scispace - formally typeset
Search or ask a question

Showing papers in "Unnes Journal of Mathematics Education Research in 2016"


Journal Article
TL;DR: Penelitian in this article bertujuan untuk mengungkap kemampuan representasi matematis mahasiswa dalam menyelesaikan soal Analisis Vektor ditinjau dari Multiple Intelligence pada pembelajaran Hybrid Learning.
Abstract: Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kemampuan representasi matematis mahasiswa dalam menyelesaikan soal Analisis Vektor ditinjau dari Multiple Intelligence (MI) pada pembelajaran Hybrid Learning. Penelitian ini merupakan penelitian mixed methods concurent embedded design. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sumber data adalah Peneliti, Dosen matematika, dan Mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran Hybrid Learning berbasis konstruktivisme dalam katogori baik, kemampuan representasi matematis mahasiswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Representasi matematis yang dimiliki mahasiswa adalah tipe representasi Visual (V), Symbolic (S), dan Verbal (Ve) dengan banyaknya mahasiswa berturut- turut 23,68%, 52,63%, dan 21,05% dan Multiple Intellegence L, LM, Sp, K, M, Inter, Intra, N banyaknya mahasiswa berturut- turut 15,78%, 10,52%, 7,89%, 13,15%, 13,15%, 15,78%, 5,26%, dan 5,26%. Pada penilaian akhir kelas eksperimen rata-ratanya 84,05 lebih baik daripada kelas control rata-ratanya 67,42. serta faktor lain dalam meningkatkan kemampuan representasi matematis adalah tingkat kecerdasan. kemampuan representasi matematis dipengaruhi oleh kecerdasan bahasa, kecerdasan logis matematik, dan kecerdasan visual spasial.

9 citations


Journal Article
TL;DR: In this paper, a model pembelajaran MMP efektif terhadap kemampuan pemecahan masalah, siswa dengan self-efficacy tinggi mampu memahami masalamah, merencanakan pemcilah, melaksanakan rencana pemcella pemcahah, and serta memeriksa kembali tidak mampus menggunakan cara lain.
Abstract: Kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan utama dalam pembelajaran matematika. Terdapat faktor-faktor yang mendukung keberhasilan siswa dalam memecahkan masalah, diantaranya adalah self-efficacy . Penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan model pembelajaran MMP terhadap kemampuan pemecahan masalah dan mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah ditinjau dari self-efficacy siswa. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian mixed method dengan desain concurrent embedded . Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) model pembelajaran MMP efektif terhadap kemampuan pemecahan masalah, (2) a) siswa dengan self-efficacy tinggi mampu memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, melaksanakan rencana pemecahan masalah, serta memeriksa kembali dengan benar dan lengkap, b) siswa dengan self-efficacy sedang mampu memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, melaksanakan rencana pemecahan masalah dengan benar dan lengkap, dalam memeriksa kembali tidak mampu menggunakan cara lain, dan c) siswa dengan self-efficacy rendah mampu memahami masalah dan merencanakan pemecahan masalah dengan benar namun kurang lengkap, kurang mampu dalam melaksanakan rencana pemecahan masalah, serta dalam memeriksa kembali tidak mampu menggunakan cara lain.

8 citations


Journal Article
TL;DR: Pengbelajaran model SSCS berbantuan schoology diharapkan menjadi solusi dari masalah tersebut as discussed by the authors, serta untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa.
Abstract: Kemampuan berpikir kreatif matematik siswa SMK Muhammadiyah Pekalongan rendah. Pembelajaran dengan model SSCS berbantuan schoology diharapkan menjadi solusi dari masalah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesadaran metakognisi, kemampuan awal dan akhir berpikir kreatif matematik, menganalisis kemampuan berpikir kreatif matematik ditinjau dari kesadaran metakognisi siswa, serta untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah mixed methods dengan desain concurrent embeded design. Hasil penelitian menunjukkan bahwa delapan siswa termasuk tingkat kesadaran metakognisi take it use, 13 siswa termasuk tingkat kesadaran metakognisi aware use, lima siswa termasuk tingkat kesadaran metakognisi strategic use, serta dua siswa termasuk tingkat kesadaran metakognisi reflective use. Sebelum diberikan perlakuan, semua siswa tersebut berada pada tingkat kemampuan berpikir kreatif 0 dan 1. Setelah diterapkan pembelajaran model SSCS berbantuan schoology, 26 siswa mengalami perkembangan tingkat kemampuan berpikir kreatif matematik dan satu siswa tetap berada pada tingkat kemampuan berpikir kreatif 1. Tingkatan kemampuan berpikir kreatif matematik yang paling rendah berada pada tingkat 1 dan paling tinggi berada pada tingkat 4. Pembelajaran model SSCS berbantuan schoology juga terbukti mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa.

