scispace - formally typeset
Open AccessJournal ArticleDOI

UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK ETANOL DAUN KACAPIRING (Gardenia augusta, Merr) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR

Faridah Baroroh, +2 more
- 01 May 2011 - 
- Vol. 1, Iss: 1
Reads0
Chats0
TLDR
The antihiperglycemic effect ethanolic extract of kacapiring leaf on white rats male strain of Wistar and how much antihi perglikemik effect compared with glibenklamid is known.
Abstract
Daun kacapiring (Gardenia augusta, Merr) sering digunakan secara tradisional untuk pengobatan diabetes mellitus. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ekstrak etanol daun kacapiring dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus putih jantan galur Wistar dan seberapa besar efek antihiperglikemiknya jika dibandingkan dengan obat antidiabetes glibenklamid. Penelitian ini menggunakan metode uji toleransi glukosa oral dengan pembebanan glukosa dosis 4,5 g/kgBB. Hewan uji yang digunakan tikus putih jantan galur Wistar umur 2-3 bulan, berat badan 180-250 gram, sebanyak 24 ekor yang dibagi menjadi 4 kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor tikus. Kelompok I sebagai kelompok kontrol negatif diberi CMC-Na 1%, kelompok II sebagai kelompok kontrol positif diberi glibenklamid dosis 1,35 mg/kgBB, kelompok III dan kelompok IV diberi ekstrak etanol daun kacapiring masing-masing dosis 500 mg/kgBB dan 250 mg/kgBB. Glibenklamid dan ekstrak diberikan secara peroral 60 menit sebelum pemberian glukosa. Pengambilan darah melalui sinus orbitalis secara keseluruhan dilakukan pada menit ke-(-90), (-60), 0, 30, 60, 120, 180, 240, dan 300. Kadar glukosa darah diukur dengan metode enzimatik dengan pereaksi GOD PAP (Glucose Oxidase Phenol 4-Aminoantipirin) yang menghasilkan larutan merah dan absorbansi dibaca dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 500 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun kacapiring dosis 500 mg/kgBB dan 250 mg/kgBB dapat berefek menurunkan kadar glukosa darah. Ekstrak etanol daun kacapiring dosis 500 mg/kgBB dan 250 mg/kg dapat menurunkan kadar glukosa darah sebesar 58,97% dan 80,60% disbanding glibenklamid dosis 1,35 mg/kgBB yang dapat menurunkan kadar glukosa darah sebesar 73,93%.

read more

Content maybe subject to copyright    Report

UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK
ETANOL DAUN KACAPIRING (Gardenia augusta, Merr)
PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR
ANTIHIPERGLIKEMIC EFFECT ETHANOLIC
EXTRACT OF KACAPIRING (Gardenia augusta, Merr)
LEAF AT WHITE RATS MALE STRAIN OF WISTAR
Faridah Baroroh, Nurfina Aznam, Hari Susanti
Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan
Jl.Prof.Dr. Soepomo, SH (0274) 379418
farida_b0702@yahoo.co.id
Abstrak
Daun kacapiring (Gardenia augusta, Merr) sering digunakan secara tradisional
untuk pengobatan diabetes mellitus. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah
ekstrak etanol daun kacapiring dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus
putih jantan galur Wistar dan seberapa besar efek antihiperglikemiknya jika
dibandingkan dengan obat antidiabetes glibenklamid. Penelitian ini menggunakan
metode uji toleransi glukosa oral dengan pembebanan glukosa dosis 4,5 g/kgBB.
Hewan uji yang digunakan tikus putih jantan galur Wistar umur 2-3 bulan, berat badan
180-250 gram, sebanyak 24 ekor yang dibagi menjadi 4 kelompok masing-masing
kelompok terdiri dari 6 ekor tikus. Kelompok I sebagai kelompok kontrol negatif diberi
CMC-Na 1%, kelompok II sebagai kelompok kontrol positif diberi glibenklamid dosis
1,35 mg/kgBB, kelompok III dan kelompok IV diberi ekstrak etanol daun kacapiring
masing-masing dosis 500 mg/kgBB dan 250 mg/kgBB. Glibenklamid dan ekstrak
diberikan secara peroral 60 menit sebelum pemberian glukosa. Pengambilan darah
melalui sinus orbitalis secara keseluruhan dilakukan pada menit ke-(-90), (-60), 0, 30,
60, 120, 180, 240, dan 300. Kadar glukosa darah diukur dengan metode enzimatik
dengan pereaksi GOD PAP (Glucose Oxidase Phenol 4-Aminoantipirin) yang
menghasilkan larutan merah dan absorbansi dibaca dengan spektrofotometer UV-Vis
pada panjang gelombang 500 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol
daun kacapiring dosis 500 mg/kgBB dan 250 mg/kgBB dapat berefek menurunkan
kadar glukosa darah. Ekstrak etanol daun kacapiring dosis 500 mg/kgBB dan 250
Uji Efek Antihiperglikemik Ekstrak Etanol ..... (Faridah Baroroh, dkk)
43

