scispace - formally typeset
Journal ArticleDOI

Diversity of palms (Palmae) in Gunung Lumut, Central Kalimantan

Joko Ridho Witono
- 01 Jan 2005 - 
- Vol. 6, Iss: 1, pp 22-30
Reads0
Chats0
TLDR
Based on the survey on palms taxa, Gunung Lumut has 33 species of palms in 11 genera as mentioned in this paper, including Calamus 8 species, Daemonorops 7 species, Plectocomia 1 species, Korthalsia 6 species, Ceratolobus 2 species, Eugeissona 1 species and Oncosperma 1 species.
Abstract
Kalimantan is one of biodiversity centers in Indonesia, especially for commercial timbers such as dipterocars and commercial non timbers, such as orchids, ferns, and palms. One of the biodiversity centers in Kalimantan is Gunung Lumut. Gunung Lumut is located in Barito Utara Regency, Central Kalimantan. The area is proposed as conservation area (world natural heritage) by local government, because its biodiversity richness and also water reserve. Biodiversity surveys on plants and animals have been done by Indonesian Institute of Sciences staff cooperation with the Local government since 2002 to get some data for that purposed. Based on the survey on palms taxa, Gunung Lumut has 33 species of palms in 11 genera. There are Calamus 8 species, Daemonorops 7 species, Plectocomia 1 species, Korthalsia 6 species, Ceratolobus 2 species, Eugeissona 1 species, Oncosperma 1 species, Pinanga 4 species, Iguanura 1 species, Arenga 1 species, and Licuala 1 species.@ 2005 Jurusan Biologi FMIPA UNS SurakartaKey words: palms, Gunung Lumut, Kalimantan, world natural heritage.

read more

Content maybe subject to copyright    Report

B I O D I V E R S I T A S ISSN: 1412-033X
Volume 6, Nomor 1 Januari 2005
Halaman: 22-30
Alamat korespondensi:
Laboratory of Plant Chromosome and Gene Stock, Graduate School
of Science, Hiroshima University, 1-4-3 Kagamiyama, Higashi-
Hiroshima City, Japan, 739-8526. e-mail: witono@hiroshima-u.ac.jp;
PKT Kebun Raya Bogor, Jl.Ir. H.Juanda 13, Bogor 16122. Tel. +62-
251-352519. Fax.: +62-251-322187. e-mail: jrwitono@yahoo.com
Keanekaragaman Palem (Palmae) di Gunung Lumut,
Kalimantan Tengah
Diversity of palms (Palmae) in Gunung Lumut, Central Kalimantan
JOKO RIDHO WITONO
1,2,
1
Pusat Konservasi Tumbuhan-Kebun Raya Bogor, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bogor 16122.
2
Laboratory of Plant Chromosome and Gene Stock, Graduate School of Science, Hiroshima University, 1-4-3 Kagamiyama, Higashi-
Hiroshima City, Japan, 739-8526
Received: 30 November 2004. Accepted: 26 Desember 2004.
ABSTRACT
Kalimantan is one of biodiversity centers in Indonesia, especially for commercial timbers such as dipterocars and commercial non timbers,
such as orchids, ferns, and palms. One of the biodiversity centers in Kalimantan is Gunung Lumut. Gunung Lumut is located in Barito Utara
Regency, Central Kalimantan. The area is proposed as conservation area (world natural heritage) by local government, because its
biodiversity richness and also water reserve. Biodiversity surveys on plants and animals have been done by Indonesian Institute of
Sciences staff cooperation with the Local government since 2002 to get some data for that purposed. Based on the survey on palms taxa,
Gunung Lumut has 33 species of palms in 11 genera. There are Calamus 8 species, Daemonorops 7 species, Plectocomia 1 species,
Korthalsia 6 species, Ceratolobus 2 species, Eugeissona 1 species, Oncosperma 1 species, Pinanga 4 species, Iguanura 1 species,
Arenga 1 species, and Licuala 1 species.
2005 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta
Key words: palms, Gunung Lumut, Kalimantan, world natural heritage.
PENDAHULUAN
Kalimantan yang mencakup sekitar 73% (539.460 km
2
)
dari Borneo, merupakan salah satu pulau yang memiliki
keanekaragaman jenis tumbuhan dan hewan yang tinggi. Di
Kalimantan diperkirakan terdapat 10.000-15.000 jenis
tumbuhan berbunga, 3.000 jenis merupakan jenis pohon
(267 jenis merupakan jenis endemik), 146 jenis rotan, 2.000
jenis anggrek, dan 1.000 jenis paku-pakuan (Dransfield,
1992; MacKinnon et al., 1996). Keanekaragaman tumbuhan
yang demikian besar terancam oleh adanya aktivitas
manusia yang memanfaatkan sumberdaya alam tersebut
secara tidak berkelanjutan. Pada tahun 1968, diperkirakan
luas hutan Kalimantan 77% dari luas daratan. Tahun 1984
menurun menjadi 73% dari luas daratan, dan pada tahun
1990 luas hutan berkurang lagi menjadi 63%. Penurunan
area hutan terutama disebabkan karena adanya eksploitasi
kayu dan konversi lahan menjadi daerah perkebunan,
pertanian, dan pemukiman. Selain itu, luasan hutan makin
berkurang secara drastis dengan seringnya kebakaran
hutan yang terjadi di Kalimantan. Berkurangnya kawasan
hutan di Kalimantan, akan diikuti dengan berkurangnya
populasi maupun keanekaragaman jenis tumbuhan.
Menurut teori species-area relationships, jika 50% dari areal
hutan rusak, sekitar 10% jenis tumbuhan yang hidup di area
tersebut akan punah. Jika 90% habitat rusak, area akan
kehilangan 50% jenis dan jika 99% habitat hilang, maka
75% jenis akan hilang (Primarck et al., 1998).
Salah satu area hutan di Kalimantan yang memiliki
keanekaragaman tumbuhan yang tinggi adalah Gunung
Lumut. Hutan di Gunung Lumut mencakup area seluas
kurang lebih 30.000 ha, yang mencakup dua Propinsi yaitu
Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Menurut
MacKinnon et al. (1996), Gunung Lumut telah diusulkan
sebagai area konservasi. Hal ini ditindaklanjuti dengan
upaya Pemerintah Kabupaten Barito Utara yang ingin
menjadikan kawasan tersebut sebagai World Natural
Heritage. Pada saat dilaksanakannya ekspedisi, Gunung
Lumut berstatus hutan lindung yang pengelolaannya
dilakukan oleh Dinas Kehutanan. Gunung Lumut
merupakan kawasan lindung yang terletak pada
pegunungan bawah mulai dari ketinggian 615-840 m dpl.
Kondisi topografi umumnya berbukit dengan kemiringan
rata-rata sekitar 40-50%, jenis tanah umumnya latosol
dengan seresah yang tebal terutama di daerah cekungan
atau pertemuan dua bukit. Vegetasi didominasi oleh jenis-
jenis tumbuhan terutama dari suku Dipterocarpaceae,
Myrtaceae, Euphorbiaceae, dan Arecaceae (Palmae).
Palem merupakan kelompok tumbuhan yang menarik,
dari aspek keanekaragaman jenis. Palem pada umumnya
berupa pohon atau semak, bervariasi dalam ukuran mulai
dari 25 cm sampai 60 m, bervariasi pula bentuk daun, akar,
perbungaan, buah, maupun biji. Tumbuh tunggal atau
berumpun, bercabang atau tidak, pleonantik atau
hapaksantik. Dari sekitar 576 jenis (46 marga) palem yang
ada di Indonesia, 216 jenis (29 marga) di antaranya
merupakan jenis-jenis endemik (Mogea dan Witono, 1999).
Di Kalimantan diperkirakan terdapat 200 jenis (27 marga),
16 jenis di antaranya (7 marga) merupakan endemik.
'2,ELRGLYG