7 citations


Journal Article
TL;DR: Penelitian dilakukan di kelas XI MIPA 3 SMA N 1 Jepara as mentioned in this paper dengan pemilihan subjek penelitians berdasarkan hasil skor angket sehingga diperoleh kelompok kepercayaan diri tinggi and sedang.
Abstract: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan komunikasi matematis melalui pembelajaran blended learning dan berdasarkan kategori kepercayaan diri siswa. Penelitian dilakukan di kelas XI MIPA 3 SMA N 1 Jepara dengan pemilihan subjek penelitian berdasarkan hasil skor angket sehingga diperoleh kelompok kepercayaan diri tinggi dan sedang. Penentuan subjek penelitian menggunakan teknik purposive sampling yang memilih 2 siswa dalam setiap kelompok. Analisis data kemampuan komunikasi matematis dalam blended learning dan berdasarkan kategori kepercayaan diri siswa menggunakan teknik triangulasi dari Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan pengamatan siswa dan hasil tes tertulis dengan wawancara. Hasil menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa dalam pembelajaran blended learning tergolong baik. Pembelajaran offline dan online saling mendukung dalam mengungkapkan ide-ide matematis melalui lisan dan tulisan, menggambarkan ide matematis tersebut ke dalam bentuk visual, serta mampu menggunakan istilah dan notasi matematis dengan tepat untuk menyajikan ide matematis. Kemampuan komunikasi matematis bagi siswa yang memiliki kepercayaan diri tinggi tergolong sangat tinggi yang ditunjukkan siswa sangat mampu mengungkapkan ide matematis, menggambar bentuk visual serta menggunakan notasi dan istilah matematis. Kemampuan komunikasi matematis bagi siswa yang memiliki kepercayaan diri sedang tergolong tinggi yang ditunjukkan siswa mampu mengungkapkan ide matematis, menggambar bentuk visual serta menggunakan notasi dan istilah matematis.

6 citations


Journal Article
TL;DR: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas pembelajaran model Learning Cycle 7E and menemukan pola kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VII dalam menyelesaikan soal open ended ditinjau dari AQ as mentioned in this paper.
Abstract: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas pembelajaran model Learning Cycle 7E dan menemukan pola kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VII dalam menyelesaikan soal open ended ditinjau dari AQ. Metode penelitian yang digunakan adalah mixed methods dengan desain concurrent embeded design. Jenis penelitian kuantitatifnya adalah penelitian eksperimen dengan Nonrandomized Control Group, Pretest-Postest Design. Subyek penelitiannya adalah siswa kelas VII. Data kuantitatif diuji dengan uji z dan Independent t-test, sedangkan data kualitatif dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan pembelajaran Learning Cycle 7E berkualitas. Siswa quitter dapat menyelesaikan masalah sampai tahap memahami masalah. Siswa camper dan climber dapat menyelesaikan masalah sampai pada tahap memeriksa kembali.Siswa climber lebih gigih dalam melaksanakan rencana pemecahan masalah daripada siswa camper.

6 citations


Journal Article
TL;DR: In this article, Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kualitas pembelajaran model PBL terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik siswa dapat ditinjau dari berbagai dimensi, salah satunya adalah gaya belajar.
Abstract: Kemampuan pemecahan masalah matematika merupakam sebagian kemampuan dalam matematika yang belum dikembangkan secara optimal pada siswa. Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa dapat ditinjau dari berbagai dimensi, salah satunya adalah gaya belajar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kualitas pembelajaran model PBL terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII dan mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa ditinjau dari gaya belajar. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan subjek siswa kelas VIIB SMP N 2 Karangawen yang terdiri 29 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa instrumen tes dan wawancara. Analisis data meliputi reduksi, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan pembelajaran matematika model PBL terhadap kemampuan pemecahan masalah dalam kategori baik. Siswa dengan gaya belajar divergen hanya mampu menyelesaikan pada langkah merencanakan pemecahan masalah dan gagal dalam memecahkan masalah, siswa dengan gaya belajar konvergen mampu menyelesaikan pemecahan masalah pada langkah mengecek kembali, siswa dengan gaya belajar asimilasi mampu pada langkah mengecek kembali tetapi tidak sempurna, dan siswa dengan gaya belajar akomodasi mampu pada langkah melaksanakan pemecahan masalah tetapi tidak melakukan pengecekan kembali. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa setiap gaya belajar yang berbeda memiliki kemampuan pemecahan masalah yang berbeda-beda.

