Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung menerangkan bahwa : Nama : Sinta kustiani NPM : 0346031069 Jurusan : Ilmu Komunikasi Judul Skripsi : Hubungan Keterbukaan Komunikasi Jemaah Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Dengan Penerimaan Masyarakat Terhadap Jemaah LDII (Studi Pada Masyarakat Dusun Trimulyo Kelurahan Banjaran Kecamatan Padangcermin Kabupaten Pesawaran) Tanggal Ujian : 2009

Departemen pendidikan nasional

Tanah tersusun oleh bahan padatan, air dan udara. Bahan padatan ini meliputi mineral berukuran pasir, debu, dan liat serta bahan organik. Bahan organik memegang peranan penting dalam menetukan kesuburan tanah, baik secara fisik, kimiawi, maupun biologis. Produktivitas perairan merupakan laju produksi karbon organik persatuan waktu yang merupakan hasil penangkapan energi matahari oleh tumbuhan hijau untuk diubah menjadi energi kimia melalui fotosintesis. Besarnya produktivitas perairan mengindikasikan besarnya ketersediaan bahan organik terlarut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji hubungan antara bahan organik dengan produktifitas perairan di  danau Rawa Pening. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel sedimen dan air. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Metode purposive sampling digunakan untuk pengambilan sampel dengan 3 stasiun dan 3 kali pengulangan. Data yang diukur meliputi bahan organik, produktivitas perairan, nisbah C/N, DO, kedalaman, kecerahan, suhu, pH tanah, dan pH air. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Keramba Jaring Apung memiliki kandungan bahan organik dan produktivitas perairan yang paling tinggi. Kandungan bahan organik pada setiap stasiun sangat tinggi yakni ≥ 55% serta nilai produktivitas perairan pada setiap titik yaitu ≥ 343 (mgC/m 2 /jam). Hasil uji regresi menunjukkan kandungan bahan organik berpengaruh terhadap tingginya produktivitas perairan, serta memiliki hubungan linier positif dan sangat erat.

/pdf/hubungan-bahan-organik-dengan-produktivitas-perairan-pada-1qkhu3xkgr.pdf

Hubungan bahan organik dengan produktivitas perairan pada kawasan tutupan eceng gondok, perairan terbuka dan keramba jaring apung di rawa pening kabupaten semarang jawa tengah

Penambahan arang dan abu sekam telah banyak diaplikasikan terhadap tanah pertanian maupun tanah pada lahan-lahan marginal. Arang dan abu sekam dapat memperbaiki sifat fisik tanah dan meningkatkan kesuburan tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penambahan arang dan abu sekam pada berbagai proporsi yang berbeda terhadap permeabilitas dan porositas tanah liat, serta pertumbuhan kacang hijau ( Vigna radiata L). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan arang dan abu sekam  dengan proporsi yang berbeda tidak dapat meningkatkan permeabilitas, porositas tanah liat, dan berat kering akar. Tetapi, penambahan arang dan abu sekam dengan proporsi yang berbeda dapat meningkatkan panjang akar lateral dan berat kering tajuk. Penambahan arang sekam pada proporsi penambahan 50%  menghasilkan akar lateral terpanjang, yaitu 67,01 cm. Penambahan arang dan abu sekam dapat meningkatkan berat kering tajuk. Berat kering tajuk tertinggi 1,26 gr dihasilkan oleh penambahan abu sekam. Penambahan arang dan abu sekam dengan proporsi yang berbeda tidak dapat memperbaiki sifat fisik tanah liat, tetapi dapat meningkatkan pertumbuhan kacang hijau, terutama panjang akar lateral dan berat karing tajuk. Kata kunci :  arang sekam, abu sekam, permeabilitas, porositas, pertumbuhan kacang hijau

/pdf/pengaruh-penambahan-arang-dan-abu-sekam-dengan-proporsi-yang-jmm3bj9cqi.pdf

Pengaruh Penambahan Arang dan Abu Sekam dengan Proporsi yang Berbeda terhadap Permeabilitas dan Porositas Tanah Liat serta Pertumbuhan Kacang Hijau (Vigna radiata L)

