scispace - formally typeset
Search or ask a question
Journal ArticleDOI

Pengaruh praktikum dan demonstrasi dalam pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap motivasi belajar siswa pada materi asam basa ditinjau dari kemampuan awal

01 Mar 2016-Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan (Pascasarjana Universitas Negeri Malang)-Vol. 1, Iss: 3, pp 354-362
TL;DR: In this paper, the authors used the quasi-experimental design to compare the students' motivation that learned by two different methods viewed from prior knowledge, and found that students with high prior knowledge have better motivation in learning rather than students with low prior knowledge.
Abstract: This study aimed to compare the students' motivation that learned by two different methods viewed from prior knowledge. This study used the quasi-experimental design. Data were obtained from motivation questionnaire which consist of 31 point statements. Data were analyzed using two ways ANOVA. The results showed that: (1) there was differences in students' motivation that learned with hands-on and demonstration in guided inquiry learning, (2) student with high prior knowledge have better motivation in learning rather than students with low prior knowledge, (3) there was no interaction between learning methods and prior knowledge on students' motivation. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan motivasi belajar siswa yang dibelajarkan dengan 2 metode berbeda ditinjau dari kemampuan awal. Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen semu. Data penelitian diperoleh dari angket motivasi yang terdiri atas 31 butir pernyataan. Data dianalisis menggunakan ANOVA dua jalan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan motivasi belajar siswa yang dibelajarkan dengan praktikum dan demonstrasi dalam pembelajaran inkuiri terbimbing, (2) siswa dengan kemampuan awal tinggi memiliki motivasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa dengan kemampuan awal rendah, (3) tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dan kemampuan awal terhadap motivasi belajar siswa.

Content maybe subject to copyright    Report

354
Tersedia secara online
EISSN: 2502-471X
Jurnal Pendidikan:
Teori, Penelitian, dan Pengembangan
Volume: 1 Nomor: 3 Bulan Maret Tahun 2016
Halaman: 354362
PENGARUH PRAKTIKUM DAN DEMONSTRASI
DALAM PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA
PADA MATERI ASAM BASA DITINJAU DARI
KEMAMPUAN AWAL
Fitria Rizkiana, I Wayan Dasna, Siti Marfu’ah
Pendidikan Kimia Pascasarjana-Universitas Negeri Malang
Jalan Semarang 5 Malang. E-mail: fitriarizkianaana@yahoo.co.id
Abstract: This study aimed to compare the students' motivation that learned by two different
methods viewed from prior knowledge. This study used the quasi-experimental design. Data
were obtained from motivation questionnaire which consist of 31 point statements. Data were
analyzed using two ways ANOVA. The results showed that: (1) there was differences in
students' motivation that learned with hands-on and demonstration in guided inquiry learning,
(2) student with high prior knowledge have better motivation in learning rather than students
with low prior knowledge, (3) there was no interaction between learning methods and prior
knowledge on students' motivation.
Keywords: hands-on, demonstration, guided inquiry, learning motivation, prior knowledge
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan motivasi belajar siswa yang
dibelajarkan dengan 2 metode berbeda ditinjau dari kemampuan awal. Penelitian ini
menggunakan rancangan eksperimen semu. Data penelitian diperoleh dari angket motivasi
yang terdiri atas 31 butir pernyataan. Data dianalisis menggunakan ANOVA dua jalan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan motivasi belajar siswa yang dibelajarkan
dengan praktikum dan demonstrasi dalam pembelajaran inkuiri terbimbing, (2) siswa dengan
kemampuan awal tinggi memiliki motivasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa dengan
kemampuan awal rendah, (3) tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dan kemampuan
awal terhadap motivasi belajar siswa.
Kata kunci: praktikum, demonstrasi, inkuiri terbimbing, motivasi belajar, kemampuan awal
Banyak siswa berpendapat bahwa bersekolah itu membosankan. Siswa tidak tertarik pada aktivitas belajar, membuang-buang
waktu, dan tertidur di kelas, serta hanya menikmati aspek-aspek nonakademis dari bersekolah (Schunk et al., 2012). Mengapa
sedemikian banyak siswa yang merasa bosan dan tidak tertarik pada aktivitas belajar di sekolah? Salah seorang teoretikus Carl
Rogers menjelaskan permasalahan ini melalui teorinya Freedom to Learn (1969)”. Menurut teori tersebut, kebosanan siswa
bersumber dari persepsi mereka terhadap aktivitas belajar di sekolah yang tidak bermakna atau tidak berhubungan dengan
berbagai tujuan dan minat siswa. Terlebih lagi persepsi tersebut diperkuat oleh kegiatan pembelajaran yang bersifat monoton,
seperti ceramah dan murid-murid mendengarkan secara pasif (Schunk et al., 2012).
Kimia adalah salah satu materi yang dipelajari oleh siswa SMP dan SMA. Berdasarkan hasil studi, ketertarikan siswa
dalam mempelajari kimia di berbagai negara semakin berkurang yang disebabkan oleh berbagai faktor (Broman et al., 2011).
Faktor-faktor tersebut, yaitu relevansi kimia dan materi kimia sulit dipelajari. Pembelajaran ilmu sains, khususnya kimia tidak
relevan dengan kehidupan nyata siswa (Aikenhead, 2006). Aikenhead berpendapat bahwa materi sains yang dipelajari di
sekolah kurang applicable dalam kehidupan sehari-hari siswa. Selain masalah relevansi, ada kepercayaan bahwa kimia sangat
sulit untuk dipelajari (Bennett et al., 2005). Miskonsepsi dan masalah dengan model (misalnya: Lewis dan Bronsted Lowry) dan
triplet level (makro, sub-mikro, dan representasi) dari ilmu kimia itu sendiri menjadi sumber kesulitan bagi siswa untuk
mempelajari kimia.
Salah satu materi kimia yang dipelajari oleh siswa di SMA adalah asam basa. Materi asam basa memiliki karakteristik
padat konsep dan memerlukan pemahaman yang terintegrasi dengan materi-materi kimia lainnya (Sheppard, 2005). Pada
umumnya, para siswa cenderung memperoleh pengetahuan mengenai konsep asam basa melalui hafalan tanpa memahami
konsep itu sendiri (Lin et al., 2004). Pembelajaran demikian tidak akan bermakna bagi siswa dan pada akhirnya siswa akan
merasa bosan dan kurang termotivasi untuk mengikuti aktivitas belajar.