5 citations


Journal Article
TL;DR: In this paper, Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa berdasarkan multiple intelligence pada setting pembelajaran PBL.
Abstract: Kemampuan pemecahan masalah matematika penting dalam pembelajaran matematika yang belum dikembangkan secara optimal pada siswa. Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa dipengaruhi oleh kecerdasan siswa. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa berdasarkan multiple intelligence pada setting pembelajaran PBL . Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan subjek siswa kelas VIIIA SMP N 2 Karangawen dan SMP Al- Islah Tanggungharjo. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa instrumen tes dan wawancara. Analisis data meliputi reduksi, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa berdasarkan multiple intelligence pada setting pembelajaran PBL . Diperoleh hasil penelitian (1) kualitas pembelajaran model PBL meningkatkan kemampuan pemecahan masalah efektif ditunjukkan dengan (a) tahap persiapan silabus, RPP, suplemen bahan ajar, lembar kerja kelompok dan lembar tugas siswa dalam kategori baik (b) tahap proses yaitu strategi pengorganisasian pembelajaran, strategi penyampaian pembelajaran, strategi pengelolaan pembelajaran, implementasi dalam kategori baik, dan (c) tahap penilaian kualitas pembelajaran dalam kategori baik. (2) kemampuan pemecahan masalah siswa terdeskripsi (a) siswa yang memiliki kecerdasan logis matematik, visual spasial, intrapersonal, dan naturalis mampu menyelesaikan masalah sesuai rencana, siswa mengerjakan langkah mengecek kembali hasil pemecahan masalah tapi belum selesai, (b) siswa yang memiliki kecerdasan kinestetik, musik dan interpersonal mampu merencanakan penyelesaian masalah, siswa mengerjakan langkah menyelesaikan masalah tetapi masih salah.

5 citations


Journal Article
TL;DR: Penelitian in this article dilakukan dengan metode kombinasi tipe concurrent embedded, and terdiri atas satu kelas eksperimen dengan pembelajaran CPS, and satu kontrol dengan Pembelajaaran konvensional.
Abstract: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dan kesalahan siswa ditinjau dari Adversity Quotient (AQ) dalam menyelesaikan pemecahan masalah sesuai Newman Procedure , serta untuk menguji keefektifan pembelajaran CPS. Penelitian ini dilakukan dengan metode kombinasi tipe concurrent embedded . Teknik pengambilan sampel penelitian kuantitatif yaitu cluster random sampling . Sampel penelitian ini terdiri atas satu kelas eksperimen dengan pembelajaran CPS dan satu kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. Teknik pemilihan subjek penelitian kualitatif adalah purposive sampling dimana subjek dipilih berdasarkan AQ siswa. Analisis kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan dalam penelitian ini memberikan hasil: (1) proses pembelajaran CPS termasuk dalam kriteria baik; (2) pembelajaran CPS terbukti efektif; (3) kesalahan siswa ditinjau dari AQ sesuai Newman Procedure yaitu siswa kategori quitter , campe r , dan climber sebagian melakukan kesalahan pada tahapan transformation , process skill , dan encoding . Siswa quitter lebih mudah menyerah dalam menyelesaikan masalah dibandingkan siswa camper dan climber sehingga berdampak pada kemampuan dan hasil kesalahan yang diperoleh akan berbeda.

