scispace - formally typeset
Search or ask a question
Journal ArticleDOI

Hubungan antara Sikap, Kemandirian Belajar, dan Gaya Belajar dengan Hasil Belajar Kognitif Siswa

18 Dec 2015-Vol. 3, Iss: 2, pp 15-20
TL;DR: Instrumen penelitian berupa angket yang digunakan untuk memperoleh data sikap, kemandirian, and gaya belajar siswa as mentioned in this paper.
Abstract: Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara variabel sikap, kemandirian belajar dan gaya belajar dengan hasil belajar kognitif biologi. Penelitian ini merupakan penelitian ex post facto . Instrumen penelitian berupa angket yang digunakan untuk memperoleh data sikap, kemandirian belajar, dan gaya belajar siswa. Dokumentasi, digunakan untuk memperoleh nilai hasil belajar kognitif biologi. Pengumpulan data sikap, kemandirian, dan gaya belajar siswa dilakukan melalui pemberian angket (kuesioner) kepada siswa. Data hasil belajar kognitif siswa diperoleh dari nilai ulangan semester. Data dianalisis dengan menggunakan analisis statistik inferensial dengan uji korelasi product moment , regresi sederhana dan berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara: (i) sikap siswa dengan hasil belajar kognitif Biologi, dengan nilai korelasi sebesar 0,621, (ii) kemandirian belajar siswa dengan hasil belajar kognitif Biologi, dengan nilai korelasi sebesar 0,579, (iii) gaya belajar siswa dengan hasil belajar kognitif Biologi, dengan nilai korelasi sebesar 0,577, (iv) sikap, kemandirian belajar dan gaya belajar siswa dengan hasil belajar kognitif Biologi.

Content maybe subject to copyright    Report

Jurnal BIOEDUKATIKA Vol. 3 No. 2 Desember 2015 ISSN: 2338-6630 | Halaman 15-20
Terbitan Bulan Desember| Jurnal BIOEDUKATIKA
15
Hubungan antara Sikap, Kemandirian Belajar, dan Gaya Belajar
dengan Hasil Belajar Kognitif Siswa
Syamsu Rijal
1)
, Suhaedir Bachtiar
2)
1)
Pendidikan Biologi, STKIP Puangrimaggalatung
Jl. Sultan Hasanuddin No. 27, Sengkang, 90915 Indonesia
e-mail: syamsurijalspd@gmail.com
2)
SMPN 2 Batang, Kabupaten Jeneponto
Desa Macini Baji Kecamatan Batang
e-mail: subha.3g@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara variabel sikap, kemandirian belajar dan
gaya belajar dengan hasil belajar kognitif biologi. Penelitian ini merupakan penelitian
ex post facto
.
Instrumen penelitian berupa angket yang digunakan untuk memperoleh data sikap, kemandirian
belajar, dan gaya belajar siswa. Dokumentasi, digunakan untuk memperoleh nilai hasil belajar
kognitif biologi. Pengumpulan data sikap, kemandirian, dan gaya belajar siswa dilakukan melalui
pemberian angket (kuesioner) kepada siswa. Data hasil belajar kognitif siswa diperoleh dari nilai
ulangan semester. Data dianalisis dengan menggunakan analisis statistik inferensial dengan uji
korelasi
product moment
, regresi sederhana dan berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang positif antara: (i) sikap siswa dengan hasil belajar kognitif Biologi, dengan
nilai korelasi sebesar 0,621, (ii) kemandirian belajar siswa dengan hasil belajar kognitif Biologi,
dengan nilai korelasi sebesar 0,579, (iii) gaya belajar siswa dengan hasil belajar kognitif Biologi,
dengan nilai korelasi sebesar 0,577, (iv) sikap, kemandirian belajar dan gaya belajar siswa dengan
hasil belajar kognitif Biologi.
Kata kunci:
sikap, kemandirian belajar, gaya belajar, hasil belajar kognitif
Pendahuluan
Proses pendidikan terdiri dari 3 unsur dasar yakni
input-proses-output. Input yang dimaksud yaitu siswa
dengan berbagai latar belakangnya. Proses yaitu
kegiatan pembelajaran yang didalamnya mencakup
pemberian dan pemahaman materi oleh guru kepada
siswa. Output merupakan hasil telaah yang telah dicapai
meliputi kognitif, afektif dan psikomotorik. Diantara
ketiga unsur tersebut, proses pembelajaranlah yang
nantinya akan menentukan baik tidaknya kemampuan
dan hasil belajar siswa.
Keberhasilan proses pembelajaran tentunya akan
dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari lingkungan
sekolah, keluarga ataupun dari siswa itu sendiri. Siswa
sebagai orang yang sedang belajar dan berkembang
memiliki keunikan dan karakter masing-masing dalam
proses pembelajaran. Keunikan yang dimiliki membuat
siswa memiliki respon yang berbeda dalam memahami
suatu pelajaran. Baik dari segi sikap ataupun gaya
belajar yang menunjang keberhasilan belajarnya.
Fakta yang diperoleh peneliti bahwa di SMA
Negeri 1 Ajangale belum pernah dilakukan penelitian
tentang sikap, kemandirian dan gaya belajar siswa.
Selain itu diperoleh informasi bahwa sebagian siswa
menganggap pelajaran biologi itu susah karena
materinya begitu banyak, harus dihapal serta identik
dengan bahasa latin yang membosankan. Saat proses
pembelajaran berlangsung di kelas sebagian besar siswa
hanya duduk diam dan mendengar penjelasan oleh guru
serta keliatan kurang bergairah dalam mengikuti
pembelajaran. Ini merupakan sikap siswa yang kurang
baik saat proses pembelajaran berlangsung.
Sikap siswa berperan sebagai penunjang dalam
mencapai suatu tujuan pembelajaran. Sikap dipengaruhi
perasaan pendukung atau tidak mendukung terhadap
suatu objek. Terdapat banyak asumsi bahwa ada
hubungan yang positif antara sikap siswa dengan hasil
belajarnya. Dengan kata lain, bahwa siswa yang
mempunyai sikap positif terhadap pelajaran tertentu
cenderung lebih tekun dalam belajar sehingga mencapai
hasil yang memuaskan. Dan sebaliknya, siswa yang
mempunyai sikap negatif terhadap pelajaran, dia tidak
akan bersemangat belajar sehingga hasilnya kurang
memuaskan. Sikap positif ini diartikan sikap yang
dapat mendukung siswa dalam mempelajari biologi,
seperti menyenangi pelajaran tersebut dan sikap yang
negatif merupakan sikap yang menghambat dalam
mempelajari biologi.
Salah satu ciri belajar biologi membutuhkan
kemandirian belajar sebagai sarana pendukung. Hal ini
dimaksudkan karena sebagian besar siswa belajar
biologi hanya pada waktu akan ulangan atau saat ada
tugas yang diberikan oleh guru. Siswa yang memiliki
kemandirian belajar yang tinggi diharapkan mampu
belajar dengan baik sehingga menguasai pelajaran dan