WITONO Palmae di Gunung Lumut Kalimantan Tengah
23
Jenis-jenis palem di dalam kawasan Gunung Lumut
belum pernah dilaporkan sampai saat ini. Dalam ekspedisi
gabungan yang dilakukan oleh peneliti LIPI, staf Dinas
Kehutanan, staf Bapedalda Kabupaten Barito Utara,
pemuka adat, dan masyarakat lokal pada tanggal 15
September s.d. 10 Oktober 2003 diperoleh informasi
tentang keanekaragaman tumbuhan, khususnya palem di
kawasan ini.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilakukan dengan metode random sampling
sepanjang jalur ekspedisi dan penelitian menuju puncak
Gunung Lumut, yang tercakup dalam kawasan Hutan
Lindung Gunung Lumut dan area HPH PT. Indexim Utama
Corp (IUC.), Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Selatan.
Setiap jenis palem yang belum diketahui nama jenisnya
dibuat herbarium untuk identifikasi lebih lanjut. Beberapa
jenis yang materialnya lengkap, dibuat koleksi untuk
disimpan di Herbarium Bogoriense dan dikirimkan ke
herbarium lain di luar negeri, yaitu: Kew Herbarium, Inggris
dan Fairchild Tropical Garden (FTG) Herbarium, Miami,
Florida, Amerika Serikat. Beberapa material yang
menghasilkan buah yang masak, dikoleksi untuk ditanam di
Kebun Raya Bogor. Pelaksanaan koleksi, pencatatan
karakter morfologi, dan pelabelan dilakukan di lapangan.
Pengepresan dan pemberian spiritus dilakukan di
basecamp, yaitu: Camp Mandala, Camp Sungai Merah, dan
Camp Petak 14 K. Ketiga basecamp tersebut berada di
dalam kawasan HPH PT. Indexim Utama Corp. (IUC).
Proses selanjutnya yang meliputi, penggantian kertas
koran, pengepresan, pengeringan, dan identifikasi
dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bogor.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan inventarisasi yang dilakukan di Hutan
Lindung Gunung Lumut dan kawasan hutan di HPH PT.
Indexim Utama Corp (IUC) (HPH yang berbatasan dengan
Gunung Lumut), Barito Utara terdapat 33 jenis palem, yang
termasuk dalam 11 marga (Tabel 1.). Pertelaan,
persebaran, dan beberapa catatan lain akan dijelaskan
pada bagian di bawah ini:
Calamus
Calamus javensis Bl. (Uway soke)-JW 290
Blume dalam Rumphia 3: 63 (1847); Beccari dalam Ann.
Roy. Bot. Gard. Calcutta 11: 185 (1908); Dransfield dalam
Man. Ratt. Malay Pen. 198 (1979), Ratt. Sabah 136 (1984),
dan Ratt. Sar. 153 (1992).
Calamus filiformis Becc., dalam Ann. Roy. Bot. Gard.
Calcutta 11: 186 (1908).
Calamus javensis var. acicularis Becc. dalam Ann. Roy.
Bot. Gard. Calcutta 11: 185 (1908).
Pertelaan: berumpun, tinggi sampai 15 m, diameter
batang sampai 0,5 cm (tanpa pelepah sampai 0,3 cm).
Panjang ruas sampai 25 cm. Panjang daun sampai 50 cm;
pelepah daun hijau muda, ketika muda berwarna hijau
kemerahan, berduri segitiga pipih, duri hijau kekuningan,
panjang duri 0,3-0,5 cm. Tidak bertangkai daun atau sangat
pendek, terdiri atas 5 helaian daun di tiap sisi tulang daun,
berbentuk bulat memanjang, tipis, agak keriput, helaian
daun paling pangkal biasanya memeluk batang. Panjang
flagellum/cemeti sampai 75 cm. Steril.
Persebaran: Thailand bagian selatan, Semenanjung
Malaya, Singapura, Sumatera, Jawa, Kalimantan, sampai
Palawan. Di Gunung Lumut ditemukan pada hutan
Dipterocarpaceae terutama pada ketinggian 800 m dpl
dalam populasi yang kecil.
Catatan: Di Gunung Lumut, C. javensis mirip dengan C.
flabellatus namun jenis tersebut daunnya lebih kusam dan
jika telah kering berwarna hitam. Di Sulawesi juga terdapat
jenis yang mirip dengan C. javensis, yaitu C. minahassae,
namun jenis ini memiliki daun yang kaku seperti kertas.
Calamus blumei Becc. (Rotan seel brakung)-JW 291
Beccari dalam Ann. Roy. Bot. Gard. Calcutta 11: 340
(1908) dan Appendix 63 (1913); Dransfield dalam Man.
Ratt. Malay. Pen. 192 (1979), Ratt. Sabah 134 (1984), &
Ratt. Sar. 149 (1992).
Pertelaan: berumpun, tinggi sampai 10 m, Diameter
batang sampai 2 cm (tanpa pelepah 1-1,2 cm), panjang
ruas sampai 25 cm. Pelepah hijau pucat, kadang-kadang
ditutupi oleh bintik-bintik berwarna kuning-keabu-abuan,
duri jarang, panjang sampai 3 mm. Lutut tampak jelas.
Selaput bumbung sampai 2 cm, warna coklat tua. Flagellum
sampai 160 cm. Panjang daun sampai 70 cm, tangkai daun
sampai 30 cm; helaian daun 6 di tiap sisi di sepanjang
tulang daun, bentuk belah ketupat, tangkai pendek, ukuran
sampai 20x7,5 cm.
Persebaran: Sumatera, Semenanjung Malaysia, sampai
Borneo. Di Gunung Lumut terdapat mulai hutan
Dipterocarpaceae dataran rendah sampai pegunungan
dengan ketinggian 800 m dpl.
Catatan: Semua individu yang ditemukan di lokasi
berada dalam keadaan steril (tidak menghasilkan bunga
dan buah) dan anakan sulit ditemukan. Berdasarkan bentuk
Tabel 1. Jenis-jenis tumbuhan palem di Gunung Lumut.
1.
Calamus javensis Bl. (JW 290)
2.
Calamus blumei Becc. (JW 291)
3.
Calamus paspalanthus Becc. (JW 292)
4.
Calamus flabelloides Becc. (JW 294)
5.
Calamus laevigatus Mart. var. Laevigatus (JW 296)
6.
Calamus ornatus Bl.
7.
Calamus scipionum Lour.
8.
Calamus sp. (JW 309)
9.
Daemonorops korthalsii Bl. (JW 286)
10.
Daemonorops fissa Bl. (JW 306)
11.
Daemonorops cristata Becc. (JW 315)
12.
Daemonorops sabut Becc. (JW 293)
13.
Daemonorops didymophylla Becc. (JW 287)
14.
Daemonorops sp. (JW 289)
15.
Daemonorps sp. (JW 305)
16.
Plectocomia mulleri Bl. (JW 288)
17.
Korthalsia echinometra Becc. (JW 310)
18.
Korthalsia rostrata Bl.
19.
Korthalsia rigida Bl. (JW 299)
20.
Korthalsia robusta Bl.
21.
Korthalsia flagellaris Miq. (JW 308)
22.
Korthalsia hispida Becc. (JW 304)
23.
Ceratolobus discolor Becc. (JW 301)
24.
Ceratolobus subangulatus (Miq.)
25.
Eugeissona utilis Becc.
26.
Oncosperma horridum (Griff.) Scheff.
27.
Pinanga mooreana J. Dransf. (JW 298)
28.
Pinanga aristata (Burret) J. Dransf. (JW 300)
29.
Pinanga patula Bl.
30.
Pinanga sp. (JW 303)
31.
Iguanura macrostachya Becc. (JW 307)
32.
Arenga distincta Mogea (JW 314)
33.
Licuala bidentata Becc. (JW 297)