355 Jurnal Pendidikan, Vol. 1 No. 3, Bln Maret, Thn 2016, Hal 354362
Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah dengan melaksanakan
pembelajaran yang inovatif, aktif, dan menantang siswa agar terlibat dalam berbagai aktivitas belajar, baik aktivitas fisik
ataupun mental. Aktivitas fisik, meliputi usaha, kegigihan, dan tindakan lainnya yang dapat diamati, sedangkan aktivitas mental
mencakup berbagai tindakan kognitif, seperti perencanaan, penghafalan, pengorganisasian, pengambilan keputusan,
penyelesaian masalah, dan penilaian kemajuan (Schunk et al., 2012). Salah satu pembelajaran yang menekankan aktivitas fisik
dan mental adalah inkuiri (Hilman, 2014). Piaget mendefinisikan inkuiri sebagai metode yang mempersiapkan siswa pada
situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang
lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan siswa lain (Mulyasa, 2007). Efektivitas pembelajaran
inkuiri dalam meningkatkan motivasi belajar siswa tidak perlu diragukan lagi. Pernyataan tersebut dibuktikan oleh hasil
penelitian Tuan et al. (2005) dan Bayram et al. (2013).
Pembelajaran inkuiri dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu inkuiri terbuka dan inkuiri terbimbing (Pavelich & Abraham,
1979; Iskandar, 2011). Inkuiri terbuka dan inkuiri terbimbing memiliki fase kegiatan yang sama, yaitu merumuskan masalah,
merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, mengevaluasi/menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan (Iskandar, 2011).
Perbedaan antara inkuiri terbuka dan inkuiri terbimbing terdapat pada dua hal berikut, yaitu (1) pada inkuiri terbuka masalah
ditentukan sendiri oleh siswa, sedangkan pada inkuiri terbimbing masalah ditentukan oleh guru, (2) pada inkuiri terbuka
prosedur kerja dirancang oleh siswa, sedangkan pada inkuiri terbimbing prosedur kerja dirancang oleh guru (Pavelich &
Abraham, 1979). Dalam penelitian ini digunakan inkuiri terbimbing, karena inkuiri terbimbing lebih mudah diterapkan daripada
inkuiri terbuka. Hal ini ditegaskan oleh Cheung (2011) yang mengemukakan bahwa guru-guru kimia menemui beberapa
kesulitan saat menerapkan inkuiri terbuka, di antaranya waktu pembelajaran yang tidak cukup, kelas menjadi ramai, masalah
pengelolaan kelas, dan kekhawatiran akan mengalami miskonsepsi.
Menurut Mckee et al. (2007) pembelajaran inkuiri terbimbing tidak hanya dapat dilakukan melalui praktikum, tetapi juga
dapat dilakukan melalui demonstrasi. Melalui penelitiannya yang berjudul Effect of Demonstration Laboratory on Student
Learning, Mckee et al. (2007) telah membuktikan keefektifan demonstrasi yang diterapkan dalam pembelajaran inkuiri
terbimbing terhadap pemahaman konseptual siswa. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan pada
pemahaman konseptual antara siswa yang dibelajarkan melalui praktikum dan demonstrasi dalam pembelajaran inkuiri
terbimbing. Berangkat dari penelitian tersebut peneliti ingin mengetahui pengaruh variasi metode (praktikum dan demonstrasi)
dalam pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap motivasi belajar siswa. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
gambaran kepada para guru mengenai pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing melalui praktikum dan demonstrasi, serta
menjadi bahan pertimbangan dalam memilih strategi/metode pembelajaran yang tepat dan dapat disesuaikan dengan alat dan
bahan kimia yang tersedia di masing-masing sekolah.
Carin dan Sund (1970) menjelaskan bahwa metode demonstrasi dalam pembelajaran sains memiliki beberapa fungsi,
yaitu (1) mengenalkan pelajaran atau topik yang akan dipelajari; metode ini sangat baik untuk memotivasi dan membangkitkan
ketertarikan siswa dalam belajar dan memahami topik/pelajaran baru, (2) menetapkan masalah; suatu masalah atau pertanyaan
menarik akan timbul melalui pengamatan, (3) memberikan pemahaman tentang suatu konsep melalui cara visual, (4)
menyegarkan ingatan; demonstrasi berguna untuk mereviu pelajaran yang telah lalu (Chung, 1997). Sebagaimana demonstrasi,
praktikum juga memiliki beberapa fungsi dalam pembelajaran sains, di antaranya (1) membuat fenomena sains menjadi nyata,
(2) membangkitkan dan mempertahankan ketertarikan siswa, (3) meningkatkan kemampuan berpikir logis dan menalar, (4)
menemukan fakta dan sampai pada prinsip baru (Dillon, 2008). Dari berbagai fungsi praktikum dan demonstrasi yang sudah
disebutkan di atas, tampak keduanya memiliki kontribusi dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.
Dalam penelitian ini motivasi belajar siswa diukur menggunakan angket motivasi yang diadaptasi dari Tuan et al.
(2005). Angket motivasi tersebut terdiri atas 35 butir pernyataan yang dikategorikan ke dalam enam hal berikut.
1. Keefektifan pribadi
Siswa percaya pada kemampuan mereka sendiri untuk melakukan tugas-tugas belajar dengan baik.
2. Strategi pembelajaran aktif
Siswa mengambil peran aktif dalam menggunakan berbagai strategi untuk membangun pengetahuan baru berdasarkan
pemahaman mereka sebelumnya.
3. Nilai pembelajaran sains
Nilai dari pembelajarn sains adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh kemampuan memecahkan
masalah, pengalaman berinkuiri, merangsang pemikiran siswa, menemukan relevansi sains dengan kehidupan sehari-hari.
4. Tujuan tindakan/kinerja
Tujuan siswa dalam mempelajari sains adalah untuk bersaing dengan teman/siswa lain dan mendapatkan perhatian guru.
5. Tujuan berprestasi
Siswa merasa puas karena dapat meningkatkan kompetensi dan prestasi belajarnya.
6. Stimulus lingkungan pembelajaran
Lingkungan pembelajaran seperti kurikulum, cara pengajaran guru, dan interaksi siswa memengaruhi motivasi siswa dalam
mempelajari sains.

