scispace - formally typeset
Search or ask a question

Showing papers in "Harati in 2022"


Journal ArticleDOI
27 Oct 2022-Harati
TL;DR: The authors traces the reading of Henri Nouwen's works which are in contact with Christianistic counseling and concludes that both the counselee and the counselor, together see God as the Vulnerable One, see and care for his vulnerable colleagues, namely humans who are all vulnerable survivors.
Abstract: The purpose of this paper traces the reading of Henri Nouwen's works which are in contacting with Christianistic counseling. Then, it crosses over with counseling education (inclusivity of survivors) and/or pastoral counseling that talks about being-with, compassionate hospitality and relativity between subjects (co-subjective or we-subjective). The research method used qualitative research with literature study. The findings/results of this paper are, both the counselee and the counselor, together see God as the Vulnerable One, see and care for his vulnerable colleagues, namely humans who are all vulnerable survivors. Therefore, Christianistic counseling education through natural events, could be leaded to reflection in here and now about the past and future. In addition, forgiveness becomes a process through which one could become to terms with one's pain and simultaneously experience reconciliatory spirituality. Then, there is the hope of liminality itself as spiritual growth and resilience against the threat of unexpected tragedy and the provision of space or Pericholysis for hospitality. Tujuan tulisan ini untuk menelusuri pembacaan atas karya-karya Henri Nouwen yang bersentuhan dengan konseling Kristianistik. Kemudian melintas dengan pendidikan Konseling (inklusivitas para penyintas) dan/atau Pastoral Konseling yang berbicara mengenai being-with, compassionate hospitality dan relativitas antar subjek (co-subjective atau we-subjective). Metode penelitian menggunakan penelitian kualitatif dengan studi pustaka. Temuan/hasil tulisan ini adalah baik konseli maupun konselor, bersama-sama melihat Allah sebagai Sang-Rentan melihat dan menyahabati rekan rentannya yakni manusia yang semuanya adalah penyintas yang rentan. Berdasarkan hal tersebut, pendidikan konseling Kristianistik melalui peristiwa alam dapat mengarah pada refleksi di masa sekarang dan di sini tentang masa lalu dan masa depan. Selain itu, pengampunan menjadi proses di mana seseorang dapat mencapai rasa sakit yang dialaminya dan sekaligus mengalami spiritualitas rekonsiliatif. Kemudian, adanya harapan liminalitas itu sendiri sebagai pertumbuhan spiritual dan ketahanan terhadap ancaman tragedi yang tak terduga dan penyediaan ruang atau pericholysis bagi keramahan.

6 citations


Journal ArticleDOI
30 Apr 2022-Harati
TL;DR: In this paper , the main role of parents in educating children based on the book of Deuteronomy 6:4-9 is discussed, where parents introduce God to their children through teaching, secondly teach God's commands repeatedly and thirdly, become an example in loving God.
Abstract: Educating children is a must for parents, because parents are responsible to God. Parents cannot make busy work an excuse for not educating their children in God, and regard it as the duty and responsibility of the school and church. Being a parent means taking on a great responsibility, namely educating children in all aspects. This responsibility is not something that is easily delegated to other parties, such as schools or churches, but is something that is integral to the life of every parent. The growth and development of children's knowledge will depend on the role of parents. This article tries to provide an understanding regarding the main role of parents in educating children based on the book of Deuteronomy 6:4-9. First, parents introduce God to their children through teaching, secondly teach God's commands repeatedly and thirdly, become an example in loving God. This article uses descriptive qualitative research with a literature and biblical text approach and focuses on discussing the role of parents in educating children based on Deuteronomy 6:4-9. Mendidik anak adalah sebuah keharusan bagi para orang tua, karena orang tua bertanggung jawab kepada Tuhan Allah. Orang tua tidak bisa menjadikan kesibukan bekerja menjadi alasan untuk tidak mendidik anak-anak di dalam Tuhan, dan mengangap hal itu sebagai tugas dan tanggungjawab pihak sekolah maupun gereja. Menjadi orang tua berarti mengemban Tanggung jawab yang besar yaitu mendidik anak dalam segala aspek. Tanggungjawab ini bukanlah merupakan sesuatu yang dengan mudah saja dilimpahkan ke pada pihak lain, seperti sekolah maupun gereja, melainkan merupakan sesuatu yang terintegral dalam kehidupan setiap orang tua. Tumbuh kembang dan pengetahuan anak akan sangat bergantung pada peran orang tua. Artikel ini mencoba memberi pemahaman terkait Peran utama orang tua dalam mendidik anak berdasarkan kitab Ulangan 6:4-9. Pertama orang tua memperkenalkan Tuhan kepada anak melalui pengajaran, kedua mengajarkan perintah Tuhan secara berulang-ulang dan yang ketiga menjadi Teladan dalam mengasihi Tuhan. Artikel ini mengunakan penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan pustaka dan teks Alkitab dan berfokus pada pembahasan mengenai Peran orang tua dalam mendidik anak berdasarkan Ulangan 6:4-9.