mg/kg dapat menurunkan kadar glukosa darah sebesar 58,97% dan 80,60% dibanding
glibenklamid dosis 1,35 mg/kgBB yang dapat menurunkan kadar glukosa darah
sebesar 73,93%.
Kata kunci : diabetes mellitus antihiperglikemik, kacapiring
Abstract
Kacapiring leaf (Gardenia augusta, Merr) was often used in traditional drugs for
treatment diabetes mellitus. This research aim to know the antihiperglycemic effect
ethanolic extract of kacapiring leaf on white rats male strain of Wistar and how much
antihiperglycemic effect compared with glibenklamid. This study used oral glucose
tolerance test method with loading glucose 4,5 g/kgW. Tested animal where 24 white
male rats strain of Wistar age 2-3 months with weight 180-250 gram, devided into 4
groups, each groups consist of 6 rats. Group I was as negative control group given
CMC-Na 1%, group II was as positive control group given glibenklamid dose 1,35
mg/kgBB, group III and IV where given ethanolic extract of kacapiring leaf dose 500
mg/kgBB and 250 mg/kgBB. Glibenklamid and exstract are given orally 60 minutes
before glucose. Blood was taken from orbitalis sinus at minute (-90), (-60), 0, 30, 60,
120, 180, 240, and 300. Blood glucose level was determined with GOD PAP enzymatic
method, absorbance was observed using spectrophotometer at 500 nm. The result of the
study was performed by giving ethanolic extract of kacapiring leaf dose 500 mg/kgW
and 250 mg/kgW had antihiperglycemic effect. Ethanolic extract of kacapiring leaf dose
500 mg/kgW and 250 mg/kgW could reduce blood glucoce level 58,97% and 80,60%
compared with glibenklamid dose 1,35 mg/kgW could reduce blood glucoce level
73,93%.
Key words : diabetes mellitus, antihiperglycemic, kacapiring
44
Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 1, No. 1, 2011 : 43 - 53