BI O DI V E R S I T AS Vol. 6, No. 1, Januari 2005, hal. 22-30
24
helaian daun, C. blumei mirip C. rhomboideus Bl. yang
terdapat di Jawa dan Sumatera. Beberapa jenis yang
daunnya berbentuk belah ketupat di Borneo, seperi C.
tomentosus, C. rhomboideus, C. slootenii, dan C.
penibukanensis dimasukkan ke dalam C. blumei, karena
tidak terdapat perbedaan karakter morfologi yang signifikan
(Dransfield, 1984).
Calamus paspalanthus Becc.-JW 292
Beccari dalam Ann. Roy. Bot. Gard. Calcutta 11: 295
(1908); Dransfield dalam Man. Ratt. Malay Pen. 157 (1979),
Ratt. Sabah 130 (1984), dan Ratt. Sar. 146 (1992),
Pertelaan: berumpun, tinggi sampai 10 m, biasanya
tumbuh merayap di atas tanah dan menghasilkan akar
pada ruas yang bersentuhan dengan tanah. Diamater
batang sampai 3 cm (tanpa pelepah sampai 1,25 cm).
Panjang ruas sampai 15 cm. Pelepah hijau kecoklatan,
berduri rapat, tegak, panjang duri sampai 5 cm. Lutut
tampak jelas, menggembung. Selaput bumbung
berkembang baik, bergaris, mudah pecah, dan berbentuk
seperti kertas. Flagellum sampai 400 cm. Panjang daun
sampai 180 cm, panjang tangkai sampai 20 cm, tulang
daun tertutup oleh rambut-rambut halus yang berwarna
kecoklatan, helaian daun 60 di tiap sisi tulang daun,
tersusun teratur dan rapat, berbentuk linear, berduri kecil di
bagian permukaan bawah. Perbuahan panjang, sampai 400
cm. Diameter buah sampai 1,6 cm, berwarna coklat
kemerahan.
Persebaran: Borneo dan Semenanjung Malaya. Di
Gunung Lumut ditemukan pada ketinggian sekitar 700 m
dpl, sedangkan di areal HPH PT. IUC pada ketinggian 225
m dpl. Jenis ini pada dua daerah tersebut sedikit berbeda
secara morfologi, di ketinggian 225 m secara umum
berukuran lebih besar.
Catatan: C. paspalanthus memiliki ciri yang spesifik
terutama bentuk dan panjang duri di pelepah yang
berdekatan dengan tangkai daun.
Calamus flabelloides Furtado (Uway peles)-JW 294.
Dransfield dalam Man. Ratt. Malay Pen. 195 (1979) dan
Ratt. Sabah 145 (1984).
Pertelaan: berumpun, tinggi sampai 15 m, Diameter
batang sampai 0,8 cm (tanpa pelepah sampai 0,4 cm),
panjang ruas sampai 40 cm. Pelepah daun hijau tua, duri
berbentuk segitiga sampai 1,5 cm. Lutut tampak jelas, sela-
put bumbung tidak berkembang. Panjang flagellum sampai
90 cm. Panjang daun sampai 30 cm, tidak bertangkai daun
atau sangat pendek; helaian daun 3-4 di tiap sisi tulang
daun, bagian pangkal memeluk batang, bagian ujung
bergabung sepanjang 1/3 sampai 2/3 bagian. Steril.
Persebaran: Semenanjung Malaya, Sumatera, dan
Borneo. Jenis ini terdapat di hutan Dipterocarpaceae pada
area HPH PT. IUC dataran rendah, terutama pada
ketinggian sekitar 225 m dpl.
Catatan: Pada fase juvenil, seringkali C. flabelloides
hanya memiliki sepasang daun, setelah flagellum terbentuk
dan mulai memanjat, diikuti perubahan bentuk daun.
Calamus laevigatus Mart. var. laevigatus-JW 296.
Martius dalam Hist. Nat. Palm. 3: 339 (1853); Man. Ratt.
Malay Pen. 138 (1979), Ratt. Sabah 102 (1984), dan Ratt.
Sar. 103 (1992).
Calamus retrophyllus Becc. dalam Ann. Roy. Bot. Gard.
Calcutta 11 (Suppl.): 123 (1913).
Pertelaan: tunggal, memanjat, tinggi sampai 10 m,
diamater batang sampai 1 cm (tanpa pelepah sampai 0,4
cm), panjang ruas sampai 15 cm. Pelepah daun hijau