4 citations


Journal ArticleDOI
27 Oct 2022-Harati
TL;DR: In this paper , a qualitative research through literature review by reviewing books, journals by analyzing data by summarizing, and synthesizing information related to the topic of critical awareness is conducted.
Abstract: Freedom of learning for students can be carried out in the practice of Christian education, because it is important for the need to face social realities in everyday life. However, most Christian educational practices prioritize spiritual teachings that talk about life outside the real world. Christian education should play its role in generating spiritual understanding that is relevant to social (reality) transformation. Based on this, the importance of critical awareness aims as the actualization of Christian values ​​carried out in the reality of life. Paulo Freire's thinking in the concept of liberating education is used as a lens for teaching critical thinking, and dialogue as a democratic learning model for teachers and students to be able to think freely, have opinions, and have critical awareness. The research method used is qualitative research through literature review by reviewing books, journals by analyzing data by summarizing, and synthesizing information related to the topic. The results of this study found that: the development of the potential of students related to social transformation, the elaboration of Christian education and liberating education to build critical awareness of teachers and students, dialogue has the potential as a democratic model in learning. In conclusion, critical thinking is very suitable in Christian learning because this activity links social, emotional, and moral experiences for social transformation. Kebebasan belajar bagi naradidik dapat dilakukan dalam praktek pendidikan Kristiani, karena hal itu penting untuk kebutuhan menghadapi realitas sosial dalam kehidupan sehari-hari. Di sisi lain, praktik pendidikan Kristiani lebih mengutamakan pengajaran spiritual yang berbicara tentang kehidupan di luar dunia nyata. Seharusnya pendidikan Kristiani memainkan perannya dalam memunculkan pemahaman spiritual yang relevan dengan transformasi (realitas) sosial. Berdasarkan hal itu, pentingnya kesadaran kritis bertujuan sebagai aktualisasi dari nilai-nilai Kristiani dilakukan dalam realitas kehidupan. Pemikiran Paulo Freire dalam konsep pendidikan yang membebaskan dijadikan sebagai lensa untuk melakukan pengajaran berpikir kritis, dan dialog sebagai model pembelajaran demokratis untuk guru dan murid dapat bebas berpikir, berpendapat, dan memiliki kesadaran kritis. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif melalui literatur review dengan mengkaji buku, jurnal dengan melakukan analisis data dengan meringkas, dan mensintetis informasi terkait topik. Hasil penelitian ini menemukan bahwa: pengembangan potensi naradidik berkaitan dengan transformasi sosial, elaborasi pendidikan Kristiani dan pendidikan yang membebaskan membangun kesadaran kritis guru dan naradidik, dialog berpotensi sebagai model demokratis dalam pembelajaran. Kesimpulannya, pemikiran kritis sangat cocok dalam pembelajaran Kristiani karena aktivitas ini mengaitkan pengalaman sosial, emosional, dan moral untuk transformasi sosial.