Rizkiana, Dasna, Marfu’ah, Pengaruh Pratikum Demonstrasi… 356
Selain metode pembelajaran, pengaruh kemampuan awal terhadap motivasi belajar siswa juga perlu dipertimbangkan.
Dalam penelitian ini kemampuan awal dijadikan sebagai variabel moderator (variabel bebas kedua), yang diklasifikasikan
menjadi kemampuan awal tinggi dan rendah. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
perbedaan motivasi belajar antara siswa yang dibelajarkan dengan praktikum dan demonstrasi dalam pembelajaran inkuiri
terbimbing ditinjau dari kemampuan awal yang dimiliki siswa. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:
1. Apakah ada perbedaan motivasi belajar antara siswa yang dibelajarkan dengan praktikum dan demonstrasi dalam
pembelajaran inkuiri terbimbing?
2. Apakah ada perbedaan motivasi belajar antara siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dan rendah?
3. Apakah ada interaksi antara metode pembelajaran dan kemampuan awal terhadap motivasi belajar siswa?
METODE
Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen semu nonequivalent control group design dengan menggunakan 2
kelas eksperimen (tanpa kelas kontrol). Kelas eksperimen 1 dibelajarkan dengan menggunakan metode praktikum-inkuiri
terbimbing (P-IT), sedangkan kelas eksperimen 2 dibelajarkan dengan menggunakan metode demonstrasi-inkuiri terbimbing
(D-IT). Rancangan penelitian eksperimen semu nonequivalent control group design diberikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rancangan Penelitian Eksperimen Semu Nonequivalent Control Group Design
Kelas
Sebelum Perlakuan
Perlakuan
Sesudah Perlakuan
Eksperimen 1 (XI IPA 3)
Motivasi awal
Praktikum-inkuiri terbimbing
Motivasi akhir
Eksperimen 2 (XI IPA 5)
Motivasi awal
Demonstrasi-inkuiri terbimbing
Motivasi akhir
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 3 dan XI IPA 5 SMA Negeri 8 Malang tahun
pelajaran 2015/2016 yang masing-masing berjumlah 36 orang siswa. Dari kedua kelas tersebut digunakan kelas XI IPA 3
sebagai kelas eksperimen 1 dan kelas XI IPA 5 sebagai kelas eksperimen 2. Kesetaraan kemampuan awal siswa pada kedua
kelas eksperimen dianalisis menggunakan uji t karena syarat normalitas terpenuhi (Creswell, 2009), seperti tercantum pada
Tabel 2.
Tabel 2. Uji T Kemampuan Awal Siswa
Kelas
Sig (2-tailed)
Kriteria
Kesimpulan
Eksperimen 1 (XI IPA 3)
0,304
α < sig
Tidak ada perbedaan
Eksperimen 2 (XI IPA 5)
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 jenis, yaitu instrumen perlakuan dan instrumen pengukuran.
Instrumen perlakuan meliputi RPP dan LKS, sedangkan instrumen pengukuran yang digunakan adalah angket motivasi belajar.
Sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian, instrumen-instrumen tersebut diuji validitas dan reliabilitasnya. Ada 2 jenis
validitas yang diuji dalam penelitian ini, yaitu validitas isi dan validitas butir soal. Hasil uji validitas isi, validitas butir soal dan
reliabilitas masing-masing dapat dilihat pada Tabel 3, 4, dan 5.
Tabel 3. Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Penelitian
Instrumen
Hasil Validasi Isi (%)
Kategori
Angket motivasi
90,5
Sangat tinggi
RPP
86,0
Sangat tinggi
LKS
86,2
Sangat tinggi
Tabel 4. Hasil Uji Validitas Butir Soal Angket Motivasi
Butir Soal
Keterangan
1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15,
16, 17, 18, 19, 20, 25, 26, 27, 28, 29, 30,
31, 32, 33, 34, dan 35
Valid
5, 21, 22, 23, dan 24
Tidak valid
Tabel 5. Hasil Uji Reliabilitas Angket Motivasi
Cronbach’s Alpha
Keterangan
0,879
Reliabel