Syamsu Rijal, Suhaedir Bachtiar
16
Jurnal BIOEDUKATIKA| Hubungan antara Sikap, Kemandirian Belajar, dan Gaya Belajar dengan Hasil Belajar Kognitif Siswa
meningkatkan hasil belajar biologinya. Sedangkan fakta
dilapangan ternyata bahwa kemandirian belajar siswa
tidak begitu baik ditandai pada saat pemberian tugas
rumah, masih ada beberapa siswa yang menyelesaikan di
sekolah dengan cara melihat pekerjaan teman yang
sudah selesai. Sehingga setelah diberikan tes ulangan
tertulis oleh guru diperoleh hasil belajar kognitif siswa
yang kurang menggembirakan.
Penunjang berikut dalam pencapaian hasil belajar
siswa adalah gaya belajar yang terbagi tiga yaitu visual,
auditory dan kinestetik. Gaya belajar seseorang
merupakan kombinasi dari menyerap informasi dengan
mudah dan kemudian mengatur serta mengolah
informasi tersebut (DePorter dkk, 2008). Setiap siswa
menggunakan ketiga gaya ini pada tahapan tertentu,
akan tetapi salah satu dari ketiganya cenderung lebih
menonjol. Adanya perbedaan tersebut, guru harus
mampu mengakomodasi kebutuhan siswa dalam
kegiatan proses pembelajaran. Sehingga tujuan
pembelajaran yang diharapkan dapat terpenuhi secara
maksimal khususnya dalam pelajaran biologi.
Para ahli di bidang pendidikan mencoba
mengembangkan teori mengenai gaya belajar sebagai
cara untuk mencari jalan agar belajar menjadi hal yang
mudah dan menyenangkan. Belajar memerlukan
konsentrasi yang tinggi agar dapat memahami konsep
yang dipelajari. Situasi dan kondisi untuk
berkonsentrasi sangat berhubungan dengan gaya belajar.
Jika seseorang dapat mengenali gaya belajar sendiri,
maka orang tersebut dapat mengelola pada kondisi apa,
di mana, kapan dan bagaimana seseorang dapat
memaksimalkan belajar.
Biologi merupakan salah satu mata pelajaran yang
didalamnya mengandung berbagai istilah-istilah latin
serta materi yang begitu kompleks membuat siswa
jenuh belajar, bahkan merasa sulit untuk memahaminya.
Pemberian strategi maupun metode yang telah
diberikan oleh guru di kelas tidak selamanya mampu
mengakomodasi kebutuhan belajar siswa. Olehnya itu
selain sikap dan gaya belajar sebagai penunjang
pembelajaran, kemandirian belajar siswapun dituntut
agar mampu memahami dan menguasai pelajaran.
Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester genap,
tepatnya pada bulan Januari tahun ajaran 2013/2014.
Populasi penelitian adalah seluruh siswa di SMA
Negeri 1 Ajangale Kabupaten Bone yang terdiri dari 21
rombongan belajar. Tiap rombongan belajar berjumlah
38 orang siswa, jadi total populasi dalam penelitian ini
adalah 798 orang siswa.
Penentuan sampel dilakukan dengan
random
sampling
yaitu pengambilan sampel pada 21
rombongan belajar belajar dengan cara membuat
lembar undian, sehingga terpilih X1, X3, XI IPA2, XI
IPA3, XII IPA1, XII IPA3 sebagai sampel penelitian
dengan jumlah siswa 212 orang.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah: (1) Angket, yang digunakan untuk memperoleh
data skor sikap, kemandirian belajar, dan gaya belajar
siswa, (2) Dokumentasi, digunakan untuk memperoleh
nilai hasil belajar kognitif biologi.
Pengumpulan data sikap, kemandirian, dan gaya
belajar siswa dilakukan melalui pemberian angket
(kuesioner) kepada siswa. Data hasil belajar kognitif
siswa diperoleh dari nilai ulangan semester ganjil tahun
ajaran 2012/2013. Data yang telah terkumpul
dianalisis dengan menggunakan analisis statistik
inferensial dengan uji korelasi
product moment
, regresi
sederhana dan berganda serta dibantu dengan
software
SPSS 20.0 for
windows,
dilakukan pada taraf
signifikansi 0,05 (p<0,05). Sebelum uji di atas,
dilakukan uji prasyarat atau uji asumsi yang meliputi uji
normalitas dan linearitas data. Uji normalitas
menggunakan uji
One-Sample Kolmogorov-Smirnov
.
Hasil dan Pembahasan
Analisis Hubungan antara Sikap dengan Hasil Belajar
Kognitif
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan
diperoleh nilai korelasi (r) sebesar 0,621 dan jika
dikonsultasikan pada klasifikasi besar kecilnya
hubungan, maka hubungan diantara keduanya
tergolong pada kategori kuat. Nilai signifikansi sebesar
0,00. Hal ini menunjukkan bahwa ada korelasi yang
signifikan antara sikap dengan pembelajaran dengan
hasil belajar kognitif biologi siswa SMA Negeri 1
Ajangale Kabupaten Bone. Nilai R
2
sebesar 0,386
sehingga diperoleh koefisien determinasi (KP) sebesar
0,386 x 100% = 38,6%. Hal ini menunjukkan bahwa
konstribusi nilai sikap terhadap hasil belajar kognitif
biologi sebesar 38,6%.
Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa nilai
sikap siswa terhadap pembelajaran biologi di SMA
Negeri 1 Ajangale Kabupaten terdapat 49% siswa
berada pada kategori negatif dan 51% berada pada
kategori positif. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
sikap positif siswa dalam pembelajaran biologi. Sikap
yang positif terhadap pembelajaran tentu akan
memberikan dampak yang baik terhadap hasil belajar
kognitif siswa. Hal ini didukung dengan hasil penelitian
Rusgianto (2006), menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang positif antara sikap siswa dengan hasil
belajarnya. Walaupun sikap siswa bukanlah satu-
satunya faktor dalam meningkatkan hasil belajar
kognitif biologi.
Berdasarkan nilai koefisien korelasi antara sikap
dengan hasil belajar kognitif biologi yang diperoleh
sebesar 0,621. Maka diketahui bahwa hubungan antara
kedua variabel tersebut tergolong kuat. Hubungan
tersebut nyata ditandai dengan nilai signifikansi sebesar
0,00. Sehingga dapat diketahui bahwa terdapat
hubungan antara sikap siswa dengan hasil belajar
kognitif biologi walaupun tergolong dalam kategori
kuat. Sikap siswa memberikan konstibusi sebesar
38,6% terhadap hasil belajar kognitif biologi. Hal ini
menandakan bahwa pada dasarnya pencapaian hasil
belajar kognitif biologi siswa di SMA Negeri 1