3 citations


Journal ArticleDOI
30 Apr 2022-Harati
TL;DR: In this article , a quasi-experimental design was used to test the effectiveness and find out how big the difference in the use of the contextual teaching and learning (CTL) model on the critical thinking skills of students in class VIII A-C compared to class VIII D-E who do not use the CTL model in online learning for PAK subjects.
Abstract: This study aims to test the effectiveness and find out how big the difference in the use of the CTL model on the critical thinking skills of students in class VIII A-C compared to class VIII D-E who do not use the CTL model in online learning for PAK subjects at SMPN 9 Palangka Raya. The method used in this study is a quasi-experimental design. While the sampling technique using. The sampling technique used probability sampling by using simple random sampling technique. This study involved two classes, namely the experimental class and the control class. While the instrument in this study used a pretest and posttest. The results showed 1) the contextual teaching and learning (CTL) learning model was effective for improving students' critical thinking skills in online learning for Christian Religious Education subjects at SMP Negeri 9 Palangka Raya, 2) There was a difference between the learning model used between the control class and the control class experimental class. Penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan dan mengetahui besar perbedaan penggunaan model CTL terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas VIII A-C dibanding dengan kelas VIII D-E yang tidak menggunakan model CTL pada pembelajaran daring mata pelajaran PAK di SMPN 9 Palangka Raya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperimental Desain. Sedangkan teknik pegambilan sampel menggunakan. Teknik pengambilan sampel menggunakan probability sampling dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling. Penelitian ini melibatkan dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sedangkan instrumen dalam penelitian ini menggunakan pretest dan posttest. Hasil penelitian menunjukkan 1) model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada pembelajaran daring mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen di SMP Negeri 9 Palangka Raya, 2) Ada perbedaan antara model pembelajaran yang digunakan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.

2 citations


Journal ArticleDOI
30 Apr 2022-Harati
TL;DR: In this paper , the authors outline the strategies of Christian religious education teachers in the preparation of student semester exams and reveal that the strategy of Christian education teachers have a good work ethic, understand the nature of semester exam preparation well, and provide the right stages of exam preparation for students.
Abstract: This paper aims to outline the strategies of Christian Religious Education teachers in the preparation of student semester exams. The approach used in this paper is with a literature study. The results of the discussion of this paper reveal that the strategy of Christian Education teachers in the preparation of semester exams in students, namely Christian Education teachers have a good work ethic, understand the nature of semester exam preparation well, and provide the right stages of exam preparation for students. The work ethic of Christian Education teachers and a good understanding of the nature of semester exam preparation are very important to note. The lack of work ethic and the lack of understanding of Christian Education teachers about the preparation of student examinations will affect the readiness of students in facing semester exams. Likewise with the stages of the preparation of the semester exam. Teachers of Christian Religious Education need to understand each stage of preparation for the exam. Work ethic, understanding, and implementation of good semester exam preparation is a strategy of Christian Education teachers in improving student learning outcomes. Tulisan ini bertujuan untuk menguraikan strategi guru Pendidikan Agama Kristen dalam persiapan ujian semester siswa. Pendekatan yang digunakan dalam tulisan ini ialah dengan kajian pustaka. Hasil pembahasan dari tulisan ini mengungkapkan bahwa strategi guru Pendidikan Agama Kristen dalam persiapan ujian semester pada siswa yaitu guru Pendidikan Agama Kristen memiliki etos kerja yang baik, memahami hakikat persiapan ujian semester dengan baik, serta memberikan tahapan-tahapan persiapan ujian yang tepat pada siswa. Etos kerja guru Pendidikan Agama Kristen dan pemahaman yang baik akan hakikat persiapan ujian semester sangat penting untuk diperhatikan. Kurangnya etos kerja dan kekurangpahaman guru Pendidikan Agama Kristen tentang persiapan ujian siswa akan mempengaruhi kesiapan siswa dalam menghadapi ujian semester. Demikian halnya dengan tahapan pelaksanaan persiapan ujian semester. Guru Pendidikan Agama Kristen perlu memahami setiap tahapan persiapan ujian tersebut. Etos kerja, pemahaman, dan pelaksanaan persiapan ujian semester yang baik merupakan strategi guru Pendidikan Agama Kristen dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

