Dec 2019
TL;DR: Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi mengenai vegetasi yang tumbuh secara alami, tingkat keragaman dan kondisi habitat pada lahan pasca tambang bahan galian C. Don, sehingga dibutuhkan upaya rehabilitasi.
Abstract: Lahan pasca tambang biasanya mengalami kerusakan setelah berakhir kegiatan penambangan, sehingga dibutuhkan upaya rehabilitasi. Dalam upaya rehabilitasi dibutuhkan data vegetasi awal. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi mengenai vegetasi yang tumbuh secara alami, tingkat keragaman dan kondisi habitat pada lahan pasca tambang bahan galian C. Penelitian dilakukan di KHDTK Labanan Kabupaten Berau, Kaltim. Pengambilan data vegetasi dilakukan pada tingkat pohon, tiang, pancang, dan semai. Analisis vegetasi menggunakan Indeks Nilai Penting (INP), keragaman menggunakan Indeks Shannon-Wiener, kondisi iklim mikro dianalisis secara deskriptif kuantitatif, kondisi topografi lahan menggunakan software ArcView 10.2. Hasil penelitian menunjukkan tingkat INP tertinggi semai yaitu jenis Leea guineensis G. Don (36,65%), tingkat pancang Piper aduncum (86,23%), tingkat tiang Piper aduncum (90,09%), tingkat pohon Ficus sp (148,29%). Struktur vegetasi jenis pionir yang lengkap dari tingkat semai sampai dengan pohon dengan keragaman yang sedang memberi dampak positif bagi kondisi iklim mikro menjadi lebih baik dan meningkatkan kualitas dan produktifitas tanah pada lahan pasca tambang galian C.

9 citations

Journal ArticleDOI
29 Apr 2020
TL;DR: In this article, the authors conducted a study in Bantarbolang Nature Reserve in Kebon Gede village in Pemalang Regency, Indonesia to know the diversity of medicinal plants in the reserve.
Abstract: This study was conducted in Bantarbolang Nature Reserve located in Kebon Gede village, Bantarbolang sub-district, Pemalang Regency. Bantarbolang is one of the nature reserves that have the structure and composition of complex vegetation so that there is a diversity of plants which can grow in a conservation area, such as medicinal plants diversity. The objectives of this study were to know the various species of medicinal plants in the Bantarbolang nature reserve block 19-21 and to know the evenness of medicinal plants in the Bantarbolang nature reserve block 19-21. This study was conducted with survey methods and sampling using a systematic square plot. The variables observed consists of dependent variables i.e. the species of medicinal plant and independent variables include environmental factors i.e. temperature, light intensity, humidity, canopy cover, and soil pH. The parameters observed are the number of species and individual number of medicinal plants. The data were analyzed using the Important Value Index (IVI), Diversity Index (H'), Evenness Index (e) and Similarity Index (IS). The plant samples were made into voucher herbarium and stored in PUNS for future references. The results of the study showed that the diversity of medicinal plants in the Bantarbolang Nature Reserve Block 19-21 was high (H’≥0) with 48 species from the 33 families of medicinal plants. Evenness of medicinal plants in Bantarbolang nature reserve block 19-21 is low (e closer to 0). Alocasia cucullata is a dominant species of medicinal plant of a distance of 0-200 meters from the forest edge. Keywords: Bantarbolang nature reserve, diversity, medicinal plant

7 citations