355 Jurnal Pendidikan, Vol. 1 No. 3, Bln Maret, Thn 2016, Hal 354—362
Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah dengan melaksanakan
pembelajaran yang inovatif, aktif, dan menantang siswa agar terlibat dalam berbagai aktivitas belajar, baik aktivitas fisik
ataupun mental. Aktivitas fisik, meliputi usaha, kegigihan, dan tindakan lainnya yang dapat diamati, sedangkan aktivitas mental
mencakup berbagai tindakan kognitif, seperti perencanaan, penghafalan, pengorganisasian, pengambilan keputusan,
penyelesaian masalah, dan penilaian kemajuan (Schunk et al., 2012). Salah satu pembelajaran yang menekankan aktivitas fisik
dan mental adalah inkuiri (Hilman, 2014). Piaget mendefinisikan inkuiri sebagai metode yang mempersiapkan siswa pada
situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang
lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan siswa lain (Mulyasa, 2007). Efektivitas pembelajaran
inkuiri dalam meningkatkan motivasi belajar siswa tidak perlu diragukan lagi. Pernyataan tersebut dibuktikan oleh hasil
penelitian Tuan et al. (2005) dan Bayram et al. (2013).
Pembelajaran inkuiri dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu inkuiri terbuka dan inkuiri terbimbing (Pavelich & Abraham,
1979; Iskandar, 2011). Inkuiri terbuka dan inkuiri terbimbing memiliki fase kegiatan yang sama, yaitu merumuskan masalah,
merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, mengevaluasi/menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan (Iskandar, 2011).
Perbedaan antara inkuiri terbuka dan inkuiri terbimbing terdapat pada dua hal berikut, yaitu (1) pada inkuiri terbuka masalah
ditentukan sendiri oleh siswa, sedangkan pada inkuiri terbimbing masalah ditentukan oleh guru, (2) pada inkuiri terbuka
prosedur kerja dirancang oleh siswa, sedangkan pada inkuiri terbimbing prosedur kerja dirancang oleh guru (Pavelich &
Abraham, 1979). Dalam penelitian ini digunakan inkuiri terbimbing, karena inkuiri terbimbing lebih mudah diterapkan daripada
inkuiri terbuka. Hal ini ditegaskan oleh Cheung (2011) yang mengemukakan bahwa guru-guru kimia menemui beberapa
kesulitan saat menerapkan inkuiri terbuka, di antaranya waktu pembelajaran yang tidak cukup, kelas menjadi ramai, masalah
pengelolaan kelas, dan kekhawatiran akan mengalami miskonsepsi.
Menurut Mckee et al. (2007) pembelajaran inkuiri terbimbing tidak hanya dapat dilakukan melalui praktikum, tetapi juga
dapat dilakukan melalui demonstrasi. Melalui penelitiannya yang berjudul “Effect of Demonstration Laboratory on Student
Learning, Mckee et al. (2007) telah membuktikan keefektifan demonstrasi yang diterapkan dalam pembelajaran inkuiri
terbimbing terhadap pemahaman konseptual siswa. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan pada
pemahaman konseptual antara siswa yang dibelajarkan melalui praktikum dan demonstrasi dalam pembelajaran inkuiri
terbimbing. Berangkat dari penelitian tersebut peneliti ingin mengetahui pengaruh variasi metode (praktikum dan demonstrasi)
dalam pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap motivasi belajar siswa. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
gambaran kepada para guru mengenai pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing melalui praktikum dan demonstrasi, serta
menjadi bahan pertimbangan dalam memilih strategi/metode pembelajaran yang tepat dan dapat disesuaikan dengan alat dan
bahan kimia yang tersedia di masing-masing sekolah.
Carin dan Sund (1970) menjelaskan bahwa metode demonstrasi dalam pembelajaran sains memiliki beberapa fungsi,
yaitu (1) mengenalkan pelajaran atau topik yang akan dipelajari; metode ini sangat baik untuk memotivasi dan membangkitkan
ketertarikan siswa dalam belajar dan memahami topik/pelajaran baru, (2) menetapkan masalah; suatu masalah atau pertanyaan
menarik akan timbul melalui pengamatan, (3) memberikan pemahaman tentang suatu konsep melalui cara visual, (4)
menyegarkan ingatan; demonstrasi berguna untuk mereviu pelajaran yang telah lalu (Chung, 1997). Sebagaimana demonstrasi,
praktikum juga memiliki beberapa fungsi dalam pembelajaran sains, di antaranya (1) membuat fenomena sains menjadi nyata,
(2) membangkitkan dan mempertahankan ketertarikan siswa, (3) meningkatkan kemampuan berpikir logis dan menalar, (4)
menemukan fakta dan sampai pada prinsip baru (Dillon, 2008). Dari berbagai fungsi praktikum dan demonstrasi yang sudah
disebutkan di atas, tampak keduanya memiliki kontribusi dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.
Dalam penelitian ini motivasi belajar siswa diukur menggunakan angket motivasi yang diadaptasi dari Tuan et al.
(2005). Angket motivasi tersebut terdiri atas 35 butir pernyataan yang dikategorikan ke dalam enam hal berikut.
1. Keefektifan pribadi
Siswa percaya pada kemampuan mereka sendiri untuk melakukan tugas-tugas belajar dengan baik.
2. Strategi pembelajaran aktif
Siswa mengambil peran aktif dalam menggunakan berbagai strategi untuk membangun pengetahuan baru berdasarkan
pemahaman mereka sebelumnya.
3. Nilai pembelajaran sains
Nilai dari pembelajarn sains adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh kemampuan memecahkan
masalah, pengalaman berinkuiri, merangsang pemikiran siswa, menemukan relevansi sains dengan kehidupan sehari-hari.
4. Tujuan tindakan/kinerja
Tujuan siswa dalam mempelajari sains adalah untuk bersaing dengan teman/siswa lain dan mendapatkan perhatian guru.
5. Tujuan berprestasi
Siswa merasa puas karena dapat meningkatkan kompetensi dan prestasi belajarnya.
6. Stimulus lingkungan pembelajaran
Lingkungan pembelajaran seperti kurikulum, cara pengajaran guru, dan interaksi siswa memengaruhi motivasi siswa dalam
mempelajari sains.