1 citations


Journal ArticleDOI
30 Apr 2022-Harati
TL;DR: In this paper , a window shopping model was used to improve the liveliness and learning outcomes of students of class IX SMPN 3 South Hamlet in Christian Education through window shopping.
Abstract: The purpose of this study is to improve the liveliness and learning outcomes of students of class IX SMPN 3 South Hamlet in Christian Education through window shopping model. This type of research is Class Action Research. The objects of action studied include the level of activeness of students during teaching and learning activities and student learning outcomes after the completion of each cycle. The subjects of class IX SMPN 3 South Hamlets consisted of 25 people, consisting of 12 men and 13 women. The implementation of research in the 1st semester of the 2021/2022 school year, namely in September to November 2021. The results of this study showed a significant improvement both in the activeness of students and in the value of learning outcomes. The increase in student activity is indicated by an increase in the number of students who are active in the learning process in each cycle. The increase in student learning outcomes is evidenced by an increase in the number of students who can get grades more than or equal to 70 or can reach KKM, namely 20 (80%) students in cycle I increased to 24 (96%) students in cycle II. Thus the student's learning outcomes achieve classical completion. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas IX SMPN 3 Dusun Selatan dalam Pendidikan Agama Kristen melalui model window shopping. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Objek tindakan yang diteliti meliputi tingkat keaktifan siswa selama mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar dan hasil belajar siswa setelah selesai tiap siklus. Subyek siswa kelas IX SMPN 3 Dusun Selatan yang berjumlah 25 orang, terdiri dari 12 laki-laki dan 13 perempuan. Pelaksanaan penelitian pada semester 1 tahun pelajaran 2021/2022, yaitu pada bulan September sampai dengan Nopember 2021. Hasil penelitian ini menunjukkan terjadinya peningkatan yang signifikan baik pada keaktifan siswa maupun pada nilai hasil belajarnya. Peningkatan keaktifan siswa ditunjukkan dengan terjadinya peningkatan jumlah siswa yang aktif dalam proses pembelajaran pada tiap-tiap siklus. Sedang peningkatan hasil belajar siswa dibuktikan dengan terjadinya peningkatan jumlah siswa yang dapat memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 70 atau dapat mencapai KKM, yaitu 20 (80%) siswa pada siklus I meningkat menjadi 24 (96%) siswa pada siklus II. Dengan demikian hasil belajar siswa mencapai ketuntasan secara klasikal.

1 citations


Journal ArticleDOI
30 Apr 2022-Harati
TL;DR: In this article , the Curriculum of Christian Religious Education leading to missiology was discussed considering that there were still a lot of various tribes who had not been reached in missionary services.
Abstract: This paper specifically described the issue of initiating the study of Christianity based on missiology. This topic was reviewed because factually Christian education based on missiology was still not fully encouraged in religious learning in classes. This topic was discussed considering that there were still a lot of various tribes who had not been reached in missionary services. Obviously, this should not be the responsibility of missionary institutions alone, but religious institutions in the context of Christian education should also make a contribution and pay attention to it. In discussing this topic, the researchers used qualitative methods with a literature study approach. The description in discussing this article started with the Curriculum of Christian Religious Education leading to missiology. Then, the practice of mission-based learning was carried out for students in the classrooms. This was done to instill the concern of the Great Mandate from an early age. Besides, Christian Educators should live up to their missionary activities as their responsibility of their vocation as educators chosen by God to encourage the missionary movements. It was done to emulate the way how Jesus and the apostles taught but framed in missionary Tulisan ini secara spesifik menguraikan perihal menggagas pembalajaran agama Kristen berbass misiologi. Topik ini diulas karena secara faktual pembelajaran agama Kristen berbasis misiologi masih belum sepenuhnya digalakkan dalam pembelajaran agama di kelas. Topik ini dibahas mengingat masih banyak ditemukan berbagai suku belum terjangkau dalam pelayanan misi. Tentunya tanggung jawab itu tidak hanya dibebankan kepada lembaga misi, namun lembaga keagamaan dalam konteks pendidikan Kristen turut ikut andil memerhatikannya. Di dalam menguraikan topik ini peneliti menerapkan metode kualitatif dengan pendekatan studi literatur. Uraian pembahasan pada artikel ini dimulai dari, kurikulum Pendidikan Agama Kristen itu sendiri mengarah pada misiologi. Kemudian praktik pembelajaran berbasis misiologi dilakukan di dalam kelas bagi naradidik. Ini dilakukan untuk menanamkan sejak usia dini, kepedulian pada mandat Amanat Agung. Disamping itu, Pendidik Agama Kristen menghidupi kegiatan bermisiologi, sebagai bentuk tanggung-jawab panggilannya sebagai pendidik yang dipilih oleh Tuhan untuk ikut menggalakkan gerakan bermisiologi. Hal itu dilakukan untuk meneladani jejak Yesus dan para rasul yang mengajar namun terbingkai dalam gerakan misiologi.