4 citations


Journal Article
TL;DR: Pembelajaran inkuiri berbantuan LKM Mailing Merge mampu memfasilitasi siswa menyelesaikan masalah matematika secara mandiri melalui diskusi, presentasi kelas dan penilaian individu yang berdampak kemampuan literasi matem atika yang tuntas.
Abstract: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal literasi matematika, kualitas pembelajaran inkuiri berbantuan Lembar Kerja Mandiri Mailing Merge; dan menganalisis kemampuan literasi matematika ditinjau dari metakognisi siswa. Penelitian menggunakan pendekatan Mix Method untuk memperoleh data kuatitatif berupa kemampuan literasi matematika sebelum pembelajaran dan kualitas pembelajaran inkuiri berbantuan LKM Mailing Merge, serta data kualitatif berupa analisis kemampuan literasi matematika ditinjau dari metakongisi siswa. Penelitian dilaksanakan pada kelas XI PD 1 dengan treatment pembelajaran inkuiri berbantuan LKM Mailing Merge dan kelas PD2 dengan treatmen pembelajaran inkuiri berbantuan LKS. Data kuantitatif diuji menggunakan Wilcoxon test, U Mann Whitney, Paired Sample t-test, sedangkan data kualitatif dianalisis secara deskriptif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan literasi matematika sebelum pembelajaran masih berada pada level 1. Pembelajaran inkuiri berbantuan LKM Mailing Merge mampu memfasilitasi siswa menyelesaikan masalah matematika secara mandiri melalui diskusi, presentasi kelas dan penilaian individu yang berdampak kemampuan literasi matematika yang tuntas, meningkat dan peningkatan kelompok eksperimen lebih dari kelompok kontrol. Pembelajaran juga mendapat respon yang tinggi serta metakognisinya mengalami peningkatan. Kemampuan literasi matematika pada siswa metakognisi awalnya rendah, sedang dan tinggi relatif sama yaitu pada level 5-6 karena pembelajaran ini mampu meningkatkan siswa yang metakognisi awal rendah menjadi tinggi dan berpengaruh pada kemampuan literasi matematika.

3 citations


Journal Article
TL;DR: In this article, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan pemecahan masalah matematika berdasarkan tingkat kecerdasan emosional pada wilayah kesadaran diri and manajemen diri.
Abstract: Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa perlu mendapat perhatian karena dapat diaplikasikan untuk memecahkan masalah dari berbagai situasi dengan baik. Salah satu faktor yang mendukung suksesnya pemecahan masalah adalah kecerdasan emosional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan pemecahan masalah matematika berdasarkan tingkat kecerdasan emosional pada wilayah kesadaran diri dan manajemen diri serta menganalisis Brain Based Learning terhadap hasil dan peningkatan kemampuan pemecahan masalah. Jenis penelitian yang digunakan adalah mixed method. Penelitian dilakukan di SMP Islam Sultan Agung 1 Semarang. Pengambilan data kuantitatif dilakukan pada seluruh siswa dalam satu kelas penelitian dengan menggunakan kuesioner kecerdasan emosional, pretest, dan posttest kemampuan pemecahan masalah matematika. Sedangkan pengambilan data kualitatif dilakukan terhadap 8 siswa pilihan untuk dilakukan wawancara lebih mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Brain Based Learning efektif terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika. Analisis kualitatif menghasilkan bahwa siswa dengan kesadaran diri tinggi dan sedang cukup memahami masalah, tetapi pada indikator pemecahan masalah yang lain siswa dengan kesadaran diri tinggi lebih baik daripada siswa dengan kesadaran diri sedang. Siswa dengan tingkat manajemen diri tinggi dapat bertahan ketika menghadapi kesulitan dan memenuhi sebagian besar indikator pemecahan masalah, sedangkan siswa dengan tingkat menejemen diri sedang hanya memenuhi beberapa indikator pemecahan masalah.

2 citations


Journal Article
TL;DR: In this paper, penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran round club dengan self assessment bernuansa etnomatematika efektif terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa.
Abstract: Penelitian ini bertujuan, (1) mengetahui efektivitas pembelajaran dengan model round club dengan self assessment bernuansa etnomatematika materi garis dan sudut efektif. (2) mendeskripsikan kemampuan komunikasi matematis pada pembelajaran round club dengan self assessment bernuansa etnomatematika berdasarkan gaya kognitif.Metode kombinasi desain sequential exploratory digunakan untuk menjawab rumusan masalah dengan metode kuantitatif dan kualitatif secara berurutan. Subjek uji coba penelitian adalah siswa kelas VII SMP Negeri 2 Jepara. Untuk metode kualitatif dilakukan tes gaya kognitif. Dari hasil pretest kelas dibagi dalam tiga kelompok yaitu kelompok FD, FID dan FI dengan rincian subjek 6 siswa pilihan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran round club dengan self assessment bernuansa etnomatematika efektif terhadap kemampuan komunikasi matematis, hal ini dikarenakan (1) mencapai presentase kemampuan komunikasi matematis peserta didik mencapai kriteria ketuntasan individual, yaitu 75% siswa kelas eksperimen 1 tuntas secara klasikal; (2) ada perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapat model pembelajaran round club dengan self assessment bernuansa etnomatematika dengan pembelajaran ekspositori, (3) ada perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapat model round club dengan pembelajaran ekspositori, (4) ada peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapat model pembelajaran round club dengan self assessment bernuansa etnomatematika, model pembelajaran round club maupun pembelajaran eskpositori. Dari hasil pengujian diperoleh bahwa Kelas Eksperimen 1 meningkat 58,87%, Kelas Eksperimen 2 meningkat 39,81% dan Kelas Kontrol meningkat 23,47%.