pucat, berduri segitiga, kadang-kadang tidak berduri. Lutut
tampak jelas. Selaput bumbung jarang berkembang.
Panjang daun sampai 110 cm, tidak bertangkai daun, daun
paling pangkal memeluk batang, panjang cirus sampai 50
cm, helaian daun 20 di tiap sisi tulang daun, tersusun tidak
teratur, berbentuk linier sampai bulat memanjang, di bagian
pangkal terdapat 8 helaian daun di tiap sisi, berpasangan
dan tersusun rapat, di bagian atas biasanya berkelompok
dalam 2-4. Steril.
Persebaran: Borneo, Semenanjung Malaya, dan
Sumatera. Jenis ini terdapat di hutan Dipterocarpaceae
pada area HPH PT. IUC di ketinggian sekitar 225 m dpl.
Calamus ornatus Bl.
Blume dalam Rumphia 3: 58 (1847); Beccari dalam Ann.
Roy. Bot. Gard. Calcutta 11: 368 (1908); Dransfield dalam
Man. Ratt. Malay Pen. 201 (1979), Ratt. Sabah 150 (1984),
dan Ratt. Sar. 163 (1992).
Pertelaan: berumpun, tinggi sampai 30 m, diameter
batang sampai 7 cm (tanpa pelepah sampai 4 cm), panjang
ruas sampai 25 cm. Pelepah daun hijau tua, berduri
segitiga, ukuran sampai 3x1 cm, berwarna hijau
kekuningan, bagian pangkal berwarna hitam. Lutut terlihat
jelas, selaput bumbung pendek. Panjang flagellum sampai
15 m, hijau tua, berduri pendek warna hitam. Panjang daun
sampai 4 m, panjang tangkai sampai 75 cm, jumlah helaian
daun 20-30 di tiap sisi tulang daun, warna hijau pucat,
tersusun teratur, bentuk bulat memanjang. Steril.
Persebaran: Borneo, Jawa, Sumatera, Semenanjung
Malaya, Thailand bagian selatan, Philippina, dan Sulawesi.
Jenis ini terdapat di di area HPH PT. IUC terutama di hutan
Dipterocarpaceae campuran sampai ketinggian 500 m dpl.
Catatan: Secara morfologi memiliki kemiripan dengan C.
scipionum.
Calamus scipionum Lour. (Rotan semambu)
Beccari dalam Ann. Roy. Bot. Gard. Calcutta 11: 317
(1908); Dransfield dalam Man. Ratt. Malay Pen. 203 (1979),
Ratt. Sabah 150 (1984), dan Ratt. Sar. 166 (1992).
Pertelaan: berumpun, memanjat, tinggi sampai 30 m.
Diameter batang sampai 3 cm (tanpa pelepah sampai 2
cm). Pelepah daun hijau tua, berduri segitiga, tersusun
jarang, berbentuk segitiga, berwarna hijau kekuningan,
bagian pangkal berwarna hitam, panjang sampai 5 cm.
Ruas panjang, biasanya sampai 50 cm. Lutut terlihat jelas,
selaput bumbung biasanya pendek. Panjang flagellum
sampai 7 m, berduri hitam. Panjang daun sampai 2 m,
panjang tangkai sampai 30 cm, helaian daun 25 di tiap sisi
tulang daun, tersusun teratur, bentuk linier sampai bulat
memanjang, bagian ujung berduri tipis. Steril.
Persebaran: Borneo, Sumatera, Semenanjung Malaya,
Thailand bagian selatan, dan Palawan. Jenis ini terdapat di
area HPH PT. IUC pada hutan Dipterocarpaceae dataran
rendah yang telah terganggu pada ketinggian sekitar 225 m
dpl.
Catatan: Jenis ini termasuk rotan berbatang besar,
selain C. ornatus. Pada fase juvenil, C. scipionum sulit
dibedakan dengan C. ornatus.
Calamus sp.-JW 309
Pertelaan: berumpun, memanjat, tinggi sampai 10 m.
Diameter batang sampai 1 cm (tanpa pelepah sampai 0,5
cm). Ruas panjang sampai 40 cm, pelepah berwarna hijau
pucat, berduri segitiga, tersusun jarang dan tidak teratur,
panjang sampai 1 cm. Lutut tampak jelas, selaput bumbung
berkembang baik, berbentuk serabut. Panjang sampai 175
cm, panjang tangkai sampai 15 cm, cirus sampai 90 cm.