Journal ArticleDOI
27 Oct 2022-Harati
TL;DR: In this article , a literature-based qualitative method was used to analyze Habermas' thoughts on the public sphere, and it was found that in today's digital era, the public realm in the digital realm is part of the virtual public sphere in which the journey of human spirituality is carried out.
Abstract: The digital era is an era where everything is done digitally, be it science or the journey of human spirituality. With the presence of digital space simultaneously there is also a public space in virtual form. In the past, humans were referred to as social creatures, in this digital era, humans are also referred to as digital creatures. So that the teaching of Christian religious education does not only stop in the private sphere, which is carried out in the church, but can also be done in a digital virtual sphere. By using a literature-based qualitative method, the author analyzes Habermas' thoughts on the public sphere. From the results of the analysis, it was found that in today's digital era, the public sphere in the digital realm is part of the virtual public sphere, in which the journey of human spirituality is carried out. Human interaction in the digital era does not only occur in physical public sphere, but also occurs in virtual public sphere. Therefore, this paper will examine Christian Religious Education in a virtual public space which of course starts from the analysis of the thoughts of Jürgen Habermas, a German philosopher and sociologist regarding the Public Sphere, then the author will discuss abaut Christian Religious Education in the public sphere a critical review. On Christian Religious Education in the private sphere, which then ends with the conclusion of this research Era digital menjadi era di mana segala sesuatu dilakukan secara digital baik itu ilmu pengetahuan maupun perjalanan spiritualitas manusia. Dengan hadirnya ruang digital, secara bersamaan hadir juga ruang publik dalam bentuk virtual. Yang dulu manusia disebut sebagai makhluk sosial, di era digital ini, manusia juga disebut sebagai makhluk digital. Sehingga pengajaran pendidikan agama Kristen pun tidak hanya berhenti pada ruang privat yakni dilakukan di dalam gereja, melainkan juga dapat dilakukan dalam ruang virtual digital. Dengan menggunakan metode kualitatif berbasis kepustakaan, penulis menganalisis pemikiran Habermas mengenai ruang publik. Dari hasil analisis, didapatkan bahwa di era digital sekarang ini, ruang publik dalam ranah digital merupakan bagian dari pada ruang publik virtual, yang di dalamnya perjalanan spiritualitas manusia dilakukan. Interaksi manusia di era digital tidak hanya pada ruang publik secara fisik, melainkan juga terjadi dalam ruang publik virtual. Dari sinilah penulis menggunakan ruang publik virtual atau virtual public sphere. Oleh karena itu, tulisan ini akan mengkaji mengenai Pendidikan Agama Kristen dalam ruang publik virtual yang tentunya dimulai dari analisis pemikiran Jürgen Habermas seorang filsuf sekaligus sosiolog asal Jerman mengenai Ruang Publik (Public Sphere), kemudian penulis akan membahas mengenai PAK dalam ruang publik sebuah tinjauan kritis terhadap Pendidikan Agama Kristen dalam ruang privat, yang kemudian diakhiri dengan kesimpulan dari penelitian ini.

Journal ArticleDOI
30 Apr 2022-Harati
TL;DR: In this paper , a study was conducted to investigate whether there was effect of online and face-to-face learning toward learning achievements of the second and sixth semester students from Christian Religious Education Study Program when seen from their academic procrastination.
Abstract: During Pandemic Covid-19 which has started from March 2020 in Indonesia, learning from home is conducted. Online learning, therefore, has been the only choice for schools and universities to maintain learning process during this troubled time. Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Kupang has also applied online learning. Consequently, academic procrastination became one of the problems to tackle. To answer this problem, this study was conducted to investigate whether there was effect of online and face-to-face learning toward learning achievements of the second and sixth semester students from Christian Religious Education Study Program when seen from their academic procrastination. A quantitative approach was used in this study by an ex-post facto design. There were two analysis techniques applied namely descriptive statistics and two way (ANAVA) varians analysis involving a sample of 122 students out of the population of 770 students. The findings showed first, there was no difference in learning achievements of students who learned online and face to face. Secondly, there was no interaction between online learning or academic procrastination and students’ learning achievements. Thirdly, there was diference in learning achievements of students with high and low academic procrastination. Selama pandemi Covid-19 pada Maret 2020, diberlakukan belajar dari rumah. Akibatnya pembelajaran daring menjadi satu-satunya pilihan bagi sekolah dan universitas untuk tetap melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar demikian juga Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Kupang. Sebagai akibat, prokrastinasi akademik menjadi salah satu tantangan yang harus dihadapi. Penelitian ini mencari tahu pengaruh proses pembelajaran daring dan tatap muka terhadap prestasi belajar ditinjau dari kebiasaan menunda-nunda mengerjakan tugas akademik atau prokrastinasi akademik mahasiswa semester dua dan enam Program Studi Pendidikan Agama Kristen. Metode penelitian ini adalah Kuantitatif dan jenis penelitian Ex-Post Facto. Teknik Analisis yang dilakukan yakni melalui analisis statistik deskriptif dan analisis varians (ANAVA) dua jalan dengan melibatkan 122 mahasiswa sebagai sampel dari total populasi sebesar 770 mahasiswa. Dari metode dan analisis uji hipotesis ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan prestasi belajar mahasiswa yang belajar dengan pembelajaran daring dan mereka yang belajar secara tatap muka, tidak terdapat interaksi antara pembelajaran daring dengan prokrastinasi akademik terhadap prestasi belajar mahasiswa dan terdapat perbedaan prestasi belajar antara mahasiswa yang memiliki prokrastinasi akademik tinggi dan rendah.