PENDAHULUAN
Prevalensi diabetes mellitus
makin meningkat dari tahun ke tahun.
Berdasarkan penelitian di Jakarta, terjadi
peningkatan 1,7% pada tahun 1982,
5,7% pada tahun 1993, dan 12,8% pada
tahun 2001. Pada tahun 2000 penderita
diabetes diperkirakan 5,5 juta,
sedangkan pada tahun 2020 dimana
jumlah penduduk Indonesia di atas 20
tahun sekitar 178 juta, dengan prevalensi
penderita diabetes 4,6%, penderita
diabetesnya diperkirakan 8,2 juta
(Wiyono, 2004).
Diabetes tipe 2 merupakan
diabetes yang banyak terjadi pada orang
dewasa. Selain terjadinya penurunan
kepekaan jaringan pada insulin, dapat
terjadi pula suatu defisiensi respon sel b
pankreas terhadap glukosa. Kedua ke-
rusakan ini diperparah dengan terjadinya
hiperglikemia, dan kedua kerusakan ini
dapat diperbaiki melalui terapi yang
mengurangi hiperglikemia tersebut
(Katzung, 2002).
Glibenklamid merupakan obat
antidiabetika golongan sulfonilurea yang
sukar larut dalam air dan larut dalam
alkohol. Setelah pemberian oral,
glibenklamid dapat diabsorbsi dengan
cepat dan baik. Glibenklamid diberikan
dalam dosis tunggal, dosis sehari 5 20
mg. Bila pemberian dihentikan, obat
akan bersih dari serum setelah 36 jam.
Glibenklamid menurunkan kadar
glukosa darah pada diabetes mellitus tipe
2 dan tidak pada diabetes mellitus tipe 1.
Mekanisme kerjanya menstimulasi
sekresi insulin, meskipun secara
kualitatif golongan sulfonilurea mem-
punyai efek farmakologi yang sama
tetapi secara kuantitatif ada bedanya.
Efek hipoglikemik glibenklamid 5 mg
sama dengan tolbutamid 1000 mg,
klorpropamid 250 mg, atau tolazamid
250 mg (Ganiswarna, 1995). Struktur
glibenklamid dapat dilihat pada gambar
1.
Daun kacapiring mengandung
saponin, flavonoid, polifenol, crocetin,
crosin, dan scandosida. Secara empiris
daun kacapiring merupakan salah satu
tanaman obat yang digunakan untuk
pengobatan diabetes mellitus
(Wijayakusuma, 2000). Dari kandunga
zat aktif tersebut belum diketahui
senyawa apa yang berefek menurunkan
kadar glukosa darah. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah ekstrak etanol daun kacapiring
dapat menurunkan kadar glukosa darah
dan seberapa besar efek antihiper-
glikemik ekstrak etanol daun kacapiring
dibandingkan dengan obat antidiabetes
glibenklamid.
METODE PENELITIAN
Bahan
Bahan uji yang digunakan adalah
daun kacapiring (Gardenia augusta,
Merr) dari Bandungan Kabupaten
Semarang, baik daun muda maupun daun
tua yang terkena sinar matahari
sempurna. Cairan penyari etanol 70%,
CMC-Na 1%, Glibenklamid, Aquadest,
Uji Efek Antihiperglikemik Ekstrak Etanol ..... (Faridah Baroroh, dkk)
45
Gambar 1. Struktur glibenklamid
(5-Kloro-2-metoksibenzamido-etil-benzenasulf
onil-3-sikloheksilurea) (Anonim, 1995).