Jurnal BIOEDUKATIKA Vol. 3 No. 2 Desember 2015 ISSN: 2338-6630 | Halaman 15-20
Terbitan Bulan Desember| Jurnal BIOEDUKATIKA
17
Ajangale tidak hanya dipengaruhi oleh faktor sikap
melainkan ada beberapa faktor yang lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
kognitif sangatlah kompleks yang menyangkut faktor
internal maupun faktor eksternal, seperti: minat,
motivasi, sikap, kecerdasan (
intelegency
), lingkungan
belajar, strategi belajar, keadaan fisik dan lain-lain.
Djamarah (2011), mengemukakan bahwa hasil belajar
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: (a)
lingkungan (b) instrumental (c) kondisi fisiologis (d)
kondisi psikologis. Menurut Winkel (2009),
menyatakan bahwa hasil belajar dirumuskan sebagai
suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan lingkungannya, yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pemahaman,
ketrampilan dan nilai serta sikap.
Purwanto (2011), mengatakan bahwa Sikap
senantiasa mempunyai hubungan tertentu dengan objek
dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau
berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek
tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas. Sikap
mempunyai segi motivasi dan segi perasaan, sifat
alamiah yang membedakan sikap kecakapan atau
pengetahuan yang dimiliki orang.
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi sikap,
yaitu faktor internal individu dan faktor eksternal
individu (Azwar, 2008). (i) Faktor Internal Individu
terdiri dari: (a) Emosi dalam diri individu, kadang-
kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang
didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam
penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme
ego. (b) Intelegensia, seseorang dengan intelegensia
yang tinggi akan dapat memutuskan sesuatu yang dapat
mengambil tindakan/sikap yang tepat saat menghadapi
suatu masalah. (c) Pengalaman pribadi, apa yang telah
dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan
mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulasi
sosial. (d) Kepribadian, orang dengan kepribadian
terbuka akan berbeda dalam mengambil sikap dengan
orang yang berkepribadian saat menghadapi situasi yang
sama. (e) Konsep diri, seseorang yang memiliki konsep
diri yang baik, akan mengambil sikap yang positif saat
menghadapi suatu masalah/situasi berbeda dengan
orang yang memiliki konsep rendah diri., dan (ii)
Faktor eksternal individu antara lain: (a) Institusi atau
lembaga pendidikan atau lembaga agama, lembaga
pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap
dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan
konsep moral dari diri individu. (b) Kebudayaan,
kebudayaan dimana kita hidup dan didasarkan
mempunyai pengaruh yang besar terhadap sikap. (c)
Lingkungan, lingkungan yang kondusif dimana
masyarakatnya sangat terbuka dan mudah menerima
hal-hal baru akan membuat seseorang akan mengambil
sikap positif yang tepat sesuai yang diinginkan. (d)
Media massa, sebagai sarana komunikasi, berbagai
bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar,
majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar
dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang.
Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya,
media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi
sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. (e)
Orang lain yang dianggap penting, orang lain disekitar
kita merupakan salah satu diantara komponen sosial
yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita
anggap penting, seseorang yang kita harapkan
persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat
kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan, atau
seseorang yang berarti khusus untuk kita
(significant
others)
, akan lebih banyak mempengaruhi
pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Seorang
individu pada umumnya cenderung untuk memiliki
sikap orang yang dianggap penting. (f) Situasi, dua
orang yang sedang menghadapi masalah yang sama
tetapi dalam situasi yang berbeda maka sikap yang
diambil tidak akan sama.
Sikap merupakan reaksi evaluatif terhadap
pembelajaran biologi dalam bentuk positif ataupun
negatif yang meliputi aspek mata pelajaran, cara
mempelajari, guru yang mengajar serta upaya
memperdalam mata pelajaran. Oleh karena itu upaya-
upaya yang yang dilakukan dalam meningkatkan sikap
siswa terhadap pembelajaran biologi antara lain:
Pertama, media cetak sebagai sumber informasi dan
sekaligus sebagai sumber belajar yang terkait dengan
biologi disediakan dalam jumlah cukup, dan berkualitas
diperpustakaan atau ruang baca. Media cetak, misalnya
buku, majalah ilmiah, atau makalah tentang biologi.
Sumber belajar dari media cetak tersebut dapat
digunakan oleh siswa ataupun guru sebagai sumber
informasi tentang kemajuan biologi saat ini, informasi
tentang peran biologi dalam mendukung
pengembangan ilmu pengetahuan. Diharapkan melalui
sumber belajar tersebut, pengetahuan siswa semakin
luas dan dapat meningkatkan sikap positif terhadap
pembelajaran biologi.
Kedua, pemanfaatan media elektronik baik itu
berupa komputer, laptop, LCD ataupun aplikasi-
aplikasi pembelajaran dalam proses pembelajaran
biologi oleh guru bidang studi. Komputer/ laptop
dapat digunakan oleh guru dalam berkomunikasi aktif
melalui akses internet untuk memperoleh informasi-
informasi terbaru terkait materi-materi yang akan
diajarkan kepada siswa. Sehingga pengetahuan yang
diperoleh siswa tidak hanya monoton bersumber dari
buku pelajaran.
Ketiga, orang tua siswa apabila mengetahui anaknya
bersikap negatif terhadap biologi, salah satu indikator
adalah diperolehnya nilai yang tidak tuntas pada waktu
ulanga atau nilai rapor, perlu mengupayakan strategi
untuk memperbaiki kondisi tersebut. Orang tua perlu
menciptakan suasana belajar biologi yang mendukung
bagi anak misalnya mendatangkan guru privat untuk
membantu anak, mengikut sertakan anak kedalam
kegiatan yang mengenalkan berbagai metode
pembelajaran biologi. sebagai contoh yang marak
dimasyarakat yaitu bimbingan belajar yang