Journal ArticleDOI
30 Apr 2022-Harati
TL;DR: In this paper , the authors tried to explain the contribution that Christian parents can make in developing children's creativity and making it a pattern of education in the family by using the description method and support from literature review, it is hoped that it will explain in depth the impact of creativity in human life, the importance of creativity for children, and the contribution of parents in developing creativity in children.
Abstract: Creativity is born from the human way of thinking and in this era where everything is starting to go digital, creativity has a very big place. For a child, creativity is very important because it is an important pillar in education, develops children's minds, makes children productive, and creativity offers advantages and can be a key factor for one's success. For this reason, parents are expected to play a maximum role in teaching creativity to their children. This study tries to explain the contribution that Christian parents can make in developing children's creativity and making it a pattern of education in the family. By using the description method and support from literature review, it is hoped that it will explain in depth the impact of creativity in human life, the importance of creativity for children, and the contribution of parents in developing creativity in children. It was concluded that parents can contribute maximally to developing children's creativity when making it an important priority, building a supportive, motivating, and empathetic environment when teaching children to be creative. Kreativitas lahir dari cara berpikir manusia dan di jaman ini dimana semuanya mulai serba digital, kreativitas mendapatkan tempat yang sangat besar. Bagi seorang anak kreativitas sangat penting karena merupakan pilar penting dalam pendidikan, mengembangkan pikiran anak, menjadikan anak produktif, serta kreativitas menawarkan keunggulan dan bisa menjadi faktor kunci bagi kesuksesan seseorang. Untuk itu para orang tua diharapkan bisa berperan maksimal dalam mengajarkan kreativitas pada anak-anaknya. Penelitian ini mencoba memaparkan kontribusi yang orang tua Kristen bisa berikan dalam mengembangkan kreativitas anak dan menjadikannya pola pendidikan dalam keluarga. Dengan menggunakan metode deskripsi serta dukungan dari kajian literatur di harapkan bisa menjelaskan secara mendalam dampak kreativitas dalam kehidupan manusia, arti penting kreativitas bagi anak, dan kontribusi orang tua dalam mengembangkan kreativitas pada anak. Disimpulkan orang tua bisa berkontribusi maksimal mengembangkan kreativitas anak ketika menjadikannya sebagai prioritas penting, membangun lingkungkan yang mendukung, memotivasi, dan berempati ketika mengajarkan anak untuk kreatif.

Journal ArticleDOI
27 Oct 2022-Harati
TL;DR: In this article , the authors conducted a qualitative research with a description method to investigate the role of character education in building a quality generation in the future in Islam and Christianity, and concluded that character education is an urgent thing to do.
Abstract: Character education has a role in creating the quality of a nation in the future. In its implementation, character education starts from religious education in schools and in non-formal institutions. The implementation of religious education is expected to support the achievement of character education goals. This research is a qualitative research with a description method. This study begins with the concept of education from Ibn Khaldun, Ibn Sina, JJ Rousseau and Robert Raikes as representatives of religious education from Islam and Christianity. The results of this study are character education is an urgent thing to do in building a quality generation in the future. In order to achieve maximum results, character education needs to involve several things such as curriculum, teachers and parents. Pendidikan karakter mememiliki peran dalam menciptakan kualitas suatu bangsa di masa yang akan datang. Dalam pelaksanaannya, pendidikan karakter dimulai dari pendidikan agama di sekolah-sekolah maupun di lembaga non formal. Pelakasanan pendidikan agama tersebut diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan pendidikan karakter. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskripsi. Dalam penelitian ini diawali dengan konsep Pendidikan dari Ibnu Khaldun, Ibnu Sina, J J Rousseau dan Robert Raikes sebagai representatif Pendidikan agama dari Islam dan Kristen. Adapun hasil dari penelitian ini adalah pendidikan karakter merupakan hal yang urgent untuk dilakukan dalam membangun generasi yang berkualitas pada masa yang akan datang. Agar tercapai hasil yang maksimal, pendidikan karakter perlu melibatkan beberapa hal seperti peranan kurikulum, guru dan orang tua.