357 Jurnal Pendidikan, Vol. 1 No. 3, Bln Maret, Thn 2016, Hal 354362
Validitas isi dari instrumen-instrumen yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kategori sangat tinggi, seperti
tercantum pada Tabel 3. Sementara itu, dari Tabel 4 diketahui bahwa ada 5 butir pada angket motivasi yang tidak valid. Butir-
butir yang tidak valid tersebut tidak digunakan dalam penelitian. Butir-butir pada angket motivasi yang telah valid tersebut
kemudian diuji reliabilitasnya, sehingga diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,879, seperti tercantum pada Tabel 5. Dari hasil uji
reliabilitas tersebut diketahui bahwa angket motivasi yang digunakan bersifat reliabel karena nilai cronbach’s alpha > 0,7
(Fraenkel et al., 2011).
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data kemampuan awal, data motivasi awal dan data motivasi akhir
siswa. Data motivasi awal dan akhir siswa dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui perubahan motivasi siswa, sedangkan
data motivasi akhir siswa dianalisis menggunakan ANOVA dua jalan untuk mengetahui perbedaan motivasi belajar siswa yang
diakibatkan oleh variasi metode pembelajaran dan kemampuan awal.
HASIL
Deskripsi Data Kemampuan Awal
Data kemampuan awal siswa pada kedua eksperimen diperoleh dari ulangan harian pada materi kesetimbangan kimia.
Data kemampuan awal selain berfungsi untuk mengetahui kesetaraan dua sampel yang digunakan, data ini juga berfungsi untuk
mengklasifikasikan siswa berdasarkan kemampuan awal yang mereka miliki. Ringkasan data kemampuan awal siswa pada
kedua kelas eksperimen diberikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Data Kemampuan Awal Siswa
Kelas
Kemampuan
Awal
N
Rata-rata
Kemampuan
awal
Rerata
Kemampuan
awal
Skor
Maksimum
Minimum
Eksperimen 1 (XI IPA 3)
Tinggi
18
79,1
70,1
88
47
Rendah
18
61,1
Eksperimen 2 (XI IPA 5)
Tinggi
18
78,9
67,0
92
42
Rendah
18
55,1
Hasil uji t terhadap data kemampuan awal siswa telah diberikan pada Tabel 2. Dari hasil uji t tersebut diketahui bahwa
kemampuan awal siswa dari kedua kelas eksperimen tidak berbeda.
Deskripsi Data Motivasi Awal
Data motivasi awal diperoleh dari data angket motivasi yang dibagikan kepada siswa sebelum mendapat perlakuan.
Ringkasan data motivasi awal siswa diberikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Data Motivasi Awal Siswa
Kelas
Kemampuan
Awal
N
Skor
Rata-rata
Motivasi Awal
Rerata
Motivasi
Awal
Skor
Maksimum
Minimum
Eksperimen 1
Tinggi
18
115,9
112,4
128
92
Rendah
18
108,8
Eksperimen 2
Tinggi
18
111,0
108,9
127
68
Rendah
18
106,7
Tabel 7 menunjukkan bahwa rerata motivasi awal siswa di kelas eksperimen 1 berbeda dengan rerata motivasi awal
siswa di kelas eksperimen 2. Keduanya terpaut selisih angka sebesar 3,5. Namun, untuk mengetahui ada perbedaan signifikan
atau tidak pada data motivasi awal siswa, maka perlu dilakukan uji beda. Uji beda yang digunakan adalah uji u, karena syarat
normalitas tidak terpenuhi (Creswell, 2009). Hasil uji u terhadap data motivasi awal siswa diberikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil Uji U Data Motivasi Awal
Kelas
Mean
α
Sig (2-tailed)
Kriteria
Kesimpulan
Eksperimen 1
112,4
0,05
0,373
α < sig
Tidak ada perbedaan
Eksperimen 2
108,9
Tabel 8 menunjukkan tidak ada perbedaan pada motivasi awal siswa di kelas eksperimen 1 dan 2 yang berarti bahwa
motivasi belajar siswa pada kedua kelas eksperimen sama sebelum mendapat perlakuan.