WITONO Palmae di Gunung Lumut Kalimantan Tengah
25
Helaian daun 8-9 di tiap sisi tulang daun, bentuk bulat
memanjang, tersusun tidak teratur. Steril.
Persebaran: Di Gunung Lumut, terutama ditemukan di
hutan Dipterocarpaceae campuran pada lereng bukit yang
berdekatan dengan aliran sungai kecil. Populasi jenis ini
bersifat lokal, populasi terbanyak pada ketinggian sekitar
700 m dpl.
Catatan: Identifikasi sampai pada tingkat jenis sulit
dilakukan karena dalam keadaan steril. Berdasarkan
publikasi rotan di Borneo, jenis ini tidak memiliki kemiripan
morfologi dengan jenis lain yang telah diterbitkan.
Daemonorops
Daemonorops korthalsii Bl.
(Rotan semele)-JW 286
Blume dalam Rumphia 3: 23 (1847); Beccari dalam Ann.
Roy. Bot. Gard. Calcutta 12 (1): 148 (1911); Dransfield
dalam Ratt. Sabah 63 (1984).
Pertelaan: berumpun, tinggi sampai 4 m. Diameter
batang sampai 3 cm (tanpa pelepah 1,5 cm). Panjang ruas
sampai 15 cm. Pelepah daun hijau tua, berduri hitam
sampai 3 cm, kadang-kadang terdapat bercak berwarna
coklat pada pelepah yang masih muda, duri di sekitar mulut
pelepah tegak dan lebih besar dibandingkan dengan bagian
yang lain. Lutut tampak jelas, selaput bumbung tidak
berkembang. Panjang daun sampai 270 cm, panjang
tangkai sampai 50 cm, cirus sampai 100 cm. Tangkai daun
berduri panjang, duri terbatas pada permukaan atas dan
kadang-kadang dalam barisan di bagian tepi. Susunan
helaian daun menyirip, terdiri atas 45 helaian daun di tiap
sisi tulang daun, tersusun teratur, ukuran sampai 35x1,5
cm. Perbungaan menjanggut, panjang sampai 40 cm,
seludang primer segera luruh pada saat antesis, duri
tersusun dalam kelompok, rakila bunga betina sampai 6
cm, seludang berukuran kecil; rakila bunga jantan pendek,
panjang sampai 3 cm. Buah masak bulat telur, ukuran
1,5x1 cm, warna coklat muda. Biji ovoid, datar/rata pada
dua sisi, endosperm memamah.
Persebaran: Borneo (endemik). Di Gunung Lumut
terdapat di hutan Dipterocarpaceae sampai ketinggian 700
m dpl.
Catatan: D. korthalsii termasuk anggota Daemonorops
hystrix kompleks. Secara morfologi, jenis ini terpisah karena
adanya duri yang tumbuh terbatas pada bagian pelepah
dan beberapa duri di sekitar mulut pelepah daun.
Daemonorops fissa Bl. (Rotan kijang, Siit telaus)-JW 306.
Blume dalam Rumphia 3: 17 (1849); Beccari dalam Ann.
Roy. Bot. Gard. Calcutta 12 (1): 65 (1911); Dransfield
dalam Ratt. Sabah 51 (1984) dan Ratt. Sar. 43 (1992).
Pertelaan: berumpun, memanjat, tinggi sampai 8 m.
Diamater batang sampai 2,5 cm (tanpa pelepah sampai
1,25 cm), panjang ruas sampai 15 cm; bergetah putih.
Pelepah daun hijau kecoklatan, duri hitam, panjang 1-2 cm,
terpisah-pisah atau dalam kelompok, sebagian tersusun
horizontal atau membulat; banyak terdapat bercak-
bercak/bulu-bulu berwarna coklat. Lutut berkembang baik,
berduri seperti pada pelepah. Selaput bumbung tidak
berkembang. Panjang daun sampai 270 cm, panjang
tangkai sampai 40 cm dan cirus sampai 1 m; tangkai daun
biasanya berduri dalam kelompok, duri segitiga pendek di
sepanjang bagian tepi; helaian daun sampai 60 tiap sisi
tulang daun, tersusun rapat, teratur, linear, ukuran sampai
40x1,5 cm, berduri halus di sepanjang tepi daun sampai 5
nervi pada permukaan atas maupun bawah. Perbungaan