Journal ArticleDOI
27 Oct 2022-Harati
TL;DR: In this paper , a study was conducted at Palangka Raya Christian Middle School with the research purpose is to find out how much e-learning based on Google Classroom application in Christian religious education learning has effect on learning outcomes.
Abstract: Google Classroom is very popular nowadays, especially during this remote learning due to Covid-19 pandemic. However, the effectiveness of its use has yet to be ascertained on students' learning result, including in Christian Religious Education learning process. This research was conducted at Palangka Raya Christian Middle School with the research purpose is to find out how much e-learning based on Google Classroom application in Christian Religious Education learning has effect on learning outcomes. Research method that used is non-experimental quantitative with a comparative causal type of research, so this method is to examine cause-and-effect relationships. The population in this research were all students in Palangka Raya Christian Middle School, i.e 104 students, while the sample used was 34 students at eighth grade. The results showed that there was an effect of e-learning based on the google classroom application in learning Christian Religious Education, towards learning outcomes of students at Palangkaraya Christian Middle School with a significance level of 0.249 > 0.05. This effect is relatively small with an R Square value of 41%. That is, the learning outcomes of eighth grade students at Palangka Raya Christian Middle School are more influenced by other variables in improving student learning outcomes. Aplikasi google classroom sangat populer digunakan saat ini, terlebih di tengah sistem pembelajaran jarak jauh sejak pandemi Covid-19. Namun demikian efektivitas penggunaannya belum dapat dipastikan terhadap keberhasilan belajar peserta didik, termasuk dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen. Penelitian ini dilakukan di SMP Kristen Palangka Raya dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh e-learning berbasis aplikasi google classroom dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen terhadap hasil belajar siswa kelas VIII di SMP Kristen Palangka Raya. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif non-eksperimen dengan jenis penelitian kausal komparatif untuk meneliti hubungan sebab-akibat. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa di SMP Kristen Palangka Raya yang berjumlah 104 siswa, sedangkan untuk sampel yang digunakan adalah 34 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaruh e-learning berbasis aplikasi google classroom dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen terhadap hasil belajar siswa kelas VIII di SMP Kristen Palangka Raya dengan taraf signifikasi sebesar 0,249 >̲ 0,05. Adapun pengaruh tersebut terbilang kecil dengan nilai R Square sebesar 41%. Artinya, hasil belajar siswa kelas VIII di SMP Kristen Palangka Raya lebih besar dipengaruhi oleh variabel lain dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