Rizkiana, Dasna, Marfu’ah, Pengaruh Pratikum Demonstrasi… 358
Deskripsi Data Motivasi Akhir dan Hasil Uji ANOVA Dua Jalan
Data motivasi akhir diperoleh dari data angket motivasi yang dibagikan kepada siswa setelah mendapatkan perlakuan.
Data ini digunakan untuk mengetahui perbedaan motivasi siswa setelah dibelajarkan dengan dua metode berbeda ditinjau dari
kemampuan awal. Ringkasan data motivasi akhir siswa berdasarkan variasi metode pembelajaran diberikan pada Tabel 9,
sedangkan ringkasan data motivasi akhir siswa berdasarkan kemampuan awal diberikan pada Tabel 10.
Tabel 9. Data Motivasi Akhir berdasarkan Metode Pembelajaran
Kelas
Kemampuan
Awal
N
Skor
Rata-rata
Motivasi Akhir
Rerata
Motivasi
Akhir
Skor
Maksimum
Minimum
Eksperimen 1
(P-IT)
Tinggi
18
122,5
119,1
139
100
Rendah
18
115,7
Eksperimen 2
(D-IT)
Tinggi
18
116,4
114,6
140
79
Rendah
18
112,8
Tabel 10. Data Motivasi Akhir Siswa berdasarkan Kemampuan Awal
Kemampuan
Awal
Kelas
N
Skor
Rata-rata
Motivasi Akhir
Rerata
Motivasi
Akhir
Skor
Maksimum
Minimum
Tinggi
Eksperimen 1
18
122,5
119,5
140
101
Eksperimen 2
18
116,4
Rendah
Eksperimen 1
18
115,7
114,3
132
79
Eksperimen 2
18
112,8
Tabel 9 dan 10 menunjukkan bahwa ada perbedaan pada rerata motivasi akhir siswa baik ditinjau dari variasi metode
pembelajaran maupun kemampuan awal. Dari Tabel 9 diketahui bahwa siswa yang dibelajarkan melalui praktikum-inkuiri
terbimbing memiliki rerata motivasi akhir yang lebih tinggi daripada siswa yang dibelajarkan melalui demonstrasi-inkuiri
terbimbing, sedangkan dari Tabel 10 diketahui bahwa siswa dengan kemampuan awal tinggi memiliki motivasi akhir yang lebih
tinggi daripada siswa dengan kemampuan awal rendah. Namun, untuk mengetahui ada perbedaan signifikan atau tidak pada
data motivasi akhir siswa baik berdasarkan variasi metode pembelajaran ataupun kemampuan awal, maka dilakukan uji
ANOVA dua jalan. Hasil uji ANOVA dua jalan diberikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Hasil Uji ANOVA Dua Jalan
Source
Dependent
Variable
Type III
Sum of
Squares
df
Mean
Square
F
Sig.
Metode pembelajaran
Motivasi belajar
396.681
1
396.681
4.332
.041
Kemampuan awal
Motivasi belajar
517.347
1
517.347
5.650
.020
Metode pembelajaran *
kemampuan awal
Motivasi belajar
36.125
1
36.125
.395
.532
Berdasarkan hasil uji ANOVA dua jalan pada Tabel 11 pengaruh metode pembelajaran terhadap motivasi belajar
(dependent variable) menunjukkan bahwa H
0
ditolak, karena nilai signifikansi 0,041 < 0,05. Jika H
0
ditolak, maka H
1
diterima,
yang berarti ada perbedaan motivasi belajar antara siswa yang dibelajarkan dengan praktikum dan demonstrasi dalam
pembelajaran inkuiri terbimbing. Penolakan H
0
didukung oleh data motivasi belajar siswa pada Tabel 9 yang menunjukkan
bahwa rerata motivasi belajar siswa yang dibelajarkan melalui praktikum lebih tinggi daripada siswa yang dibelajarkan melalui
demonstrasi. Keduanya terpaut selisih angka sebesar 4,5.
Berdasarkan hasil uji ANOVA dua jalan pada Tabel 11 pengaruh kemampuan awal terhadap motivasi belajar (dependent
variable) menunjukkan bahwa H
0
ditolak, karena nilai signifikansi 0,020 < 0,05. Jika H
0
ditolak, maka H
1
diterima, yang berarti
ada perbedaan motivasi belajar antara siswa berkemampuan awal tinggi dan rendah. Penolakan H
0
didukung oleh data motivasi
belajar siswa pada Tabel 10 yang menunjukkan bahwa rerata motivasi belajar siswa dengan kemampuan awal tinggi lebih tinggi
daripada siswa dengan kemampuan awal rendah. Keduanya terpaut selisih angka sebesar 5,2.
Berdasarkan hasil uji ANOVA dua jalan pada Tabel 11 pengaruh metode pembelajaran-kemampuan awal terhadap
motivasi belajar (dependent variable) menunjukkan bahwa H
0
diterima, karena nilai signifikansi 0,532 > 0,05. Jika H
0
diterima,
maka H
1
ditolak, yang berarti tidak ada pengaruh metode pembelajaran dan kemampuan awal secara bersama-sama terhadap