Syamsu Rijal, Suhaedir Bachtiar
18
Jurnal BIOEDUKATIKA| Hubungan antara Sikap, Kemandirian Belajar, dan Gaya Belajar dengan Hasil Belajar Kognitif Siswa
menyediakan berbagai layanan kepada siswa serta
penggunaan metode-metode pembelajaran yang
berbeda.
Analisis Hubungan antara Kemandirian Belajar dengan
Hasil Belajar Kognitif
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan
diperoleh nilai korelasi (r) sebesar 0,579 dan jika
dikonsultasikan pada klasifikasi besar kecilnya
hubungan, maka hubungan diantara keduanya
tergolong pada kategori cukup kuat. Nilai signifikansi
sebesar 0,00. Hal ini menunjukkan bahwa ada korelasi
yang signifikan antara kemandirian belajar dengan hasil
belajar kognitif biologi siswa SMA Negeri 1 Ajangale
Kabupaten Bone. Nilai R
2
sebesar 0,335 sehingga
diperoleh koefisien determinasi (KP) sebesar 0,335 x
100% = 33,5%. Hal ini menunjukkan bahwa
konstribusi kemandirian belajar terhadap hasil belajar
kognitif biologi sebesar 33,5%.
Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa
kemandirian belajar siswa di SMA Negeri 1 Ajangale
Kabupaten Bone termasuk dalam kategori tinggi dengan
jumlah responden 120 atau 57%. Kemandirian belajar
siswa yang tinggi ini merupakan salah satu faktor
penyebab hasil belajar kognitif biologi yang diperoleh
berada pada kategori tinggi.
Berdasarkan nilai koefisien korelasi antara
kemandirian belajar dengan hasil belajar kognitif
biologi yang diperoleh sebesar 0,579. Maka diketahui
bahwa hubungan antara kedua variabel tersebut
tergolong cukup kuat. Hubungan tersebut nyata
ditandai dengan nilai signifikansi sebesar 0,00.
Kemandirian belajar memberikan konstibusi sebesar
33,5% terhadap hasil belajar kognitif biologi. Hal ini
menandakan bahwa pencapaian nilai hasil belajar
kognitif biologi siswa di SMA Negeri 1 Ajangale tidak
hanya dipengaruhi oleh faktor kemandirian belajar
siswa.
Kemandirian belajar merupakan keharusan dalam
proses pembelajaran dewasa ini, sejauh pelajaran itu
diarahkan kepada hari depan siswa, yang dengan nyata
dapat dilihat dalam keluarga dan masyarakat.
Wedemeyer menjelaskan bahwa belajar mandiri adalah
cara belajar yang memberikan derajat kebebasan,
tanggung jawab dan kewenangan yang lebih besar pada
siswa dalam merencanakan dan melaksankan kegiatan-
kegiatan belajarnya (Chareuman, 2003). Selanjutnya
Ahmadi (2008), mengatakan bahwa kemandirian
belajar yaitu siswa dituntut memiliki inisiatif, keaktifan
dan keterlibatan dalam proses pembelajaran untuk
meningkatkan prestasi belajar. Pada dasarnya
kemandirian merupakan perilaku individu yang mampu
berinisiatif, mampu mengatasi hambatan/masalah,
mempunyai rasa percaya diri untuk melakukan kegiatan
belajar.
Basri dalam Astuti (2005), mengatakan bahwa
kemandirian belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu faktor yang terdapat didalam dirinya sendiri
(faktor endogen) dan faktor-faktor yang terdapat di
luar dirinya (faktor eksogen). (i) Faktor endogen
(internal) adalah semua pengaruh yang bersumber dari
dalam dirinya sendiri, seperti keadaan keturunan dan
konstitusi tubuhnya sejak dilahirkan dengan segala
perlengkapan yang melekat padanya. Segala sesuatu
yang dibawa sejak lahir adalah merupakan bekal dasar
bagi pertumbuhan dan perkembangan individu
selanjutnya. Bermacam-macam sifat dasar dari ayah dan
ibu mungkin akan didapatkan didalam diri seseorang,
seperti bakat, potensi intelektual dan potensi
pertumbuhan tubuhnya,dan (ii) Faktor eksogen
(eksternal) adalah semua keadaan atau pengaruh yang
berasal dari luar dirinya, sering pula dinamakan dengan
faktor lingkungan. Lingkungan kehidupan yang
dihadapi individu sangat mempengaruhi perkembangan
kepribadian seseorang, baik dalam segi negatif maupun
positif. Lingkungan keluarga dan masyarakat yang baik
terutama dalam bidang nilai dan kebiasaan-kebiasaan
hidup akan membentuk kepribadian, termasuk pula
dalam hal kemandiriannya.
Untuk mengembangkan kemandirian belajar siswa
maka guru hendaknya menciptakan suasana belajar yang
kondusif dan menghindarkan sesuatu yang akan
mengganggu belajar siswa, mendorong siswa memahami
metode dan prosedur yang benar dalam menyelesaikan
suatu tugas, membantu siswa mengatur waktu,
menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa mereka
mampu mengerjakan tugas yang diberikan, mendorong
siswa untuk mengontrol emosi dan tidak mudah panik
ketika menyelesaikan tugas atau menghadapi kesulitan,
serta memperlihakan kemajuan yang telah dicapai siswa.
Analisis Hubungan antara Gaya Belajar dengan Hasil
Belajar Kognitif
Hasil analisis yang telah dilakukan diperoleh nilai
korelasi (r) sebesar 0,577 dan jika dikonsultasikan pada
klasifikasi besar kecilnya hubungan, maka hubungan
diantara keduanya tergolong pada kategori cukup kuat.
Nilai signifikansi sebesar 0,00. Hal ini menunjukkan
bahwa ada korelasi yang signifikan antara gaya belajar
dengan hasil belajar kognitif biologi siswa SMA Negeri
1 Ajangale Kabupaten Bone. Nilai R
2
sebesar 0,333
sehingga diperoleh koefisien determinasi (KP) sebesar
0,333 x 100% = 33,3%. Hal ini menunjukkan bahwa
konstribusi gaya belajar terhadap hasil belajar kognitif
biologi sebesar 33,3%.
Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa tipe
gaya belajar siswa di SMA Negeri 1 Ajangale
Kabupaten Bone didominasi oleh tipe visual sebanyak
90 siswa atau 42%. Gaya belajar tipe auditori sebanyak
66 siswa atau 31%. Tipe kinestesik sebanyak 25 siswa
atau 17%. Selebihnya tipe gaya belajar kombinasi hanya
sebesar 10%. Nilai persentase sebesar 42% pada tipe
visual menunjukkan kecenderungan siswa dalam proses
pembelajaran biologi menitik beratkan ketajaman
penglihatan. Hal ini dikarenakan pelajaran biologi
meliputi materi berupa gambar seperti struktur sel,
jaringan dan organ tubuh tumbuhan, hewan maupun
manusia. Disamping itu kecepatan organ penglihatan
jauh lebih cepat menerima informasi dibanding organ
pendengaran dan gerak. Untuk tipe auditori sebesar