jantan dan betina sama, tegak pada saat antesis, panjang
sampai 50 cm, bagian dalam tertutup rapat oleh seludang
perbungaan, biasanya tetap menempel sampai buah
masak, bagian luar biasanya berduri rapat, duri sama
seperti pada pelepah, banyak terdapat bercak-bercak
berwarna coklat. Buah masak berukuran sampai 2 cm, biji
berdiamater sampai 1,3 cm, endosperm memamah.
Persebaran: Borneo (endemik). Di Gunung Lumut
terdapat di punggung bukit hutan Dipterocarpaceae
campuran pada ketinggian 900 m dpl.
Catatan: Jenis ini berkerabat dekat dengan D.
melanochaetes dan D. angustifolia. Jenis ini oleh Furtado
(1953) dimasukkkan dalam kelompok cymbospatha, bagian
dalam perbungaan tetap tertutup oleh seludang
perbungaan meskipun buah telah masak.
Daemonorops cristata Becc.-JW 315
Beccari dalam Ann. Roy. Bot. Gard. Calcutta 12 (1): 190
(1911).
Pertelaan: berumpun, batang pendek, tinggi sampai 2
m. Diameter batang sampai 3 cm (tanpa pelepah sampai
1,5 cm). Panjang ruas sampai 10 cm, Pelepah daun hijau,
berduri tajam, warna coklat sampai hitam, panjang sampai
2 cm. Lutut tidak tampak jelas. Panjang daun sampai 320
cm, panjang tangkai sampai 80 cm, cirus sampai 90 cm.
Tangkai daun berduri panjang, tersusun rapat, berbentuk
segitiga, tajam. Helaian daun sampai 40 di tiap sisi tulang
daun, tersusun teratur. Perbuahan tegak, seludang tipis,
tidak berduri. Buah muda bulat, berwarna hijau, biji bulat,
diameter sampai 1 cm.
Persebaran: Borneo (endemik). D. cristata ditemukan di
areal HPH PT. IUC pada ketinggian sekitar 200 m dpl.
dalam populasi yang kecil dan bersifat lokal.
Catatan: Jenis ini lututnya tidak tampak jelas dan
berduri rapat dan panjang baik pada pelepah maupun
tangkai daun.
Daemonorops sabut Becc. (Rotan duru)-JW 293
Beccari dalam Ann. Roy. Bot. Gard. Calcutta 12 (1):
1811 (1911); Dransfield dalam Man. Ratt. Malay Pen. 109
(1979), Ratt. Sabah 59 (1984), dan Ratt. Sar. 69 (1992).
D. annulata Becc. dalam Ann. Roy. Bot. Gard. Calcutta
12 (1): 174 (1911).
D. pseudomirabilis Becc. dalam Ann. Roy. Bot. Gard.
Calcutta 12 (1): 179 (1911).
D. turbinate Becc. dalam Ann. Roy. Bot. Gard. Calcutta
12 (1): 225 (1911).
Pertelaan: berumpun, tinggi sampai 15 m, diameter
batang sampai 3 cm (tanpa pelepah sampai 1,5 cm),
panjang ruas sampai 15 cm. Pelepah hijau kekuningan, duri
tersusun melingkar, luruh jika telah tua/kering, warna hitam
kecoklatan, panjang 1-6 cm; lutut berkembang. Panjang
daun sampai 250 cm, panjang tangkai sampai 40 cm, cirus
sampai 100 cm; tangkai daun bagian bawah berduri hitam,
tersusun terpisah atau dalam kelompok, terdiri atas 20
helaian daun di tiap sisi tulang daun, tersusun dalam
kelompok 3-6 helaian. Perbungaan jantan berwarna kuning,
menggantung.
Persebaran: Borneo dan Semenanjung Malaya. Jenis ini
terdapat di areal HPH PT. IUC pada hutan Dipterocarp-
aceae campuran pada ketinggian sekitar 300 m dpl.
Catatan: Secara morfologi, D. sabut hampir sama
dengan D. formicaria. Kedua jenis ini dibedakan berdasar-
kan bentuk dan susunan helaian daun. Pada D. formicaria,
bentuk helaian daun linear dan tersusun teratur, sedangkan
D. sabut berbentuk bulat memanjang dan tersusun dalam
kelompok.
Daemonorops didymophylla Becc. (Rotan jernang,
Uway jeranang)-JW 287