Journal ArticleDOI
27 Oct 2022-Harati
TL;DR: In this paper , the authors used descriptive qualitative research with a literature and biblical text approach and focused on the discussion of the Teacher's Responsibilities to his Profession, and provided an understanding of the responsibilities of Christian religious education teachers that must be carried out in carrying out their duties.
Abstract: Teaching is a unique profession because there are so many competencies that must be possessed in carrying out its duties to prepare future generations. The ideal teacher, not just a teacher who meets technical requirements: such as smart, clever, or an expert in the field of science they have; but more importantly, the teacher must be able to position himself as an agent of change. For this reason, Christian Religious Education Teachers must have roles and responsibilities personally, socially, intellectually, morally and spiritually. First, independent personal responsibility, namely being able to understand himself, manage himself, control himself and respect and develop himself. Second, social responsibility is realized through the competence of teachers from the social environment and having effective interactive abilities. Third, intellectual (professional) responsibility is realized through the mastery of various sets of knowledge and skills needed to support their duties. Fourth, spiritual and moral responsibility is realized through the appearance of teachers as religious beings whose behavior does not always deviate from religious and moral norms. This article provides an understanding of the responsibilities of Christian Religious Education teachers that must be carried out in carrying out their duties. With the aim that what is done by a Christian Religious Education Teacher can be accounted for before God and within the educational institution itself. This article uses descriptive qualitative research with a literature and biblical text approach and focuses on the discussion of the Teacher's Responsibilities to his Profession Keywords: responsibility; teacher; christian education. Guru adalah merupakan profesi yang unik karena begitu banyaknya kompetensi yang harus dimiliki dalam melaksanakan tugasnya mempersiapkan generasi yang akan datang. Guru yang ideal, bukan sekedar guru yang memenuhi syarat-syarat teknik: seperti pintar, pandai, atau pakar di bidang ilmu yang dimiliki; melainkan yang jauh lebih penting dari itu semua, guru harus mampu menempatkan dirinya sebagai agen perubahan “agent of change.” Untuk itu Guru Pendidikan Agama Kristen harus memiliki peran dan tanggung jawab secara pribadi, sosial, intelektual, moral dan spiritual. Pertama, tanggung jawab pribadi yang mandiri yaitu mampu memahami dirinya, mengelola dirinya, menngendalikan dirinya dan menghargai serta mengembangkan dirinya. Kedua, tanggung jawab sosial diwujudkan melalui kompetensi guru dari lingkungan sosial serta memiliki kemampuan interaktif yang efektif. Ketiga, tanggung jawab intelektual (profesional) diwujudkan melalui penguasaan berbagai perangkat pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk penunjang tugasnya. Keempat, tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkan melalui penampilan guru sebagai makhluk beragama yang perilakunya senantiasa tidak menyimpang dari norma agama dan moral. Artikel ini memberikan pemahaman terkait tanggung jawab-tanggung jawab guru Pendidikan Agama Kristen yang harus dikerjakan dalam menjalankan tugasnya. Dengan tujuan agar apa yang dikerjakan oleh sorang Guru Pendidikan Agama Kristen bisa dipertanggung jawabkan dihadapan Tuhan dan didalam lembaga pendidikan itu sendiri. Artikel ini mengunakan penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan pustaka dan teks Alkitab dan berfokus pada pembahasan tentang Tanggung Jawab Guru Terhadap Profesinya.

Journal ArticleDOI
27 Oct 2022-Harati
TL;DR: In this article , the influence of learning independence on the learning outcomes of Christian religious education in class VIII students at SMP Negeri 7 Palangka Raya was discussed. And the results showed that the t-test analysis was calculated at 2,083, obtained a ttable value of 2,028.
Abstract: This article discusses the influence of learning independence on the learning outcomes of Christian Religious Education in class VIII students at SMP Negeri 7 Palangka Raya. This research is a quantitative research of non-experimental methods. The variables studied were Learning Independence (X) and Learning Outcomes of Christian Religious Education (Y). This study aims to determine the influence of learning independence (X) on the learning outcomes of Christian Religious Education (Y), and to find out whether there is an influence and how much influence learning independence (X) has on the learning outcomes of Christian Religious Education (Y) students at SMP Negeri 7 Palangka Raya. The sample used was 38 people, while data collection was carried out with a questionnaire instrument. The results showed that the t-test analysis was calculated at 2,083, obtained a ttable value of 2,028. With a calculation greater than ttabel (2,083> 2,028) it means that Ha1 is rejected and H01 is accepted, and there is a significant direct influence between Learning Independence on the Learning Outcomes of Christian Religious Education at SMP Negeri 7 Palangka Raya, with a Coefficient of Determination of 10.8% the remaining 89.2% is influenced by other factors that were not studied. Artikel ini membahas tentang pengaruh kemandirian belajar terhadap hasil belajar Pendidikan Agama Kristen pada peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 7 Palangka Raya. Penelitian ini merupakan penelitian Kuantitatif metode non eksperimen. Variabel yang diteliti yaitu Kemandirian Belajar (X) dan Hasil Belajar Pendidikan Agama Kristen (Y). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kemandirian belajar (X) terhadap hasil belajar Pendidikan Agama Kristen (Y), dan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh dan seberapa besarnya pengaruh kemandirian belajar (X) terhadap hasil belajar Pendidikan Agama Kristen (Y) peserta didik di SMP Negeri 7 Palangka Raya. Sampel yang digunakan sebanyak 38 orang, sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan instrumen kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis uji-t thitung sebesar 2,083, didapat nilai ttabel sebesar 2,028. Dengan thitung lebih besar dari ttabel (2,083> 2,028) artinya Ha1 ditolak dan H01 diterima, serta terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara Kemandirian Belajar terhadap Hasil belajar Pendidikan Agama Kristen di SMP Negeri 7 Palangka Raya, dengan Koefisien Determinasi sebesar 10,8% sisanya 89,2% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.