Citations
More filters
DOI
31 Aug 2021
TL;DR: It can be concluded that the DPR learning technique has a positive effect on the two variables tested, namely: basic teaching skills and the ability to develop learning tools in scientific approach.
Abstract: This study aims to see and describe how the process of implementing lectures using the Discussion-Practice-Reflection technique improves the ability to improve basic teaching skills and the ability to develop learning tools with a scientific approach. The research approach used is quantitative and quasi-experimental methods with a research sample of 24 students (5th semester PAI course participants) by total sampling technic. Based on the data and descriptions of the division that has been carried out, it can be concluded that the DPR learning technique has a positive effect on the two variables tested, namely: basic teaching skills and the ability to develop learning tools in scientific approach. It can be seen from the results of the test that 50% of the students got “very good”, then 37.5% got “good” and 12.5% got “enough”. It can also be said that the use of DPR techniques in developing basic teaching skills was quite successful. Regarding the ability to develop learning tools, as many as 37.5% of students got “very good”, then 46% got “good” and 16.5% got a “enough”. It can also be said that the use of DPR techniques in developing learning tools skill with a scientific approach is quite successful.

8 citations

Journal ArticleDOI
04 Sep 2020
TL;DR: In this article, the authors analyze the effectiveness of chemistry practicum skills on students' problemsolving abilities using descriptive research with a survey approach and find that students' skills on the separation of mixture material are effective in problem-solving.
Abstract: This study aims to analyze the effectiveness of chemistry practicum skills on students’ problemsolving abilities. The method used is descriptive research with a survey approach. The sample was determined using a simple random sampling probability technique, which included chemistry teachers from three different schools and 107 students from three schools. Indicators of practicum skills to problem-solving abilities ie students complete learning. Survey data were analyzed using quantitative descriptive techniques. The results showed that 74 people (69%) were in the good category and 33 people (39%) were in the very good category, and there were no students in the average, poor, and failed categories. So, it can be concluded that students' practicum skills on the separation of mixture material are effective in problem-solving skills.

8 citations


Cites background from "Pengaruh praktikum dan demonstrasi ..."

  • ...So, in studying chemistry it is not only pressured to master the product but to find out how the process of finding chemical products, students also really need to learn it (Rizkiana et al., 2016; Wu & Zhao, 2020)....

    [...]

  • ...Through practical activities can make an increase in students' interest in subject matter and improve student learning outcomes, so students can solve problems (Bahriah & Abadi, 2016; Rizkiana et al., 2016)....

    [...]

  • ...Research conducted by (Rizkiana et al., 2016) stated that there was differences in students' motivation that learned with hands-on and demonstration in guided inquiry learning....

    [...]

Journal ArticleDOI
05 Apr 2021
TL;DR: In this paper, the effect of feedback from local content-based practicum modules on students' science process skills was analyzed using a quasi-experimental approach using a purposive sampling technique with a sample size of 60 students.
Abstract: This study aims to analyze the effect of feedback from local content-based practicum modules on students' science process skills. Research subjects for product trials developed in this study were students of class XI using a purposive sampling technique with a sample size of 60 students. The method used in this research is quasi-experimental (quasi-experimental). The research instrument was a feedback rubric on applying a local content-based practicum module, observation sheets, and tests on the results of Science Process Skills (KPS). Data processing and analysis is carried out by comparing the initial and final science process skills scores by looking at the science process skills N-Gain score. Hypothesis testing uses the T-test to apply a local content-based practicum module on science process skills by analyzing the initial and final science process skills scores. The highest percentage result lies in the indicator of planning an experiment or investigation and using experimental tools and materials, namely 90%. There is a difference between a class that implements a local content-based practicum module and is given feedback with a class that uses a regular module for each class. The experimental class had an N-gain value of 0.75 or in the high category, while the control class had an N-gain value of 0.64 or in the moderate category. There are differences in students' Science Process Skills (KPS) using local content-based practicum modules with conventional practicum modules.