Jurnal BIOEDUKATIKA Vol. 3 No. 2 Desember 2015 ISSN: 2338-6630 | Halaman 15-20
Terbitan Bulan Desember| Jurnal BIOEDUKATIKA
19
31%, hal ini dikarenakan materi biologi selain gambar
juga meliputi materi konsep yang berkaitan definisi-
definisi seperti pengertian sel, jaringan, organ dan lain-
lain. Untuk menyerap materi tersebut siswa melibatkan
organ pendengarannya. Tipe kinestesik sebesar 17%,
hal ini disebabkan biologi juga meliputi materi
praktikum yang dalam prosesnya melibatkan organ
gerak (motorik) siswa. Namun dalam proses
pembelajaran tipe kinsetesik masih kurang terasah.
Sejalan dengan hal tersebut, DePotter dkk (2008),
menyatakan bahwa gaya belajar seseorang merupakan
kombinasi dari menyerap informasi dengan mudah dan
kemudian mengatur serta mengolah informasi tersebut.
Setiap siswa menggunakan ketiga gaya ini pada tahapan
tertentu, akan tetapi salah satu dari ketiganya cenderung
lebih menonjol. Sehingga selain sikap dan kemandirian
belajar, maka gaya belajar juga memberikan konstribusi
terhadap pencapaian hasil belajar kognitif biologi.
Berdasarkan nilai koefisien korelasi antara gaya
belajar dengan hasil belajar kognitif biologi yang
diperoleh sebesar 0,577. Maka diketahui bahwa
hubungan antara kedua variabel tersebut tergolong
cukup kuat. Hubungan tersebut nyata ditandai dengan
nilai signifikansi sebesar 0,00. Gaya belajar memberikan
konstibusi sebesar 33,3% terhadap hasil belajar
kognitif biologi. Hal ini dikarenakan gaya belajar bukan
merupakan satu-satunya faktor yang mendukung proses
pencapaian hasil belajar kognitif biologi. Melainkan
masih ada faktor lain, walaupun gaya belajar memiliki
andil dalam proses pencapaian hasil belajar.
Gaya belajar seseorang cukup berpengaruh terhadap
pencapaian hasil belajarnya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Nasution (2003), yang mengemukakan
bahwa setiap metode mengajar bergantung pada cara
atau gaya siswa belajar, pribadinya serta
kesanggupannya. Dengan demikian, guru dalam
mengajar hendaknya memperhatikan gaya belajar atau
learning style
siswa, yaitu cara siswa bereaksi dan
menggunakan stimulus-stimulus yang diterima dalam
proses pembelajaran.
Setiap orang memiliki dan mengembangkan gaya
belajar tersendiri yang dipengaruhi oleh tipe
kepribadian, kebiasaan atau
habit
, serta berkembang
sejalan dengan waktu dan pengalaman. Pola atau gaya
belajar tersebut dipengaruhi oleh jurusan atau bidang
yang digeluti, yang selanjutnya akan turut memengaruhi
keberhasilan seorang dalam meraih prestasi yang
diharapkan (Susilo, 2006).
Karakteristik siswa pada dasarnya dapat
diidentifikasi dari berbagai sudut pandang antara lain:
kemampuan awal siswa, latar belakang budaya siswa,
pengalaman belajar siswa, gaya belajar siswa, dan
sebagainya. Karateristik gaya belajar siswa dipandang
cukup penting dan berpengaruh terhadap keberhasilan
proses belajar siswa adalah karakteristik gaya belajar
siswa (Asri, 2004).
Orang-orang auditorial lebih suka mendengarkan
materinya dan kadang-kadang kehilangan urutannya
jika mereka mencoba mencatat materinya selama
presentasi berlangsung. Orang-orang visual lebih suka
membaca makalah dan memperhatikan ilustrasi yang
disajikan pembicara melalui media LCD serta membuat
catatan-catatan dengan sangat baik dan rapi. Sedang
orang-orang kinestetik lebih suka dengan aktivitas
bergerak dan interaksi kelompok saat proses
pembelajaran berlangsung (DePorter dkk, 2008).
Mengoptimalkan gaya belajar yang dimiliki oleh
siswa dapat dilakukan beberapa hal sesuai tipe gaya
belajar antara lain: (1) Siswa Visual; menampilkan
gambar-gambar yang menarik dan peta konsep saat
pembelajaran berlangsung, anjurkan siswa membaca
secara sekilas kemudian setelah mendapatkan gambaran
umum tentang materi yang akan dipelajari, barulah
masuk pada perincian atau detailnya (2) Siswa
Auditorial; mengulang-ulang materi yang dianggap
penting dengan menggunakan intonasi suara yang
berirama, menggunakan media berupa video
pembelajaran biologi yang mempunyai efek suara (3)
Siswa Kinestetik; merancang suatu model pembelajaran
yang lebih membuat siswa lebih banyak beraktivitas
seperti pembelajaran berbasis proyek ,metode
demonstrasi maupun praktikum.
Analisis Hubungan antara Sikap, Kemandirian dan
Gaya Belajar dengan Hasil Belajar Kognitif
Hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh
persamaan hubungan diantara 4 variabel yang diukur
yaitu sikap, kemandirian belajar, gaya belajar dan hasil
belajar kognitif dengan bentuk persaman sebagai
berikut.
Y = 16,650 + 0,344X1 + 0,146X2 + 0,292X3
Dengan interpretasi adalah. (a) Nilai a = 16,650:
dengan adanya sikap, kemandirian belajar dan gaya
belajar, maka besarnya hasil belajar kognitif siswa
adalah 16,650 satuan, (b) Nilai b1 = +0,344: setiap
kenaikan nilai sikap siswa terhadap pembelajaran
biologi sebesar satu satuan, maka terjadi perubahan
hasil belajar kognitif sebesar 0,344 satuan, (c) Nilai b2
= +0,146: setiap kenaikan nilai kemandirian belajar
siswa sebesar satu satuan, maka terjadi perubahan hasil
belajar kognitif sebesar 0,146 satuan, dan (d) Nilai b3
= +0,292: setiap kenaikan nilai gaya belajar siswa
sebesar satu satuan, maka terjadi perubahan hasil belajar
kognitif sebesar 0,292 satuan.
Hasil penelitian terkait korelasi keempat variabel
yang diteliti yaitu sikap, kemandirian belajar dan gaya
belajar siswa dengan hasil belajar kognitif biologi di
SMA Negeri 1 Ajangale Kabupaten Bone,
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara sikap,
kemandirian belajar dan gaya belajar siswa dengan hasil
belajar kognitif. Hubungan yang diperoleh diantara
variabel tersebut tidak terlepas dari faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa. Muhibbin Syah
(2010), mengatakan bahwa hasil belajar dipengaruhi
oleh tiga macam yaitu : (i) Faktor internal (faktor
dalam diri siswa) yaitu aspek fisiologis dan aspek
psikologis : a) spek fisiologis yaitu kesehatan siswa
sangat berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam

Citations
More filters
Journal ArticleDOI
TL;DR: In this article, a picture story book based on augmented reality (AR) application was developed and the sample in this study were experts who assessed the validity and practicality of the media using a Research and Development approach with the Borg & Gall model.
Abstract: This study aims to develop a picture story book based on Augmented Reality (AR) application. The sample in this study were experts who assessed the validity and practicality of the media. This study use a Research and Development approach with the Borg & Gall model. This study used to purposive random sampling technique. The data in this study were collected with questionnaire techniques. The data analysis technique used to descriptive statistics. The results showed that the learning media in the form of Augmented Reality-based picture story books were declared valid and practical to used in mathematics learning. So, this learning media can be used to accommodate Z generation students in mathematics learning. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan buku cerita bergambar dengan bantuan aplikasi Augmented Reality . Sampel pada penelitian ini yaitu ahli penilai kelayakan dan kepraktisan media. Penelitian ini menggunakan pendekatan Research and Development dengan model Borg & Gall. Penelitian ini menggunakan teknik sampling purpossive random sampling. Data pada penelitian ini dikumpulkan dengan teknik angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media pembelajaran berupa buku cerita bergambar berbasis Augmented Reality dinyatakan layak dan praktis untuk digunakan pada pembelajaran matematika. Dengan demikian, media pembelajaran ini dapat digunakan untuk mengakomodasi siswa generasi Z pada pembelajaran matematika.

20 citations


Cites background from "Hubungan antara Sikap, Kemandirian ..."