Glukosa (D-Glukosa monohidrat),
pereaksi GOD PAP (Glucose Oxidase
Phenol 4-Aminoantipyrine) dari Diasys.
Hewan uji yang digunakan tikus putih
jantan galur Wistar umur 2-3 bulan,
sehat, berat badan 180-250 gram.
Alat
Almari pengering, alat penyerbuk,
timbangan analitik, kompor listrik,
penangas air, cawan porselin, mortir,
stamper, timbangan hewan, jarum suntik
oral, tabung plastik Ependorf,
mikrohematokrit, almari pendingin,
sentrifuge, mikropipet 5-50µl, mikro-
pipet 200-1000µl, spektrofotometer
UV-Vis dan alat-alat gelas.
JALAN PENELITIAN
Determinasi daun kacapiring di-
lakukan di Laboratorium Biologi Uni-
versitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
mengacu pada buku Flora of Java
(Backer dan Van den Brink, 1965) untuk
mengetahui kebenaran daun kacapiring
tersebut. Serbuk daun kacapiring kering
disari dengan etanol 70% secara
maserasi selama dua hari, sari etanol
yang diperoleh diuapkan di atas
penangas air dalam cawan perselin
sampai menjadi kental atau semi padat.
Ekstrak disuspensikan ke dalam
CMC-Na 1% sehingga diperoleh larutan
stok 4,0 g/100 ml (dosis 500 mg/KgBB,
tiap pemberian peroral 2,5 ml)
Penentuan dosis untuk tikus
Dosis ekstrak : 500 mg/kgBB dan
250 mg/kgBB
Dosis glibenklamid : 1,35 mg/kgBB
Dosis glukosa : 4,5 g/kgBB
Penelitian Pendahuluan
Penetapan waktu pembebanan
glukosa
Sebanyak 9 ekor tikus dibagi
secara acak menjadi 3 kelompok, tikus
dipuasakan selama 18 sampai 20 jam
dengan tetap diberi minum ad libitum
sebelum perlakuan. Tiap kelompok
diberi perlakuan glibenklamid dosis 1,35
mg/kgBB peroral, kemudian diberi
glukosa dosis 4,5 g/kgBB per oral selang
waktu 40 menit untuk kelompok I, 50
menit untuk kelompok II, dan 60 menit
untuk kelompok III dihitung dari saat
pemberian glibenklamid. Darah diambil
dari sinus orbitalis pada menit ke -30
sebelum pemberian glibenklamid, menit
ke-0, 30, 60, 120, dan 180 setelah
pemberian glukosa. Kadar glukosa darah
ditetapkan secara enzimatik dengan
pereaksi GOD PAP dan absorbansi di-
baca dengan spektrofotometer UV-Vis
pada panjang gelombang 500 nm,
kemudian dicari harga luas daerah
dibawah kurva dari menit ke-0 sampai
menit ke-180 (LDDK
0-180
) tiap
kelompok dihitung dan dibandingkan.
Waktu pembebanan glukosa yang dipilih
adalah pembebanan glukosa yang
memberikan nilai (LDDK
0-180
) terkecil.
Pengelompokan dan Perlakuan hewan
uji
Hewan uji dibagi secara acak
menjadi 4 kelompok masing-masing
terdiri dari 6 ekor tikus putih jantan.
Tikus dipuasakan terlebih dahulu selama
18 sampai 20 jam dengan tetap diberi
minum ad libitum sebelum perlakuan.
Tiap kelompok tikus diberi perlakuan
sebagai berikut
46
Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 1, No. 1, 2011 : 43 - 53

Kelompok I : sebagai kontrol
negatif, diberi larutan
CMC Na1%,
60 menit kemudian
diberi glukosa 4,5
mg/kgBB
Kelompok II : sebagai kontrol
positif, diberi
glibenklamid 1,35
mg/kgBB
60 menit kemudian
diberi glukosa 4,5
mg/kgBB
Kelompok III : perlakuan ekstrak
etanol daun kacapiring
500 mg/kgBB
60 menit kemudian
diberi glukosa 4,5
mg/kgBB
Kelompok IV : perlakuan ekstrak
etanol daun kacapiring
250 mg/kgBB
60 menit kemudian
diberi glukosa 4,5
mg/kgBB
Darah diambil dari sinus orbitalis
pada menit ke-(-90) sebelum perlakuan,
untuk mengetahui kadar normal glukosa
darah tikus, dimana menit ke-0 adalah
waktu saat pembebanan glukosa. Menit
ke-(-60) adalah waktu pengambilan
darah hewan uji segera setelah diberi
glibenklamid atau suspensi ekstrak
etanol daun kacapiring sebelum diberi
glukosa pada menit ke-0. Setelah hewan
uji diberi glukosa maka pengambilan
darah dilakukan pada menit ke-30, 60,
120, 180, 240, dan 300, sehingga peng-
ambilan darah setiap hewan uji dari sinus
orbitalis secara keseluruhan dilakukan
pada menit ke-(-90), (-60), 0, 30, 60, 120,
180, 240, dan 300. Volume darah yang
diambil ±1 ml kemudian ditampung
dalam tabung plastik ependorf dan
dibiarkan membeku agar serum memisah
dengan darah. Agar serum memisah
dengan sempurna, darah yang ditampung
dalam tabung plastik ependorf di
sentrifuge selama 15 sampai 20 menit
dengan kecepatan 2500 rpm. Serum yang
telah memisah disimpan dalam almari
pendingin pada suhu 2 8°C agar tidak
rusak selama penyimpanan. Setelah itu
ukur kadar glukosanya dengan cara 10 µl
serum ditambah campuran pereaksi
Diasys sebanyak 1000 µl kemudian
divortek 1 menit agar campur sempurna,
setelah dibiarkan selama 20 menit pada
suhu kamar 25-28°C absorbansi dibaca
dengan spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang 500 nm dan dihitung
kadar glukosa darah (mg/dl).
Analisis Data
Data yang berupa kadar glukosa
darah dianalisis dengan LDDK
0-n
dengan
rumus trapesium untuk masing-masing
perlakuan yaitu:
Data-data tersebut kemudian di-
analisis secara statistik menggunakan
program SPSS 12 for windows. Diawali
dengan uji Kolmogorof Smirnov untuk
menentukan data tersebut terdistribusi
normal atau tidak. Kemudian dilanjutkan
dengan uji Levene untuk menentukan
varian homogen atau tidak dari data
tersebut. Jika data terdistribusi normal
dan varian homogen maka diuji dengan
Uji Efek Antihiperglikemik Ekstrak Etanol ..... (Faridah Baroroh, dkk)
47
t
1
-t
0
t
2
-t
1
t
n
-t
n-1
LDDK
0-n
=[ X(C
0
+C
1
)]+[
X(C
2
+C
1
)]+…..+[
X(C
n
+C
n-1
)]
22 2