7 citations


Cites background from "Pengaruh praktikum dan demonstrasi ..."

  • ...These can develop students 'scientific work skills and make students learn actively in finding concepts so that they are suitable to be used to improve students' scientific work skills (Lestari & Diana, 2018; Nahadi et al., 2017; Rizkiana et al., 2016)....

    [...]

DOI
09 Jul 2020
TL;DR: In this article, a model pengembangan 4-D yang dikembangkan oleh Thiagarajan, Semmel & Semmel ying telah dimodifikasi.
Abstract: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran Cognitive Apprenticeship (CA) berbasis integrasi Islam dan Saintifik pada mata kuliah Psikologi Pendidikan yang diharapkan akan meningkatkan kemampuan mengajar yang tidak melupakan nilai islam dan menerapkan pendekatan saintifik mahasiswa semester 1 jurusan FPIP Prodi PGSD Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Pengembangan perangkat pembelajaran ini menggunakan model pengembangan 4-D yang dikembangkan oleh Thiagarajan, Semmel & Semmel yang telah dimodifikasi. Melalui proses pengembangan, dihasilkan perangkat pembelajaran CA berbasis integrasi Islam dan Saintifik (SAP, LKM, BAS, THB) yang dapat meningkatkan hasil belajar dan pemahaman Islam. Tahap uji coba pengembangan terdiri atas uji coba ahli, uji coba skala terbatas dan uji coba skala luas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil validasi SAP sebesar 4,35; bahan ajar sebesar 4,13; LKM sebesar 4,27; dan THB sebesar 4,33, sehingga perangkat pembelajaran hasil pengembangan dinyatakan valid. Mahasiswa yang tuntas sebanyak 85% dan 15% belum tuntas. Pengembangan model pembelajaran CA berbasis Islam dan Saintifik ini menghasilkan buku ajar sebagai pedoman bagi mahasiswa PGSD.

3 citations


Cites background from "Pengaruh praktikum dan demonstrasi ..."

  • ...…yang selanjutnya peserta didik diminta untuk menyusun solusi berdasarkan buku-buku atau artikel terkait Vanda Rezania, Pengembangan Model... sehingga dapat diusulkan menjadi sebuah solusi yang dapat dipraktekkan ( et al., 2018), serta dapat meningkatkan motivasi belajar (Rizkiana et al., 2016)....

    [...]

Journal ArticleDOI
06 Aug 2020
TL;DR: In this article, the feasibility of a laboratory guidebook based green chemistry for high school students was evaluated by two lecturers and three chemistry teachers, and the results of the assessment showed that the lab guidebook was considered to be very feasible on four aspects namely content, presentation, language and graphics.
Abstract: This study aimed to produce and test the feasibility of a laboratory guidebook based green chemistry for high school students. The type of this research was research and development using the 4-D model. The laboratory guidebook produced was assessed by two lecturers and three chemistry teachers. Data collection techniques used were nontest techniques in the form of questionnaires. The data obtained are used to analyze the feasibility of the content, presentation, language, graphics, and applicability of the green chemistry concept to the laboratory guidebook that has been produced. Analysis of the results of the assessment showed that the laboratory guidebook based green chemistry was considered to be very feasible on four aspects namely content, presentation, language and graphics, and was judged to be feasible on the applied aspects of the green chemistry concept.

2 citations

References
More filters
DOI
31 Aug 2021
TL;DR: It can be concluded that the DPR learning technique has a positive effect on the two variables tested, namely: basic teaching skills and the ability to develop learning tools in scientific approach.
Abstract: This study aims to see and describe how the process of implementing lectures using the Discussion-Practice-Reflection technique improves the ability to improve basic teaching skills and the ability to develop learning tools with a scientific approach. The research approach used is quantitative and quasi-experimental methods with a research sample of 24 students (5th semester PAI course participants) by total sampling technic. Based on the data and descriptions of the division that has been carried out, it can be concluded that the DPR learning technique has a positive effect on the two variables tested, namely: basic teaching skills and the ability to develop learning tools in scientific approach. It can be seen from the results of the test that 50% of the students got “very good”, then 37.5% got “good” and 12.5% got “enough”. It can also be said that the use of DPR techniques in developing basic teaching skills was quite successful. Regarding the ability to develop learning tools, as many as 37.5% of students got “very good”, then 46% got “good” and 16.5% got a “enough”. It can also be said that the use of DPR techniques in developing learning tools skill with a scientific approach is quite successful.