  • ...Lebih lanjut, penyajian materi juga harus disesuaikan dengan gaya belajar siswa agar hasil yang diperoleh lebih maksimal (Nurhidayah, 2015; Rijal & Bachtiar, 2015)....

    [...]

Journal ArticleDOI
TL;DR: In this article, the authors used quantitative descriptive with correlational design to determine whether there is a relationship between motivation and attitudes of students towards physics subjects in high school, the type of research used is quantitative descriptors with correlation design. And the results of this study researchers get good results and enough attitudes towards physics investigation, adoption of scientific attitudes pleasure in learning physics, interested in participating in physics learning activities, believe that he has the ability of physics, and enjoy working on physics tasks good enough.
Abstract: Purpose: This study aims to determine whether there is a relationship between motivation and attitudes of students towards physics subjects in high school. Method: The type of research used is quantitative descriptive with correlational design. The data used by researchers were in the form of questionnaires/motivational questionnaires and attitudes with a total of 54 statements for attitude questionnaires and 23 statements for motivational questionnaires using liker scale 5. Data Analysis: using descriptive and inferential statistics. Findings: the results of this study researchers get good results and enough attitudes towards physics investigation, adoption of scientific attitudes pleasure in learning physics, interested in participating in physics learning activities, believe that he has the ability of physics, and enjoy working on physics tasks good enough, this is in accordance with the analysis of the relationship that has been done, that there is a relationship between motivation and student attitudes toward physics subjects, with details, at level 1 the correlation coefficient is 0.318, then at level 2 is 0.862 and at level 3 is -0.56, at level 1 has a low positive relationship, level 2 has a strong positive relationship, while at level 3 has a moderate negative relationship.

20 citations


Cites background from "Hubungan antara Sikap, Kemandirian ..."

  • ...This is also explained by Rijal and Bachtiar (2015) students who have a positive attitude towards certain lessons is more diligent in learning so as to achieve satisfactory results....

    [...]

Journal ArticleDOI
06 Jul 2019
TL;DR: In this article, the authors describe the attitudes of students towards the three attitude indicators at middle school in Jambi Province, Indonesia in a questionnaire consisting of three indicators with 27 statements and also interviews.
Abstract: Purpose: Attitude is expression or response of students regarding learning. Attitudes in the form of expressions of like, dislike or rejecting an object. The purpose of this research is to describe the attitudes of students towards the three attitude indicators at middle school in Jambi Province Indonesia. Research Methods: Type of research is survey research. The research instrument was in the form of a questionnaire consisting of three indicators with 27 statements and also interviews. The number of students in research samples is 2,815 which are middle school students in Jambi Province, Indonesia Regency. Results: The results of research on three dominant attitude indicators are in the good category. Adoption of scientific attitudes shows a good category with a percentage of 58.4%. The pleasure of learning science is categorized as good with a percentage of 66.3%. Whereas a career in science is categorized as sufficient with a percentage of 41.8%.

19 citations


Cites background from "Hubungan antara Sikap, Kemandirian ..."

  • ...Students’ positive attitudes in learning are characterized by being more diligent in learning so that they get satisfactory results (Rijal & Bachtiar, 2015)....

    [...]

Proceedings ArticleDOI
24 Feb 2021
TL;DR: In this article, the authors used the ANTASARI blended learning model to improve students' soft and social skills in elementary education in Banjarmasin, Ivory Coast, using data collected using observation, documentation, interview, test, and questionnaire.
Abstract: This research will show about (1) the characteristics and implementation of the ANTASARI blended learning model; (2) The appropriateness of implementation blended learning model ANTASARI; (3) the effectiveness of the ANTASARI implementation blended learning model to improve soft and social skills pass for the COVID-19 pandemic. The method of this research uses Research and Development (R&D) with the Four-D model (definition, design, development, and dissemination). The sample of this research is 45 person elementary school students on Banjarmasin. Collecting data use observation, documentation, interview, test, and questionnaire. Observation is used to know the effectiveness of implementation of the blended learning model, the improvement of critical thinking, problem-solving and independence, collaboration, negotiationand communication. Documentation is used to collect every document along with the implementation of this model. The interview is used to know the effectiveness of this model from the teacher and student side. The test is used to know the improvement of critical thinking and problem-solving skills. The last, questionnaire is used to know the effectiveness of the implementation of a blended learning model ANTASARI to improve soft and social skills. Data analysis uses the Interactive Model from Miles and Huberman. The indicator of this research improvement of soft skills included: critical thinking, problemsolving and independence and social skills included: collaboration, negotiation and communication. The result shows that (1) the characteristic and implementation of the blended learning model ANTASARI consist of Auditory, Negotiation, Team, Analysis, Somatic, Administer Information, Role Play and Interaction on Games; (2) ANTASARI's blended learning model is appropriate to be used according to the results of the validation from 3 experts with validation percentage of learning steps 91%, skills improvement 84.56% and teaching materials 86%. (3) ANTASARI's blended learning model is effective to be used in learning based on the results of evaluations using instruments of soft and social skills. The improvement after implementation blended learning model, the students who are getting high criteria on ecological awareness from 6,7% increase to 75,6%, critical thinking from 8,8% increase to 84,2%, problem-solving from 8, 2% increase to 81,3%, independence from 6,5% increase to 80,6%, collaboration from 7,2% increase to 81,4%, negotiation from 9,3% increase to 77,6%, and communication from 15, 6% increase to 77.2%. The conclusion is blended learning model ANTASARI can improve students' soft and social skills in elementary education.

16 citations


Cites background from "Hubungan antara Sikap, Kemandirian ..."

  • ...independence show a tendency to learn better under their own supervision than in program supervision, are able to monitor, evaluate, and organize their learning effectively, save time in completing assignments and organize learning and time efficiently [71,72,73,74,75,76,77,78,79]....

    [...]