A new species, Hoya kachinensis, and a new subspecies, H. pandurata subsp. angustifolia, are described and nine new country records (H. edeni, H. fungii, H. griffithii, H. oreogena, H. pandurata, H. polyneura, H. rostellata, H. thomsonii and H. yingjiangensis) are enumerated. Hoya edeni is also newly recorded from China. Lectotypes are designated for H. acuminata, H. edeni, H. fungii, H. oreogena and H. thomsonii. Most of the species were collected during recent expeditions to Shan State and Kachin State, Myanmar. Hoya kachinensis is similar to H. griffithii in having large, glabrous oblanceolate leaves, but can be distinguished by the corolla shape, which is rotate in H. griffithii and salverform in H. kachinensis. Hoya pandurata subsp. angustifolia can be distinguished from H. pandurata subsp. pandurata by the shape of the lamina, which is lanceolate in the former, and pandurate in the latter.

A new species, a new subspecies, and new records of Hoya (Apocynaceae, Asclepiadoideae) from Myanmar and China

Indian Himalayan region (IHR) supports a wide diversity of plants and most of them are known for their medicinal value. Humankind has been using medicinal plants since the inception of civilization. Various types of bioactive compounds are found in plants, which are directly and indirectly beneficial for plants as well as humans. These bioactive compounds are highly useful and being used as a strong source of medicines, pharmaceuticals, agrochemicals, food additives, fragrances, and flavoring agents. Apart from this, several plant species contain some toxic compounds that affect the health of many forms of life as well as cause their death. These plants are known as poisonous plants, because of their toxicity to both humans and animals. Therefore, it is necessary to know in what quantity they should be taken so that it does not have a negative impact on health. Recent studies on poisonous plants have raised awareness among people who are at risk of plant toxicity in different parts of the world. The main aim of this review article is to explore the current knowledge about the poisonous plants of the Indian Himalayas along with the importance of these poisonous plants to treat different ailments. The findings of the present review will be helpful to different pharmaceutical industries, the scientific community and researchers around the world.

/pdf/poisonous-plants-of-the-indian-himalaya-an-overview-251h7hq9.pdf

Poisonous Plants of the Indian Himalaya: An Overview

Pengelolaan kesuburan tanah

Genetic diversity and future prospects in Withania somnifera (L.) Dunal: an assessment based on quantitative traits in different accessions of Ashwagandha

The paper highlights the complex nature of Delphinium viscosum Hook. f. & Thoms. in the Himalaya and enumerates two subspecies and two varieties. Critical appraisal of the morphological and distributional data revealed that subsp. viscosum and subsp. gigantobracteum having two varieties var. gigantobracteum and chrysotrichum are distinct. Delphinium viscosum complex is solved out and two subspecies and two varieties with clear cut distinct macro and micro-morphological characters have been identified. The taxonomic status of different taxa of this complex species has been established. Delphinium viscosum, a taxonomic complex species is described and illustrated.

Revisiting the Delphinium viscosum Hook. f. & Thoms. (Ranunculaceae) complex in the Himalaya

In the present study, four Aconitum taxa, namely, A. hookeri, A. heterophylloides var. leucanthum, A. nagarum and A. spicatum are lectotypified.

Notes on the typification of four Himalayan aconites

During our ongoing revisionary studies of the genus Gentiana in India, we found that no lectotypes for the names G. elwesii C.B. Clarke, G. gilvostriata C. Marquand and G. listeri Burkill have been designated, which are here proposed.

Danish Husain

Papers

Pengelolaan kesuburan tanah

Genetic diversity and future prospects in Withania somnifera (L.) Dunal: an assessment based on quantitative traits in different accessions of Ashwagandha

Revisiting the Delphinium viscosum Hook. f. & Thoms. (Ranunculaceae) complex in the Himalaya

Notes on the typification of four Himalayan aconites

Lectotypification of the names of three species of Gentiana (Gentianaceae) occurring in India