8 citations

Journal ArticleDOI
04 Sep 2020
TL;DR: In this article, the authors analyze the effectiveness of chemistry practicum skills on students' problemsolving abilities using descriptive research with a survey approach and find that students' skills on the separation of mixture material are effective in problem-solving.
Abstract: This study aims to analyze the effectiveness of chemistry practicum skills on students’ problemsolving abilities. The method used is descriptive research with a survey approach. The sample was determined using a simple random sampling probability technique, which included chemistry teachers from three different schools and 107 students from three schools. Indicators of practicum skills to problem-solving abilities ie students complete learning. Survey data were analyzed using quantitative descriptive techniques. The results showed that 74 people (69%) were in the good category and 33 people (39%) were in the very good category, and there were no students in the average, poor, and failed categories. So, it can be concluded that students' practicum skills on the separation of mixture material are effective in problem-solving skills.

8 citations

Journal ArticleDOI
05 Apr 2021
TL;DR: In this paper, the effect of feedback from local content-based practicum modules on students' science process skills was analyzed using a quasi-experimental approach using a purposive sampling technique with a sample size of 60 students.
Abstract: This study aims to analyze the effect of feedback from local content-based practicum modules on students' science process skills. Research subjects for product trials developed in this study were students of class XI using a purposive sampling technique with a sample size of 60 students. The method used in this research is quasi-experimental (quasi-experimental). The research instrument was a feedback rubric on applying a local content-based practicum module, observation sheets, and tests on the results of Science Process Skills (KPS). Data processing and analysis is carried out by comparing the initial and final science process skills scores by looking at the science process skills N-Gain score. Hypothesis testing uses the T-test to apply a local content-based practicum module on science process skills by analyzing the initial and final science process skills scores. The highest percentage result lies in the indicator of planning an experiment or investigation and using experimental tools and materials, namely 90%. There is a difference between a class that implements a local content-based practicum module and is given feedback with a class that uses a regular module for each class. The experimental class had an N-gain value of 0.75 or in the high category, while the control class had an N-gain value of 0.64 or in the moderate category. There are differences in students' Science Process Skills (KPS) using local content-based practicum modules with conventional practicum modules.

7 citations

DOI
09 Jul 2020
TL;DR: In this article, a model pengembangan 4-D yang dikembangkan oleh Thiagarajan, Semmel & Semmel ying telah dimodifikasi.
Abstract: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran Cognitive Apprenticeship (CA) berbasis integrasi Islam dan Saintifik pada mata kuliah Psikologi Pendidikan yang diharapkan akan meningkatkan kemampuan mengajar yang tidak melupakan nilai islam dan menerapkan pendekatan saintifik mahasiswa semester 1 jurusan FPIP Prodi PGSD Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Pengembangan perangkat pembelajaran ini menggunakan model pengembangan 4-D yang dikembangkan oleh Thiagarajan, Semmel & Semmel yang telah dimodifikasi. Melalui proses pengembangan, dihasilkan perangkat pembelajaran CA berbasis integrasi Islam dan Saintifik (SAP, LKM, BAS, THB) yang dapat meningkatkan hasil belajar dan pemahaman Islam. Tahap uji coba pengembangan terdiri atas uji coba ahli, uji coba skala terbatas dan uji coba skala luas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil validasi SAP sebesar 4,35; bahan ajar sebesar 4,13; LKM sebesar 4,27; dan THB sebesar 4,33, sehingga perangkat pembelajaran hasil pengembangan dinyatakan valid. Mahasiswa yang tuntas sebanyak 85% dan 15% belum tuntas. Pengembangan model pembelajaran CA berbasis Islam dan Saintifik ini menghasilkan buku ajar sebagai pedoman bagi mahasiswa PGSD.

3 citations

Journal ArticleDOI
06 Aug 2020
TL;DR: In this article, the feasibility of a laboratory guidebook based green chemistry for high school students was evaluated by two lecturers and three chemistry teachers, and the results of the assessment showed that the lab guidebook was considered to be very feasible on four aspects namely content, presentation, language and graphics.
Abstract: This study aimed to produce and test the feasibility of a laboratory guidebook based green chemistry for high school students. The type of this research was research and development using the 4-D model. The laboratory guidebook produced was assessed by two lecturers and three chemistry teachers. Data collection techniques used were nontest techniques in the form of questionnaires. The data obtained are used to analyze the feasibility of the content, presentation, language, graphics, and applicability of the green chemistry concept to the laboratory guidebook that has been produced. Analysis of the results of the assessment showed that the laboratory guidebook based green chemistry was considered to be very feasible on four aspects namely content, presentation, language and graphics, and was judged to be feasible on the applied aspects of the green chemistry concept.

2 citations