Journal Article
TL;DR: In this article, a subjek penelitian kuantitatif adalah siswa kelas IPA 1 and IPA 2, and hasil hasil uji kesamaan rata-rata memberikan kesimpulan bahwa kemampuan pemecahan masalah Siswa pada pembelajaran TAPPS lebih baik dari ke fektif terhadap kesulitan rendah, pada kesalah dengan tingkat
Abstract: Pemecahan masalah merupakan aspek yang penting dalam pembelajaran matematika. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menguji efektivitas pembelajaran TAPPS terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa; dan (2) menganalisis kemampuan pemecahan masalah siswa berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah Polya. Jenis penelitian ini adalah penelitian mixed method dengan desain concurren embedded. Subjek penelitian kuantitatif adalah siswa kelas IPA 1 dan IPA 2. Subjek penelitian kualitatif terdiri dari 6 subjek penelitian dengan 2 subjek dari masing-masing kelompok atas, kelompok tengah dan kelompok bawah. Pengumpulan data kuantitatif diperoleh dari tes kemampuan pemecahan masalah materi turunan dan pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan wawancara berdasarkan hasil pemecahan masalah subjek penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran TAPPS efektif terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji ketuntasan yang memberikan hasil bahwa proporsi siswa pada pembelajaran TAPPS yang tuntas KKM >75%. Hasil uji kesamaan rata-rata memberikan kesimpulan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa pada pembelajaran TAPPS lebih baik dari kemampuan pemecahan masalah siswa pada pembelajaran konvensional. Siswa kelompok bawah melakukan pemecahan masalah dengan baik pada masalah dengan tingkat kesulitan rendah, pada masalah dengan tingkat kesulitan sedang, siswa kesulitan dalam membuat rencana dan menyelesaikan masalah, sedangkan pada masalah dengan kesulitan tinggi siswa tidak mampu memahami masalah dan menyelesaikan masalah. Siswa kelompok tengah memecahkan masalah dengan baik pada masalah dengan tingkat kesulitan rendah dan sedang, pada masalah dengan tingkat kesulitan tinggi siswa kesulitan dalam merencanakan dan melakukan penyelesaian sehingga tidak memberikan hasil yang sesuai. Siswa kelompok atas memecahkan masalah dengan baik pada setiap masalah yang diberikan, pada masalah dengan tingkat kesulitan tinggi siswa tidak mampu menuliskan rencana penyelesaian tetapi mampu menyelesaiakan masalah dengan baik.

Journal Article
TL;DR: Tujuan penelitian in this article adalah untuk menganalisis pengaruh karakter cinta budaya lokal siswa terhadap kemampuan pemecahan masalah serta menguji keefektifan pembelajaran klas VII dengan penerapan strategi.
Abstract: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh karakter cinta budaya lokal siswa terhadap kemampuan pemecahan masalah serta menguji keefektifan pembelajaran siswa kelas VII dengan penerapan strategi REACT berbantuan modul etnomatematika. Penelitian ini dilakukan dengan metode kombinasi concurrent embedded. Data diambil dengan lembar pengamatan, angket, dan tes, selanjutnya data diolah dengan uji ketuntasan (uji proporsi), uji beda dua rata-rata (uji t), uji regresi, serta uji peningkatan (gain) dan kualitatif akan diuraikan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran efektif: (1) perangkat dan instrumen yang digunakan valid dengan kriteria sangat baik untuk silabus, RPP, modul etnomatematika dan TKPM serta kategori baik untuk angket dan lembar observasi, (2) kemampuan pemecahan masalah mencapai ketuntasan klasikal, dengan 90% mencapai ketuntasan individual, (3) rata-rata kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen (77) secara statistik lebih baik dari kelas kontrol (68), (4) adanya pengaruh positif keterampilan pemecahan masalah dan karakter cinta budaya lokal terhadap kemampuan pemecahan masalah sebesar 94,2%; 5) adanya peningkatan dari pertemuan I ke VI untuk keterampilan pemecahan masalah (gain peningkatan: 0,89; 0,83; 0,74; 0,61; dan 0,63) dengan rata-rata nilai gain 0,74 dan karakter cinta budaya lokal (gain peningkatan: 0,73; 0,69; 0,69; 0,69; dan 0,54) dengan rata-rata nilai gain 0,67. Disimpulkan karakter budaya lokal siswa memberi pengaruh positif kerja siswa dalam memecahkan masalah matematika.