BI O DI V E R S I T AS Vol. 6, No. 1, Januari 2005, hal. 22-30
26
Beccari dalam Ann. Roy. Bot. Gard. Calcutta 12 (1): 123
(1911); Dransfield dalam Man. Ratt. Mal. Pen. 90 (1979),
Ratt. Sabah 53 (1984) dan Ratt. Sar. 43 (1992).
Pertelaan: berumpun, tinggi sampai 15 m, diameter
batang sampai 2,5 cm (tanpa pelepah sampai 1,25 cm),
panjang ruas sampai 30 cm. Pelepah daun hijau tua,
berduri mengelompok, kadang-kadang merata, duri
berwarna abu-abu sampai hitam, panjang antara 0,4-2,5
cm, bagian pangkal kuning. Lutut tampak jelas. Panjang
daun sampai 270 cm, tangkai daun sampai 35 cm, dan
cirus sampai 100 cm. Tangkai daun biasanya membulat
pada bagian pangkal, berduri pendek berwarna kekuningan
pada permukaan bawah. Helaian daun sampai 20 di tiap
sisi tulang daun, tersusun menyilang berhadapan, kadang-
kadang teratur, ukuran sampai 35x3,5 cm, kadangkala
sampai 40x2 cm, berambut di sepanjang tepinya.
Perbungaan pendek sampai 20 cm, perbungaan jantan dan
betina biasanya sama, pada percabangan pertama segera
luruh pada saat antesis. Tangkai perbungaan dan cabang
pertama berduri dengan sebagian membentuk kelompok,
duri sampai 0,5 cm, rakila dan bunga tertutup oleh bulu-
bulu halus yang berwarna merah kecoklatan. Buah ovoid,
ukuran sampai 2,5x2 cm. Biji ovoid, beberapa bagian
datar/rata, endosperm memamah.
Persebaran: Borneo, Sumatera, Semenanjung Malaya,
dan Thailand bagian selatan. Di Gunung Lumut, terdapat di
punggung bukit pada hutan Dipterocarpaceae campuran
pada ketinggian sampai 900 m dpl.
Catatan: D. didymophylla mudah diidentifikasi dari
ketidakteraturan susunan helaian daun, bentuk tangkai
daun yang membulat merupakan karakter yang konsisten.
Daemonorops sp. (Rotan kehes)-JW 289
Pertelaan: berumpun, tinggi sampai 10 m, batang
bergaris berwarna kecoklatan. Diameter batang sampai 1
cm (tanpa pelepah sampai 0,5 cm), panjang ruas sampai
10 cm, warna hijau, berduri jarang, berbentuk segitiga,
pendek, berwarna hijau kehitaman. Panjang daun sampai
80 cm, panjang tangkai sampai 2 cm, panjang cirus sampai
45 cm. Terdiri atas 13 helaian daun di tiap sisi tulang daun,
helaian daun berbentuk bulat memanjang sampai bulat
telur, susunan daun teratur, perbuahan pendek, seludang
tidak luruh meskipun buah telah tua, warna buah jingga
kecoklatan, diamater 1 cm, diameter biji 0,8 cm, endosperm
memamah.
Persebaran: Di Gunung Lumut terdapat di punggung
bukit yang menuju puncak.
Catatan: Jenis ini mirip dengan C. laevigatus, berdasar-
kan bentuk batang dan daun serta susunan helaian daun.
Namun setelah melihat perbuahan dan bentuk buah, jenis
ini termasuk dalam genus Daemonorops karena seludang
perbungaan tetap menempel meskipun buah telah tua dan
seludang cabang perbungaan tidak ditemukan.
Daemonorps sp. (Rotan jernang, Uway jeranang)-JW 305
Pertelaan: tunggal, tinggi sampai 10 m, diameter batang
sampai 3,5 cm (tanpa pelepah sampai 1,5 cm), panjang
ruas 15-25 cm. Pelepah daun hijau kecoklatan, berduri
segitiga, panjang sampai 2 cm, tersusun tidak teratur,
terdapat bintik-bintik berwarna coklat. Panjang daun sampai
300 cm, panjang tangkai sampai 30 cm, cirus 100 cm,
terdiri atas 60 helaian daun di tiap sisi tulang daun,
tersusun teratur, bentuk linier. Seludang tetap menempel
meskipun buah telah masak, warna buah kuning
kecoklatan, beberapa buah ditemukan adanya zat pewarna
seperti pada jenis rotan jernang.
Persebaran: Di Gunung Lumut, terdapat di daerah
punggung bukit yang menuju ke puncak pada hutan
campuran Dipterocarpaceae ke hutan Myrtaceae di
ketinggian 950 m dpl.
Catatan: Berdasarkan hasil identifikasi, jenis ini mirip
dengan D. hystrix yang banyak tumbuh di Jawa. Perbeda-
annya terletak pada panjang daun dan karakter buah. Pada
D. hystrix, panjang daunnya hanya mencapai 120 cm dan
buahnya tidak pernah menghasilkan zat pewarna. Oleh
karena itu, penulis menarik kesimpulan sementara bahwa
spesies ini dimasukkan dalam D. hystrix kompleks.
Plectocomia
Plectocomia mulleri Bl.-JW 288
Blume dalam Rumphia 3: 71 (1847); Beccari dalam Ann.
Roy. Bot. Gard. Calcutta 12 (2): 30 (1918); Dransfield
dalam Man. Ratt. Malay Pen. 59 (1979), Ratt. Sabah 34
(1984), dan Ratt. Sar. 216 (1992); Madulid dalam Kalikasan
10: 55 (1981).
Pertelaan: berumpun, memanjat sampai 20 m; diameter
batang sampai 3 cm (tanpa pelepah sampai 1,3 cm),
panjang ruas sampai 20 cm. Pelepah daun tidak berlutut,
warna hijau keabu-abuan, susunan duri teratur dalam
barisan, panjang sampai 2 cm. Panjang daun sampai 4 m.
Susunan helaian daun tidak teratur, biasanya dalam
kelompok, tiap kelompok terdiri atas 2-5, permukaan atas
berwarna hijau tua, bagian bawah berwarna hijau
keputihan. Steril.
Persebaran: Borneo dan Semenanjung Malaya. Di
Gunung Lumut ditemukan pada punggung bukit yang
menuju puncak gunung.
Korthalsia
Korthalsia echinometra Becc. (Rotan semut)-JW 310
Beccari dalam Ann. Roy. Bot. Gard. Calcutta 12 (2): 115
(1918). Dransfield, Man. Ratt. Mal. Pen. 47 (1979), Kew
Bull. 36: 188 (1981), Ratt. Sabah 22 (1984), dan Ratt. Sar.
28 (1992).
Pertelaan: berumpun, batang bercabang, tinggi sampai
20 m. Diameter batang sampai 2,5 cm (tanpa pelepah 1,5
cm), panjang ruas sampai 15 cm. Pelepah hijau terang,
selaput bumbung menggelembung, berisi semut, ukuran
sampai 10x5 cm, berduri hitam dengan panjang mencapai 5
cm. Panjang daun sampai 175 cm, cirus sampai 75 cm,
tangkai daun sampai 10 cm. Jumlah helaian daun sampai
25 di tiap sisi tulang daun, bulat memanjang, bergerigi di
sekitar ujung helaian daun, ukuran sampai 30x3 cm,
permukaan atas berwarna hijau tua, permukaan bawah
hijau keputihan seperti kapur.
Persebaran: Sumatera, Semenanjung Malaya bagian
selatan, sampai Borneo. Di Gunung Lumut dan area HPH
PT. IUC terdapat dalam populasi yang besar terutama pada
ketinggian 300-600 m dpl., dan dapat ditemukan di hampir
semua lokasi.
Catatan: K. echinometra merupakan satu-satunya jenis
yang memiliki selaput bumbung yang besar dan meman-
jang. Jika selaput tersebut dipukul atau digoyang akan
terdengar bunyi yang khas karena pergerakan semut yang
berada di dalam selaput bumbung yang keras dan kaku.
Korthalsia rostrata Bl.
Blume dalam Rumphia 2: 168 (1843); Dransfield dalam
Kew Bull. 34: 29 (1979a), 36: 184 (1981), Ratt. Sabah 25
(1984), dan Ratt. Sar. 33 (1992).
Pertelaan: berumpun, batang bercabang, tinggi sampai
20 m. Diameter batang sampai 1,2 cm (tanpa pelepah 0,6-
0,8 cm), panjang ruas sampai 10 cm. Pelepah hijau pucat,