Journal ArticleDOI
18 Dec 2019
TL;DR: In this paper, the authors found that there is an influence of learning styles, mathematical disposition, and mathematical anxiety on metacognitive reconstruction in mathematics learning and to know how learning styles and mathematical disposition affect metACognitive reconstruction.
Abstract: The purpose of this research is to find out whether there is an influence of learning styles, mathematical disposition, and mathematical anxiety on metacognitive reconstruction in mathematics learning and to know how learning styles, mathematical disposition, andMathematical anxietyaffect metacognitive reconstruction in mathematics learning. This research was conducted using theMixed Method. The data processing in this research uses the Structural Equation Model (SEM) through the application of the Lisrel 8.80 program. Based on the data and research results, it can be concluded that: 1) there is an influence of learning style, mathematical disposition, and mathematical anxietyon metacognitive reconstruction in mathematics learning; 2) students with goodmetacognitive reconstruction prefer visual learning style and have a high mathematical disposition and low level of anxiety. Students with medium metacognitive reconstructions category prefer kinesthetic learning styles andhave a moderate mathematical disposition and moderate levels of anxiety. Students with low metacognitive reconstruction categories prefer audio learning styles and have a low mathematical disposition and a high level of anxiety.

12 citations


Additional excerpts

  • ...…& Darminto, 2018), research on students' learning styles (Iriani & Leni, 2013; Jagantara, Adnyana, & Widiyanti, 2014; Muhtaran & Abidin, 2018; Rijal & Bachtiar, 2015; Sundayana, 2016), as well as disposition and anxiety (Ariany & Dahlan, 2017; Izzati, 2017; Zaozah, Maulana, & Djuanda, 2017)....

    [...]

References
More filters
01 Jan 2010
TL;DR: Buku Metodologi Penelitian Kesehatan berisi materi mengenai ilmu pengetahuan and penelitians, metode ilmu pengambilan sampel and metode pengumpulan data as mentioned in this paper.
Abstract: Buku Metodologi Penelitian Kesehatan berisi materi mengenai ilmu pengetahuan dan penelitian, metode ilmu pengetahuan, penelitian kesehatan, metode penelitian survei, metode penelitian eksperimen, metode penelitian klinis, usulan penelitian, masalah penelitian, kerangka konsep definisi operasional variabel dan hipotesis, metode pengambilan sampel, metode pengumpulan data, mengembangkan instrumen penelitian, pengolahan dan analisis data, penyajian data dan laporan penelitian, etika penelitian, serta penulisan ilmiah

2,118 citations

01 Jan 2009
TL;DR: Sudjana et al. as discussed by the authors stated that artinya menggambarkan hasil ying diperoleh hasil setelah mengalamami proses belaajar mengajar.
Abstract: Apakah siswa telah mencapai hasil yang diharapkan, yaitu sesuai dengan tujuan pengajaran? Apakah hal yang diperoleh siswa itu benar-benar obyektif dan representatif, artinya menggambarkan hasil yang diperolehnya setelah mengalamami proses belajar mengajar? Apakah proses belaajar mengajar sudah efisien dan produktif? Jika belum, apa saja yang masih memerlukkan perbaikan dan penyempurnaan? Semua pertanyaan itu- dan tentunya masih banyak pertanyaan lainnya yang lebih spesifik- hanya akan terjawab jika dilaksanakan sistem penilaian yang tepat Memang penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran belum lengkap jika tidak disertaitentang hasil yang dicapaisetelah proses belajar mengajar maupun tentang poses belajar mengajar itu sendiri Dr Nana Sudjana, Kepala Pusat penelitian Pengajaran dan Pembidangan ilmu Lembaga Penelitian IKIP Bandung serta dosen pada Fakultas Ilmu Pendidikan Bandung dalam buku ini membahas tentang penilaian hasil dan poses belajar mengajar Pembahasanya dilengkapi dengan contoh-contoh dan studi kasus sehingga buku ini dapat berfungsi sebagai buku petunjuk yang prektis bagi para guru dan calon guru

1,262 citations

01 Jan 2014
TL;DR: Buku ini dapat dijadikan referensi bagi para mahasiswa, guru, dosen yang menaruh minat dan perhatian terhadap upaya peningkatan kualitas pendidikan as mentioned in this paper.
Abstract: Buku ini dapat dijadikan referensi bagi para mahasiswa, guru, dosen yang menaruh minat dan perhatian terhadap upaya peningkatan kualitas pendidikan.

509 citations

01 Jan 1999
TL;DR: In this paper, the authors describe how to unleashing the genius in you will unleash the genius of the world in a quantum learning environment, and how to apply quantum learning to the real world.
Abstract: Judul asli : Quantum learning : unleashing the genius in you Teks dalam bahasa Indonesia, diterjemahkan dari bahasa Inggris Bibliografi : hlm. 343-349

316 citations

Journal ArticleDOI
TL;DR: In this article, an analysis of learning styles for Iranian EFL students was conducted to increase faculty awareness and understand of the effect of learning style on the teaching process. But, the authors did not consider the effect on the learning styles of the students.
Abstract: One of the most important uses of learning styles is that it makes it easy for teachers to incorporate them into their teaching. There are different learning styles. Three of the most popular ones are visual, auditory, and kinaesthetic in which students take in information. Some students are visual learners, while others are auditory or kinaesthetic learners. While students use all of their senses to take in information, they seem to have preferences in how they learn best. In order to help students learn, teachers need to teach as many of these preferences as possible. Teachers can incorporate these learning styles in their curriculum activities so that students are able to succeed in their classes . This study is an analysis of learning styles for Iranian EFL students. The purpose of this study is to increase faculty awareness and understanding of the effect of learning styles on the teaching process. A review of the literature will determine how learning styles affect the teaching process. Keywords : Learning styles, Auditory, Visual, Kinaesthetic, Effective Teaching

214 citations