Journal Article
TL;DR: In this article, penelitian ini bertujuan untuk 1) menguji and menganalisis kualitas pembelajaran CPS berteknik SCAMPER and 2) menganis kemampuan berpikir kreatif matematis berdasarkan kecemasan matematika siswa.
Abstract: Kemampuan berpikir kreatif menjadi tuntutan dalam Pendidikan Matematika untuk memunculkan penyelesaian baru. Kecemasan matematika mendominasi perasaan emosional siswa remaja dalam hubungannya dengan matematika di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk 1) menguji dan menganalisis kualitas pembelajaran CPS berteknik SCAMPER dan 2) menganalisis kemampuan berpikir kreatif matematis berdasarkan kecemasan matematika siswa. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian mixed method dengan desain concurrent embedded. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran CPS berteknik SCAMPER termasuk kategori baik. Analisis kualitatif menunjukkan bahwa siswa dengan kecemasan rendah sangat kreatif atau cukup kreatif. Siswa tersebut dapat menyajikan lebih dari tiga ide jawaban yang beragam, memberikan lebih dari satu cara penyelesaian, dan menuliskan penyelesaian dengan caranya sendiri dengan cukup unik. Siswa dengan kecemasan sedang sangat kreatif atau kreatif. Siswa tersebut dapat menyajikan lebih dari dua ide jawaban yang beragam, memberikan lebih dari satu cara penyelesaian, dan menuliskan penyelesaian dengan caranya sendiri dengan cukup unik. Siswa dengan kecemasan berat cukup kreatif atau sangat kreatif. Siswa tersebut dapat menyajikan lebih dari dua ide jawaban yang beragam, memberikan lebih dari satu cara penyelesaian, dan menuliskan penyelesaian dengan caranya sendiri dengan cukup unik. Siswa dengan kecemasan tingkat panik tidak kreatif. Siswa tersebut tidak dapat menyajikan lebih dari dua ide jawaban yang beragam, hanya memberikan jawaban dan penyelesaian melalui satu cara pada umumnya.

Journal Article
TL;DR: In this paper, penelitian bertujuan menganalisis perbedaan kemampuan berpikir kreatif antara peserta didik pada pembelajaran matematika model Creative Problem Solving (CPS) berpendekatan Scientific dibandingkan pengaruh kerja keras terhadap kmampusan konvensional.
Abstract: Penelitian ini bertujuan menganalisis perbedaan kemampuan berpikir kreatif antara peserta didik pada pembelajaran matematika model Creative Problem Solving (CPS) berpendekatan Scientific dibandingkan pembelajaran konvensional, pengaruh kerja keras terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis, dan karakteristik kemampuan berpikir kreatif. Penelitian menggunakan metode explanatory sequential design , yaitu menggunakan model Quasi Experiment pada tahap kuantitatif dan model Miles dan Huberman untuk analisis data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan kemampuan berpikir kreatif matema-tis kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol dengan rata-rata sebesar 79,05 dan 68,17. Kemampuan berpikir kreatif peserta didik 36,5% dipengaruhi oleh karakter kerja keras. Setelah diteliti, kemampuan berpikir kreatif matematis kelompok atas dan kelompok tengah lebih menonjol pada aspek keluwesan, sedangkan kelompok bawah menonjol pada aspek kelancaran. Kesimpulan dari penelitian ini adalah (1) peserta didik yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan Scientific melalui model CPS telah mencapai KKM; (2) kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol; (3) karakter kerja keras berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis; (4) kemampuan berpikir kreatif matematis peserta didik menonjol pada aspek tertentu.