Citations
More filters

Mathematical Creative Thinking Skills Of StudentsJunior High School In Kendari City

Kadir, +1 more
TL;DR: In this paper, the authors describe an overview of creative thinking skills junior high schools students in Kendari city, India, using a test instrument's skills to think creatively and interviews with students and teachers.
Proceedings ArticleDOI

Utilization of plants as handicraft materials by Talang Mamak Tribe, Indragiri Hulu Regency, Riau

TL;DR: In this paper, the authors used surveys and in-depth interviews with the Talang Mamak Tribe in three districts in Indragiri Hulu Regency to identify 15 types of plants used in making handicraft materials, including sieve, buyong, bakol, sack, mat, nyiru, tangguk and lukah.
Proceedings ArticleDOI

Exploration of flora diversity in Sebangka Island for Batam Botanic Gardens

TL;DR: In this paper, the authors conducted a study to explore the potential wealth of flora on the Sebangka island to be conserved ex-situ at the Batam Botanic Gardens.
References
More filters
Journal ArticleDOI

Systematic notes on Pinanga (Palmae) in Borneo

John Dransfield
- 01 Jan 1980 - 
TL;DR: The easily distinguished genus Pinanga reaches its greatest diversity in the island of Borneo; of a total of about 120 species (Moore 1973), at least 45 are known to occur there.
Related Papers (5)