Citations
More filters
Journal ArticleDOI

Aktivitas Antihiperglikemik dari Ekstrak Etanol dan Heksana Tumbuhan Suruhan (Peperomia pellucida [L.] Kunth) pada Tikus Wistar (Rattus norvegicus L.) yang Hiperglikemik

TL;DR: Kunth et al. as mentioned in this paper used glucose tolerance test method applied on 16 male wistar rats which were hyperglycemic by sucrose induction, and the results showed that at minute 120 the blood glucose level of EETS and EHTS was decreased by 54.57% and 51.25%, respectively, which were not significantly different from K(+).
Journal ArticleDOI

UJI EFEK ANTIDIABETES KOMBINASI EKSTRAK HERBA SAMBILOTO (Andrographis paniculata (Burm. F.) Nees.) DAN DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) PADA TIKUS JANTAN YANG DIINDUKSI ALOKSAN

TL;DR: Combination sambiloto herb and leaves the soursop more effective to reduce blood glucose levels than single as well as pre and post test randomized controlled group.
Journal ArticleDOI

The Possible Antidiabetic Effect of Ficus carica L. Tablet on lloxan-Induced Diabetes Model in Rats

TL;DR: Ethanol extract of fig leaf tablets had a significant effect on lowering rats’ blood glucose levels with statistically significant results compared to negative group.
Journal ArticleDOI

AKTIVITAS NEFROPROTEKTIF EKSTRAK ETANOL BUNGA TELANG (Clitoria ternatea L.) TERHADAP TIKUS YANG DIINDUKSI PARASETAMOL

TL;DR: Bunga Telang (Clitoria ternatea L.) memiliki efek nefroprotetor melalui penurunan kadar ureum pada tikus ying diinduksi oleh parasetamol.
Frequently Asked Questions (1)
Q1. What contributions have the authors mentioned in the paper "Antihiperglikemic effect ethanolic extract of kacapiring (gardenia augusta, merr) leaf at white rats male strain of wistar" ?

This research aim to know the antihiperglycemic effect ethanolic extract of kacapiring leaf on white rats male strain of Wistar and how much antihiperglycemic effect compared with glibenklamid. This study used oral glucose tolerance test method with loading glucose 4,5 g/kgW. The result of the study was performed by giving ethanolic extract of kacapiring leaf dose 500 mg/kgW and 250 mg/kgW had antihiperglycemic effect.